Minggu, 25 Oktober 2015

Anastesi Lokal



Anestetik lokal atau zat-zat penghalang rasa adalah obat yang pada penggunaan lokal merintangi secara reversibel penerusan impus-impuls saraf ke susunan  saraf pusat dan demikian menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas, atau dingin. Anestetik lokal pertama adalah kokain, yaitu suatu alkaloid yang diperoleh dari daun suatu tumbuhan alang-alang di pegunungan Andes (Peru), yang pertama kali digunakan sebagai penghilang rasa nyeri pada pengobatan mata, kemudian pada kedokteran gigi. Sejak tahun 1892 dikembangkan anestetik lokal secara sintesis dan ditemukan prokain dan benzokain pada tahun 1905, yang disusul oleh banyak derivat lain seperti tetrakain, butkain, dan chincokain. Kemudian muncul anestetik lokal seperti lidokain (1947), mepivakain (1957), prilokain (1963), dan bupivakain (1967).
Lidokain adalah derivat asetanilida yang merupakan obat pilihan utama untuk anestesi permukaan maupun infiltrasi. Lidokain adalah anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama, dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain.
Lidokain ialah obat anestesi lokal yang banyak digunakan dalam bidang kedokteran oleh karena mempunyai awitan kerja yang lebih cepat dan bekerja lebih stabil dibandingkan dengan obat-obat anestesi lokal lainnya. Obat ini mempunyai kemampuan untuk menghambat konduksi di sepanjang serabut saraf secara reversibel, baik serabut saraf sensorik, motorik, maupun otonom. Kerja obat tersebut dapat dipakai secara klinis untuk menyekat rasa sakit atau impuls vasokonstriktor menuju daerah tubuh tertentu.
Lidokain mampu melewati sawar darah otak dan diserap secara cepat dari tempat injeksi. Dalam hepar, lidokain diubah menjadi metabolit yang lebih larut dalam air dan disekresikan ke dalam urin. Absorbsi dari lidokain dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tempat injeksi, dosis obat, adanya vasokonstriktor, ikatan obat, jaringan, dan karakter fisikokimianya.

B. Batasan Topik
 Membahas mengenai jenis-jenis anastetikum lokal, tujuan anastesi lokal,  indikasi dan kontraindikasi anastesi lokal, efek saming anatesi lokal, serta farmakodinamik dan fermakokinetik anatesi lokal.

C. Learning Objektif
1.      Mahasiswa dapat mengetahui jenis – jenis anastetikum lokal
2.      Mahasiswa dapat mengetahui Indikasi dan kontraindikasi anastesi lokal serta indikasi dan kontraindikasi anastetikum lokal
3.      Mahasiswa dapat mengetahui efek samping dari anastesi lokal
4.      Mahasiswa dapat mengetahui farmakodinamk dan farmakokinetik anatsi lokal
5.      Mahasiswa dapat mengetahui tujuan anastesi lokal








BAB II
PEMBAHASAN

1.  Jenis-jenis Anastetikum Lokal  1
            Pada anastesi lokal terdapat beberapa anastetikum berdasarkan rumus kimianya yang digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
·         Golongan ester (-COOC-)
Kokain, benzokain (amerikain), ametocaine, prokain (novocaine), tetrakain (pentocaine), kloroprokain (nesacaine).
·         Golongan amida (-NHCO-)
Lidokain (xylokaine, lignocaine, mepivakain (carbocaine), prilokain (citanest), bupivakain (marcaine), etidokain (duranest), dibukain (nupercaine), ropikaine (naropin), levobupicaine (chirocaine).

      Golongan ester  2, 3
·         Kokain
Kokain atau benzoilmetilekgonin didapat dari daun Erythroxylon coca dan spesies Erythroxylon lain, yaitu pohon yang tumbuh di Peru dan Bolivia, dimana selama berabad-abad lamanya daun tersebut dikunyah oleh penduduk asli untuk menambah daya tahan terhadap kelelahan. 2
      Kokain atau benzoilmetilekgonin di dapat dari daun erythoxylon coca dan             spices erythroxylonlain, yaitu pohon yang tumbuh di Peru dan Bolivilia. Efek kokain yang paling penting  yaitu menghambat hantaran saraf, bila dikenakan secara lokal. Efek sistemiknya yang paling mencolok yaitu rangsangan SSP. Kokain sering menyebabkan keracunan akut. 3

·         Prokain
Prokain disintesis dan diperkenalkan tahun 1905 dengan nama dagang novokain. Obat ini merupakan obat terpilih untuk anastesi lokal suntikan, maupun kegunaannya terdesak oleh obat anastetik lain, lidokain yang ternyata lebih kuat dan lebih aman dibanding dengan prokain. 2
      prookain pernah digunakan untuk anestesia infiltrasi, anastesi blok saraf, anatesi spinal, dan anastesi kaudal. Namun karena potensianya rendah, mula kerja lambat serta masa kerjanya pendek, maka penggunaannya sekarang ini hanya hanya terbatas untuk anestesia infiltrasi dan kadang-kadang untuk anatesi blok saraf. 2

·         Benzokain
Benzokain absorsinya lambat Karen sukar larut dalam air, sehingga relative tidak toksik. Benzokain dapat digunakan lansung pada luka degan ulerasi dan menimbulkan anastesia yang cukup lama. Selain sebagai salep dan supoituria, obat ini juga sebagai bedak. 3

·         Tetrakain
Tetrakain adalah derivat asam paraaminobenzoat. Zat ini 10 kali lebih aktif dan lebih toksik darpada prokain. Obat ini digunakan untuk segala macam anastesia : untuk pemakaian topikal pada mata digunakan larutan tetrakain 0,5 %, untuk hidung dan tenggorok larutan 2%. Pada anastesia spinal, dosis total 10-20 mg. 2

Golongan amida  2, 3
·         Lidokain
Lidokain (xilokain) adalah anastetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan sutikan. Anastesia terjadi lebih cepat, kuat, lebih lama dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain pada kosentrasi yang sebanding. Lidokain merupakan aminoetilamid dan merupakan prototip dari anastetik lokal golongan amida. Larutan lidokain 0,5% digunakan untuk anastesia blok dan topikal. Anastetik ini efektif digunakan apabila digunakan tanpa vasokontriktor, tetapi kecepatan absorbs dan toksisitasnya bertambah dan masa kerjanya lebih pendek. Hipersensitif terhadap anastetik lokal golongan ester. Lidokain dapat menimbulkan kantuk. Sediaan berupa larutan 0,5-5% dengan atau tanpa epinefrin (1;50.0000 sampai 1 : 200.000). 2
                Lidokain sering digunakan secara suntikan unyuk anastesia infiltrasi, blokade saraf, anestesia spinal, anestesia epidural ataupun anestesia kaudal dan secara setempat untuk anastesia selaput lendir. Pada    anestesia infiltrasi biasanya digunakan larutan 0,25-0,50 % dengan atau      tanpa epinerfrin. Tanpa epinerfrin dosis total tidak boleh melebihi 200            mg dalam waktu 24 jam, dan dengan epinefrin tidak boleh melebihi 500 mg untuk jangka waktu yang sama. Dalam bidang kedokteran gigi, biasanya digunakan larutan 1-2 % dengan epinefrin;  untuk anestesia infiltrasi dengan mula kerja 5 menit dan masa kerja kira-kira 1 jam dibutuhkan dosis 0,5-1,0 Ml. Untuk blokade saraf digunakan  1-2 Ml. 2
            Lidokain dapat pula digunakan untuk anestesia permukaan. Untuk anastesia rongga mulut, kerongkongan dan saluran cerna bagian 1-4% dengan dosis maksimal 1 gram sehari dibagi dalam beberapa dosis.  Aritmia jantung. Lidokain juga dapat menurunkan iritabilitas jantung, karena itu juga digunakan sebagai antiaritmia. 2

·         Mepivikain

     Anastetik lokal golongan amide ini sifat farmakologiknya mirip       lidokain. Mepivakain ini digunakan untuk anastesi infiltrasi,         blokade saraf regional dan anastesi spinal. Sediaan untuk suntikan    berupa larutan 1 , 1,5 dan 2 %. 2
                 Mepivakain lebih toksik terhadap neonatus, dan karenanya tidak    digunakan untuk anastesia obsterik. Mungkin ini ada            hubungannya   dengan PH darah neonatus yang lebih rendah, yang      menyebabkan ion tersebut terperangkap dan memperlambat            metabolismenya. Pada orang dewasa, indeks terapinya lebih    tinggi daripada lidokain, mula kerjanya hampir sama dengan      lidokain, tetapi lama kerjanya hampir sama dengan lidokain,            tetapi lama kerjanya lebih panjang sekitar 20 %. Mepivakain             tidak efektif sebagai anastetik topikal. 2


·         Prilokain  
Prilakian adalah devirat yang mula kerja dan kekuatannya sama dengan lidokain. Toksisitasnya lebih rendah daripada lidokain, efek vasodilatasinya lebih rendah  lebih ringan sehingga reaksinya juga lebih lambat dan perombakannya lebih cepat. Di dalam hati zat ini dirombak menjadi o-toluidin dan metabolit lain. Ekskresinya melalui saluran kemih kurang dari 1%. Obat ini digunakan untuk anastesi permukaan 4% dan secara paretal 1-15% dengan atau tanpa adrenalin.
                       Prilokain HCL. Anastetik lokal golongan amida ini efek       farmakologinya mirip lidokain, tetapi mula kerja dan masa kerjanya        lebih lama daripada lidokain. Efek vasodilatasinya lebih kecil      daripada lidokain, sehingga tidak memerlukan vasokontriktor.         Toksisitasnya terhadap SSP lebih ringan, sehingga lebih aman dari dalam penggunaan intravena blokade regional. 2

·         Bupivakain
Struktur mirip dengan lidokain, kecuali gugus yang mengandung amin adalah butyl piperidin. Merupakan anastetik lokal yang mempunyai masa kerja panjang, dengan efek blockade terhadap sensorik lebih besar daripada motorik. Karena efek ini, bupivakain lebih popular digunakan untuk memperpanjang analgesia selama persalinan dan masa pascapembedahan caesar. Suatu penelitian menunjukkan bahwa bupivakain lebih kardiotoksik daripada lidokain. 2

·         Ropikakain
Ropivakain juga merupakan anastetiklokal yang mempunyai masa kerja panjang, dengan tosisitas terhadap jantung lenih rendah daripada bupivakain. Pada dosis efektif yang sebanding, namun sedikit kurang kuat dalam menimbulkan anestesia dibandingkan bupivakain. 2

·          Dibukain (Anastetik lokal yang diberikan secara suntikan)
     Derivate kuinolin ini, merupakan anastetik lokal yang paling kuat,   paling toksik, dan mempunyai masa kerja panjang. Dibandingkan          dengan prokain, dibukain kira-kira 15 kali lebih panjang. Sebagai     preparat suntik, dibukain sudah tidak digunakan lagi, kecuali untuk             anastesi spinal penggunaannya masih cukup populer dibeberapa            negara diluar Amerika. Umumnya tersedia dalam bentuk krim 0,5%             atau salep 1%.

      Beberapa anastetik lokal yang sering digunakan : 1
1.    Kokain
Hanya dijumpai dalam bentuk topikal semprot 4% untuk mukosa jalan napas atas. Lama kerja 20-30 menit.
2.    Prokain (novakain)
Untuk inviltrasi: larutan 0,25-0,5 %
Blok saraf: 1-2 %
Dosis 15 mg/kg BB dan lama kerja 30-60 menit
3.    Kloroprokain (nesakain)
Derivate prokain dengan masa kerja lebih pendek.
4.    Lidokain (lignocaine, xylocain, lidonest)
Konsentrasi efektif minimal 0,25%
Infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik
Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung konsentrasi larutan.

Larutan standar 1 atau 15% untuk blok perifer
0,25-0,5% + adrenalin 200.00 untuk infiltrasi
0,5% untuk blok sensorik tanpa blok motorik
1,0% untuk blok motorik dn sensorik
2,0% untuk blok motorik pasien berotot (muscular)
4,0% atau 10% untuk topikal semprot faring-larig (pump spray)
5,0% bentuk jeli untuk dioleskan di pulpa trakea
5,0% lidokain dicampur 5,0% prilokain untuk topikal kulit
5,0% hiperbarik untuk analgesia intratekal (subaraknoid, subdural)
5.    Bufikain (macrain)   
Konsentrasi efektif minimal 0,125%
Mula kerja lebih lambat dibanding lidokain, tetapi lama kerja sampai 8 jam, Setelah suntikan kaudal, epidural, atau infiltrasi, kadar plasma puncak dicapai dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan-lahan dalam 3-8 jam. Untuk anastesia spinal 0,5% volum antara 2-4 ml isoatau hiperbarik.untuk blok sensorik epidural 0,375% dan pembedahan 0,75%.1

Prosedur                                      konsentrasi%               volume
Infiltrasi                                      0,25-0,50                     5-60ml
Blok minor perifir                       0,25-0,50                     5-30ml
Blok mayor perifir                      0,25-0,50                       20-40ml
Blok intrakostal                          0,25-,050                     3-8ml
Blok epidural                                         
Lumbal                                            0,5                           15-20ml                                  
Kaudal                                        0,25-0,50                     5-60ml
Analgesi poslop                               0,5                          4-8ml/4-8 jam
 (itermitan)                                                         
                                                        0,125                       15ml/jam (kontinyu)
Spinal intralekal                                0,5                         2-4ml


6.    EMLA (eutectic mixture of local anesthetic)
Campuran emulsi minyak dalam air (krem) antara lidokain dan prilokain masing-masing 2,5%atau masing-masing 5%, EMILA dioleskan di kulit intak 1-2 jm sebelum tindakan untuk mengurangi nyeri akibat kanulasi pada vena atau arteri atau untuk mengurangi nyeri akibat kanulasi pada vena ata arteri atau untuk miringotomi pada anak,mencabut bulu halus atau bang tato. Tidak dianjurkan untuk mukosa atau kulit terluka. 1

7.    Ropivakain (naropin) dan levobupivakain (chirokain)
Penggunaanya seperti bupivakain, karena kedua obat tersebut merupakan isomer bagian kiri dari bupivakain yang dampak sampingnya lebih rigan dibandingkan bupivakain. Bagia isomer kanan dari bupivakain damapak sampingnya lebih besar. Konsentrasi efektif minimal 0,25%. 1


Penggolongan Obat Anestesi Lokal
      Secara kimiawi obat anestesi lokal dibagi dalam dua golongan besar, yaitu golongan ester dan golongan amide. Perbedaan kimia ini direfleksikan dalam perbedaan tempat metabolisme, dimana golongan ester terutama dimetabolisme oleh enzim pseudo-kolinesterase di plasma sedangkan golongan amide terutama melalui degradasi enzimatis di hati. Perbedaan ini juga berkaitan dengan besarnya kemungkinan terjadinya alergi, dimana golongan ester turunan dari pamino-benzoic acid memiliki frekuensi kecenderungan alergi lebih besar. 4
      Untuk kepentingan klinis, anestesi lokal dibedakan berdasarkan potensi dan lama kerjanya menjadi 3 group. Group I meliputi prokain dan kloroprokain yang memiliki potensi lemah dengan lama kerja singkat. Group II meliputi lidokain, mepivakain dan prilokain yang memiliki potensi dan lama kerja sedang. Group III meliputi tetrakain, bupivakain dan etidokain yang memiliki potensi kuat dengan lama kerja panjang. Anestesi lokal juga dibedakan berdasar pada mula kerjanya. Kloroprokain, lidokain, mepevakain, prilokain dan etidokain memiliki mula kerja yang relatif cepat. Bupivakain memiliki mula kerja sedang, sedangkan prokain dan tetrakain bermula kerja lambat. 4
      Obat anestesi lokal yang lazim dipakai di negara kita untuk golongan ester adalah prokain, sedangkan golongan amide adalah lidokain dan bupivakain. Secara garis besar ketiga obat ini dapat dibedakan sebagai berikut : 4

Tabel  Jenis anestesi lokal 4


Prokain
Lidokain
Bupivakain
Golongan
Ester
Amide
Amide
Mulai Kerja
2 menit
5 menit
15 menit
Lama Kerja
30-45 menit
45-90 menit
2-4 jam
Metabolisme
Plasma
Hepar
Hepar
Dosis maksimal (mg/kgBB)
12
6
2
Potensi
1
3
15
Toksisitas
1
2
10


2. Indikasi dan Kontraindikasi Anatesi Lokal

Hal- hal yang harus di perhatikan
Ada beberapa kasus dimana penggunaan anastesi lokal tidak di perbolehkan, kasus-kasus ini perlu diketahui sehingga gejala-gejala yang tidak menyenangkan dan akibat yang   diinginkan bisa dihindari. 5

Indikasi: 6
a)      Jika nyawa penderita dalam bahaya karena kehilangan kesadarannya, sebagai contoh sumbatan pernapasan atau infeksi paru.
b)     Kedarutan karena tidak ada waktu untuk mengurangi bahaya anastesi umum. Hal ini terjadi pada beberapa kasus, seperti “lambung penuh”, dan partus obstetrik operatif, dan pada kasus-kasus diabetes, miestenia gravis, penyakit sel bulan sabit, usia yang sangat lanjut, atau debil, serta pembedahan yang lama pada reimplantasi jari-jari yang cedera
c)      Menghindari bahaya pemberian obat anastesi umum. Sebagai contoh pada porfiria intermiten akut, anastesi denganhalotan berulang, miotonia dan gagal ginjal atau hepar.
d)     Prosedur yang membutuhkan kerja sama dengan penderita,seperti pada perbaikan tendo, pembedahan mata, serta pemeriksaan gerakan faring.
e)      Lesi superfisialis minor dan permukaan tubuh, seperti ekstrasi gigi tanpa penyulit, lesi kulit, laserasi minor dan revisi jaringan perut.
f)       Pemberian analgesi pascabedah. Contoh utama adalah sirkumsisi, torakotomi,herniorafi, tempat donor cangkok kulit, serta pembedahan abdomen.
g)      Untuk menimbulkan hambatan simpatik, seperti pada free flap atau pembedahan reimplantasi atau iskemia ekstremitas.
h)     Jika penderita atau ahli bedah atau ahli anestesi lebih menyukai anestesi lokal serta dapat meyakinkan para pihak lainnya bahwa anestesi lokal saja cukup.


Kontraindikasi terhadap pemggunaan anastesi lokal 5, 6
a)      Alergi atau hipersensivitas terhadap obat anestesi lokal yang telah diketahui. Kejadian sepertinini langka sebagian besar reaksi disebabkan baik oleh kelebihan dosis atau suntikan intravaskular. 6
b)      Kurangnya tenaga terampil yang mampu mengatasi dan atau mendukung teknik tertentu. Terdapat beberapa teknik yang membutuhkan hanya pengetahuan dan latihan yang tidak terlalu banyak, sebagai contoh, teknik “infiltrasi, potong dan jahit”, atau penerapan anastesi topikal. Juga terdapat teknik lain yang setelah dipelajari dengan baik, dapaat dilakukan berulang kali dengan mudah disertai dengan tingkat keberhasilan yang tinggi karena penempatan jarum yang tepat, yang ditunjukkan oleh tanda-tanda tertentu---sebagai contoh dengan penarikan darah pada anastesi intravena regional atau cairan cerebrospinalis (LCS) pada anastesi spinalis. Sebagian besar hambatan saraf perifer dan lumbalis atau epidural kaudal (sakralis) yang membutuhkan latihan, ketekunan dan praktik terus-menerus. 6
c)      Kurangnya prasarana resusitasi. Memang sulit dipercaya bahwa penyulit tidak akan terjadi (Sebagai contoh hipersensitifitas, kelebihan dosis relatif, pneumotoraks penghambat supraklavikula atau intercostalis, kegagalan manset arteri pada anastesi intravena regional, atau fungsi dura selama percobaan anastesi epidural), sudah menjadi keharusan dalam praktik bahwa peralatan resusitasi dan berbagai obat-obat kedaruratan tersedia pada rumah sakit modern. Jumlah yang dibutuhkan pada setiap keadaan tergantung pada teknik yang dipilih dan regio anatomi tempat dilakukannya pembedahan. 6
d)     Infeksi lokal atau iskemia pada tempat suntikan. Asidosis lokall dapat mengurangi pengaruh agen anastesi lokal yang disuntikkan, yang berbeda dari bahaya penyebaran infeksi. 6
e)       Pembedahan luas yang membutuhkan dosis toksis anastesi lokal. Keadaannya dalam darah pada blok lapangan abdomen bisa tidak berbahaya pada penderita yang sehat, tetapi dapat menyebabkan reduksi curah jantung yang berbahaya pada penderita yang lanjut usia dengan keadaan obat jantung yang tidak baik. 6
f)        Distorsi anatomik atau pembentukan sikatriks.6
g)       Resiko hematoma pada tempat-tempat tertentu (Sebagai contoh ruang epidura) akibat pengobatan dengan anti koangulan, kecenderungan pendarahan atau hemofilia.6
h)      Jika dibutuhkan anastesi segera (Sebagai contoh partus sungsang yang terhambat) atau tidak cukup waktu bagi anastesi lokal untuk bekerja dengan sempurna. 6
i)         Kurangnya kerjasama atau tidak adanya persetujuan dari pihak penderita. Karena ahli anastesi Inggris telah begitu meyakinkan, maka sebagian besar penderita di Inggris biasanya menerima nasehat untuk melakukan anastesi lokal, terutama jika terdapat alasan yang tepat untuk menghindari anastesi umum. Adalah tidak bijaksana untuk membujuk penderita untuk menerima anastesi lokal. Jika satu-satunya alasan adalah memenuhi kebutuhan ahli anastesi untuk pelatihan suatu teknik anastesi tertentu. Sebaliknya, menurut hukum kerajaan Inggris, proses mendapatkan surat izin operasi tertulis tidak memerlukan penerangan dari ahli anastesi tentang segala kemungkinan penyulit yang mungkin terjadi, sehingga dapat mengkhawatirkan penderita pada saat ahli anastesi akan memberikan baik anastesi lokal maupun anastesi umum. Sudah cukup jika ahli anastesi menasehatkan bahwa, menurut pandangan profesionalnya, dan di dalam tanggung jawabnya, maka prosedur yang dia usulkan aman dan beralasan sesuai situasinya. 6
 Anastesi lokal tidak selalu merupakan alternatif yang baik dibandingkan anastesi umum pada penderita yang menderita kelainan jiwa atau penakut yang patologis. Seseorang perantara harus dapat menerjemahkan pesan ahli anastesi dengan baik kepada penderita. Penggunaan anastesi lokal saja pada anak tidak bisa dilakukan di Inggris, kecuali pada sebagian tindakan kedokteran gigi dan pembedahan minor, tetapi dalam tangan yang simpatik dan terampil, anastesi lokal dapat digunakan secara memuaskan tanpa menimbulkan trauma kejiwaan. 6
Bila ada injeksi pada daerah injeksi atau pada titik dimana anatetikum akan dideponirkan, bila terdapat injeksi Vincent atau injeksi mulut yang luas, bila pasien masih terlalu kecil (anak-anak) sehingga sulit kooperatif. 5

Tindakan pencegahan
Pada penyakit  kardioviovaskular, dan diabetes melitus, penggunaan anastetikum lokal yang mengandung epinefrin harus dilakukan dengan sangat hati-hati atau sama sekali dihinindari. Infiltrasi yang berlebihan pada jaringan penderita diabetes melitus akan sangat membahayakan.
Larutan anatetikum yang mengandung konsentrasi epinefrin yang tinggi sebaiknya digunakan pada kasus-kasus yang diindikasikan.5
 Indikasi dan Kontraindikasi Anastetikum Lokal
Golongan ester :
·         Kokain
            Indikasi klinik: digunakan untuk anastsi topikal, terutama intuk       hidung dan mulut ; Kontraindikasi: toksisitas atau dosis toksik    menimbulkan perangsangan SSP (iritabilitas,psikosis, kejang)             diikuti dengan depresi pernapasan, potensi kuat menimbulkan          penyalahgunaan atau dapat menimbulkan ketergantungan. 6
·         Prokain
            Indikasi klinik: digunakan anastesi lokal dengan suntikan lokal,       blokade saraf  dan anatesi spinal, sedangkan secara topikal tidak           efektif, derivat prokainamid digunakan untukm terapi aritimia             jantung; Kontraindikasi: toksisitas sistemik rendah karena masa       kerjanya singkat dan degradasi cepat, over dosis dapat menyebabkan            gawat pernapasan. 6
·         Tetrakain
            Indikasi klinik: lebih sering digunakan untuk anatesi spinal, penggunaan pada topikal dan nasofaring; Kontraindikasi: mirip prokain mempengaruhi sulfonamida. 6
·         Klorokain
            Indikasi klinik: anastesi infiltrasi, blokade saraf, dan anatsi epidural;            Kontraindikasi: toksisitas sistemik rendah. 6

Golongan amida
·         Lidokain
            Indikasi klinik: anastesi topikal, injeksi lokal untuk anatesi lokal IV             digunakan untuk anastesi aritimia jantung; Kontraindikasi: sedasi,         amnesia, dan konvulsi. 6
·         Bupivakain
            Indikasi klinik: digunakan untuk anatesi spinal, blokade saraf,         infiltrasi; Kontraindikasi: toksisitas hampir sama dengan prokain. 6
·         Mepivakain
            Indikasi klinik: infiltrasi lokal, blokade saraf, dan anatesi spinal. 6

3.  Efek Samping Anastetikum Lokal
            Beberapa jenis anastetikum yang memiliki efek samping sebagai berikut :
                        Kokain memberikan efek lokal kokain terpenting yaitu kemampuannya untuk memblok konduksi saraf. Kokain dapat mengakibatkan terkelupasnya epitel kornea, atas dasar ini dan adanya penyalahgunaan obat. Maka penggunaan kokain sekarang sangat dibatasi. Beberapa gejala/efek samping kokain diantaranya : menimbulkan keracunan, mudah terangsang, gelisah, banayak bicara, cemas dan bingung, nadi cepat/nafas tidak teratur dan suhu badan naik. 2
                        Lidokain berkaitan  dngan efeknya terhadap ssp, misalnya mengantuk, pusing, paretesia kedutan otot, gangguan mental, koma dan bangkitan. Lidokain dengan dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian, akibat fibrilasi ventrikel atau oleh henti jantung . 2
                        Prilokain dapat menimbulkan methemoglobinemti lebih mudah terjadi pada pemberian dosis total melebihi 2 mg/kg BB. Ini lebih mudah terjadi pada neonares karena penurunan resitensi hemoglobin belum sempurna .2
                        Mepivacain yaitu toksisitas mevicain setara dengan lidocain namun bila mepivacain dalam sudah mencapai tingkatan tertentu, akan terjadi eksitasi system saraf sentral bukan depresi dan eksitasi ini dapat berakhir berupa konvulsi dan depresi respirsi. 7

Efek samping anastesi Lokal 1
·          System kardiovaskuler
-           Depresi automatisasi miokardi
-           Depresi kontrokelitas miokardi
-           Dilatasi arteriolar
-           Dosis besar dapat menyebabkan distitmici/kolap sirkulasi.
-           Dosis besar dapat mneybabkan disritmia/ kolaps sirkulasi

·         System pernapasan
Relaksasi otot polos bronkioli henti napas akibat paralise saraf frenitis, paralise interkostasi/deprer langsung pusat pengaturan napas.
·         System saraf pusat (SSP)
SSP rentan terhadap toksisitas lokal, dengan tanda-tanda awal parestesia lidah, pusing, kepala terasa ringan, tinitus, pandangan kabur, agitasi, depresi pernapasan, tidak teratur, konvulsi, koma. Tambahan adrenalin beresiko kerusakan saraf.
·         Imunologi
Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih ringan, karena merupakan derivat para-amino-benzoid acid ( PABA) yang dikenal sebagai alargen
·         Sistem muskolokeletal
Bersifat miotoksik (bupivakain > lidokain > prokain)
Tambahan adrenalin berisiko kerusakan saraf. Regenerasi dalam waktu 3-4 minggu.

4.  Farmakodinamik Anatesi lokal
     Selain menghalangi hantaran sistem saraf tepi, anastetikum lokal juga mempunyai efek penting pada SSP, ganglia otonom, sambungan saraf otot dan semua jenis serabut otot. 2
     Susunan saraf pusat. Semua anastetikum lokal merangsang SSP, menyebabkan kegelisahan dan tremor yang mungkin berubah menjadi kejang klonik. Secara umum, semakin kuat suatu anastetik makin mudah menimbulkan kejang. Perangsangan ini akan diikuti depresi, dan kematian biasanya terjadi karena kelumpuhan napas. Pada keracunan lanjut, disamping memperbaiki pernapasan, penting juga menggunakan hipnotik untuk mencegah dan mengobati kejang. Dosis sedative barbiturate kurang bermanfaat untuk menghentikan kejang akibat keracunan anastetikum lokal. Dalam hal ini pemberian diazepam IV merupakan obat terpilih, untuk mencegah maupun untuk menghentikan kejang. 2

     Sambungan saraf otot dan ganglion
     Anastetik lokal dapat mempengharuhi transmisi disambungan saraf-oto, yaitu menyebabkan berkurangnya respon otot atas rangsangan saraf atau suntikan asetilkolin intra-arteri, sedangkan perangsangan listrik langsung pada otot masih menyebabkan kontraksi. 2

Sistem kardiovaskular. Pengaruh utama anestetik lokal pada miokard ialah menyebabkna penurunan eksitabilitas, kecepatan konduksi dan kekuatan kontraksi. Anestetik lokal sintetik juga menyebabkan vasodilatasi arteriol. 2

Otot polos. In vitro maupun in vivo, anestetik lokal berefek spasmolitik yang tidak berhubungan dengan efek anestetik. Efek spasmolitik ini mungkin disebabkan oleh depresi langsung pada otot polos. Depresi pada reseptor sensorik sehingga menyebabkan hilangnya tonus reflex setempat. 2

Alergi. Dermatitis alergik, serangan asma atau reaksi  anafilaktik yang fatal dapat timbul akibat anestetik lokal. Reaksi alergi ini terutama terjadi pada penggunaan obat anestetik lokal golongan aster, yang pada hidrolisis dihasilkan asam para-aminobenzoat (PABA) dan PABA inilah yang diduga dapat menyebabkan timbulnya rekasi alergi tersebut. Sedangkan golongan amida boleh dikatakan tidak menimbulkan reaksi hipersensitivitas, namun bahan pengawet yang terdapat didalam larutan dapat juga menimbulkan reaksi ini. 2

       Farmakokinetik Anastesi Lokal 1
a.       Absorbs sistemik dipengaruhi oleh :
1.      Tempat suntikan
Kecepatan absorbsi sistemik sebanding dengan ramainya vaskularisasi tempat suntik: absorbs intravena>trakeal>intercostal>kaudal>para-servikal>epidural>pleksus brakial>skiatik>subkutan.
2.      Penambahan vasokonstriktor
Asrenalin 5 mg/ml atau 1:200.000 membuat vasokonstriksi pembuluh darah pada tempat suntikan sehingga dapat memperlambat absorbs sampai 50%.
3.      Karakteristik obat anastetik lokal
Obat anastetika lokal terikat kuat pada jaringan sehingga dapat diabsorbsi secara lambat.
b.      Distribusi, dipengaruhi oleh ambilan organ (organ uptake) dan ditentukan oleh faktor-faktor:
1.      Perpusi jaringan
2.      Koefesien partisi jaringan/darah
Ikatan kuat dengan protein plasma  obat lebih lama
Kelarutan dalam lemak  tinggi  meningkatkan ambilan jaringan.
3.      Masa jaringan
Otot merupakan tempat reservoir bagi anastetika lokal
c.       Metabolism dan ekskresi
1.      Golongan ester
Metabolism oleh enzim psedo-kolinesterase (kolinesterase plasma). Hidrolisa ester sangat cepat dan kemudian metabolit diekskresi melalui urin.
2.      Golongan amida
Metabolism terutama oleh enzim microsomal di hati. Kecepatan metabolism tergantung kepada spesifikasi obat anastetik lokal. Metabolismenya lebih lambat dari hidrolisa ester. Metabolit diekskresi lewat urin dan sebagian kecil diekskresi dalam bentuk utuh.

            Beberapa farmakokinetik anastetikum, yaitu:
a.    Kokain
            Walaupun vasokonstriksi lokal menghambat absorbsi kokain, kecepatan absorbsi masih melebihi kecepatan detoksikasi dan ekskresinya sehingga kokain sangat toksik. Kokain di absorbs dari segala tempat, termasuk selaput lendir. Pada pemberian oral kokain tidak efektif karena didalam usus sebagian besar mengalami hidrolisis. Sebagian besar kokain mengalami detoksikasi dihati, dan sebagian kecil diekskresi bersama urin dalam bentuk utuh. Diperkirakan hati dapat melakukan detoksikasi kokain sebanyak satu dosis letal minimal dalam waktu 1 jam. Detoksikasi kokain tidak secepat detoksikasi anestetik lokal sintetik.
b.    Lidokain
            Lidokain cepat diserap dari tempat suntikan, saluran cerna dan saluran pernapasan serta dapat melewati sawar darah otak. Kadarnya dalam plasma fetus dapat mencapai 60% kadar dalam darah ibu. Dalam hati, lidokain mengalami dealkilasi oleh enzim oksidase fungsi ganda (mixed-function oxidases) membentuk monoetilglisis xilidid dan glisin xilidid, yang kemudian dapat dimetabolisme lebih lanjut menjadi mono etilglisin dan xilidid. Kedua metabolit monoetilglisin xilidid ternyata masih memiliki efek anestetik lokal. Pada manusia, 75% dari xilidid akan dieksresi bersama urin dalam bentuk metabolit akhir, 4 hidroksi-2-6-dimetil-anilin.


5. Tujuan Anastsi Lokal
·      Keamanan
     Semua agen anastesi lokal harus mempunyai rentang batas keamanan yang luas dari efek samping yang berbahaya yang umumnya disebut sebagai “toksisitas”. Batas keamanan dapat dirumuskan dengan menggunakan rasio terapeutik sebagai berikut:
Dosis letal (LDƽơ)     =   Dosis yang membunuh 50% dari kelompok hewan percobaan
Dosis efektif (EDƽơ)  =  Dosis yang menimbulkan efek yang diinginkan pada 50% dari seluruh kelompok hewan percobaan
     Makin tinggi rasio, makin besar ambang batas keamanan. Prokain mempunyai rasio terapetik tertinggi, diikuti secara urutan oleh mepivacain, prilokain dan lignokain. Dosis maksimal yang aman dari agen-agen ini dapat dimodifikasi dengan menambahkan vasokonstriktor. Efek toksik dari obat-obat ini juga meningkat dengan dilakukannya suntikan intravascular yang terbalik.

·      Kurang Mengiritasi
     Tidak menimbulkan luka atau iritasi pada jaringan karena suntikan agen anastesi lokal. Karena alasan ini, larutan anastesi loka harus isotonic dan mempunyai pH yang sesuai dengan pH jaringan.

·      Sterilitas
     Karena agen anastesi lokal akan dimasukkan ke dalam jaringan, agen harus dapat disterilkan tanpa menimbulkan perubahan struktur atau sifat. Dokter gigi dapat menghindari kendala ini dengan menggunakan produk-produk dari pabrik pembuat yang mempunyai reputasi tinggi yang menggunakan metode sterilisasi seperti ultra-filtrasi.

·      Penetrasi Membran Mukosa
     Idealnya obat harus mempunyai sifat dapat menembus membrane mukosa sehingg anastesi topikal dapat diperoleh dengan mudah. Lignokain mempunyai kualitas penetrasi yang cukup baik, sedang agen lain umumnya mempunyai sifat penetrasi yang kurang baik sehingga tidak sesuai untuk pemakaian klinis.

·      Keefektifan Anastesi Lokal
1.    Potensi analgesic dari agen anastesi yang digunakan
2.    Konsentrasi agen anastesi lokal
3.    Kelarutan anastesi lokal dalam (air dan lipid)
4.    Kecepatan metabolism
5.    Ketepatan terdepositnya larutan













 
Kesimpulan

Penggunaan jenis anestetikum yang sesuai dengan kondisi pasien pada skenario yaitu sebaiknya menggunakan anestetikum golongan amida yaitu  lidokain non epinefrin, karena anastetikum aman untuk penderita hipertensi. Dimana lidokain memiliki kelebihan yaitu anastetetik yang kuat , anastesi terjadi secara cepat, lebih lama dan lebih ekstensif.
Lidokain adalah derivat asetanilida yang merupakan obat pilihan utama untuk anestesi permukaan maupun infiltrasi. Lidokain adalah anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama, dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain.
Lidokain ialah obat anestesi lokal yang banyak digunakan dalam bidang kedokteran oleh karena mempunyai awitan kerja yang lebih cepat dan bekerja lebih stabil dibandingkan dengan obat-obat anestesi lokal lainnya. Obat ini mempunyai kemampuan untuk menghambat konduksi di sepanjang serabut saraf secara reversibel, baik serabut saraf sensorik, motorik, maupun otonom. Kerja obat tersebut dapat dipakai secara klinis untuk menyekat rasa sakit atau impuls vasokonstriktor menuju daerah tubuh tertentu.
   Lidokain mampu melewati sawar darah otak dan diserap secara cepat dari tempat injeksi. Dalam hepar, lidokain diubah menjadi metabolit yang lebih larut dalam air dan disekresikan ke dalam urin. Absorbsi dari lidokain dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tempat injeksi, dosis obat, adanya vasokonstriktor, ikatan obat, jaringan, dan karakter fisikokimianya.


INFORMASI TAMBAHAN


Mekanisme Anastesi Lokal 8
1.    Anastesi lokal memberikan anastesi dan analgesia dengan memblokir transmisi sensasi nyeri sepanjang serabut saraf
2.    Target utama dari anestesi lokal adalah tegangan gerbang saluran Na+. Mengikat intraseluler dan dimediasi oleh interaksi hidrofobik
3.    Tingkat blokade saraf tergantung pada konsentrasi obat dan volume
4.    Agen yang paling relevan secara klinis mengandung lipid-larut cincin benzene terhubung ke gugus amide dan dikategorikan sebagai amino-ester atau amino-amide berdasarkan rumus kimianya
5.    Potensi berhubungan dengan hydrophobisitas dan sifat fisika-kimia dari agen. Pada umunya agen lebih kuat larut dalam lipid
6.    Khasiat untuk penggunaan klinis anastetik lokal dapat ditingkatkan dengan penambahan epinefrin, opioid dan adregenik agonis. Nilai alkalinisasi anastesi lokal tampaknya debatable sebagai alat klinis yang berguna untuk meningkatkan anastesi
7.    Sistem toksisitas dari penggunaan klinis anastetik lokal adalah kejadian yang jarang. Pasien denga pembuluh jantung atau pembuluh darahyang kolaps dari bupivakain, ripovakain dan levobupivakain mungkin sangat sulit untuk resusitasi infuse lipid namun intravena adalah terapi baru yang menjanjikan.


               Anastetik lokal yang ideal
-          Poten dan bersifat sementara (reversible).
-          Tak menimbulkan reaksi lokal, sisemik atau alergik
-          Mula kerja cepat dengan durasi memuaskan
-          Hilangnya murah
Karies Profunda Perforasi :
Karies Profunda perforasi adalah karies baru mengenai email dari setengah dentin dan kadang-kadang telah mengenai pulpa.
Perawatan yang dapat dilakukan sebagai berikut :
·      Kalau karena makanan, minuman, rokok ditanggulangi dengan menghindari atau menghentikan konsumsi makanan-makanan tersebut.
·      Bila karena kondisi-kondisi fisiologis sukar dihindari, penanggulangannya dapat dengan menggunakan bahan kosmetik seperti obat kumur, mouth spray, tablet isap, atau makan permen mentol.
·      Didalam Rongga mulut adanya sisa akar gigi, gigi berlubang, periodental poket, kalkulus, yang tujuan utamanya menghilangkan halitosis sehingga harus menghilangkan bakteri atau semua unsur.

Obat Antihipertensi
Pengobatan hipertensi diperlukan untuk mengontrol TD dengan menggunakan antihipertensi . selain anti-hipertensi yang diberikan ternyata masih banyak yang menggunakan kombinasi konvensional herbal. Faktornya terdapat di RS yang melayani konsultasi herbal seperti Rumah Sakit Puri Mandiri diwilayah Jakarta. Badan kesehatan dunia ( WHO ) memperkirakan bahwa 80% penduduk dunia menggantungkan dirinya pada penggunaan pengobatan tradisional termasuk pengobatan dari tanaman.

Derajat Hipertensi :
Normal                 =<120/80 mmHg
Perhipertensi =< 140/90 mmHg
Hipertensi tipe I = 140/90-159/99 mmHg
Hipertensi tipe II = 160/100 mmHg
 





Penggolongan obat hipertensi :
Penggunaan obatb Anti-Hipertensi
Penggunaan Bahan Alami
Kaptopril
Timun
Daun alpukat
Nifedipin
Bawang Putih
Cairan herbal merah
HCT
Rosella
Daun Rabutan
Reserpin
Salam
Mahkota dewa
Amilodipin
Seledri
Habbatasauda
Furosemid
Belimbing Manis
Sambiloto
Irbesartan
Kumis Kucing
Daun jati
Valsartan
Daun Sirsak
Jamu Tensi

wortel

Tomat
Mengkudu

·         Timun yang mengandung saponin, flavonoid dan polifenol secara empiris dapat menurunkan TD. sedangkan kumis kucing, labu siem, daun jati belanda dapat menurunkan TD pada hewan.
·          
Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasarpada pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.9 Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 80% penduduk dunia masih menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat yang berasal dari tanaman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar