Selasa, 06 Oktober 2015

Penyakit Degeneratif

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Gerontologi merupakan studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan merupakan proses yang normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai tahap perkembangan kronologis tertentu.
Seiring bertambahnya usia fungsi fisiologis lansia akan menurun. Perubahan fisiologis pada lansia meliputi penurunan kemampuan saraf, dimana pada indra pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman mengalami penurunan. Penurunan ini akan mengakibatkan penurunan pula pada sistem pencernaan, saraf, pernapasan, endokrin, kardiovaskular, hingga kemampuan muskuluskeletal. Penyakit kardiovaskular merupakan suatu penyakit yang sering dialami oleh negara maju. Seperti penyakit hipertensi, jantung koroner, jantung pulmonik, kardiomiopati, dan sebagainya.
Stroke merupakan kelainan otak yang makin banyak dijumpai di masyarakat. Stroke juga merupakan salah satu penyakit pembuluh darah otak yang dikategorikan sebagai penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan keganasan, disamping sebagai penyebab kecacatan jangka panjang nomor satu di dunia. Insidensi stroke mencapai 0,5 per 1000 pada usia 40 tahun dan meningkat menjadi 0,7 per 1000 pada usia 70 tahun. Di Indonesia, walaupun belum ada penelitian epidemiologi yang sempurna, suatu penelitian melaporkan mortalitas stroke 37,3 per 100.000 penduduk.1,2Angka kematian stroke mencapai 20 % pada 3 hari pertama dan 25 % pada tahun pertama. Selain menurunkan produktifitas kerja, stroke juga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.Stroke iskemik merupakan sebagian besar kasus stroke yang disebabkan oleh trombosis atau emboli pada pembuluh darah otak akibat dari aterosklerosis. Penyebab tersering adalah aterosklerosis pada arteri besar intrakranial, terutama arteri serebri media.Penelitian dengan ultrasonografi didapatkan peningkatan ketebalan tunika intima-media arteri karotis dan plak aterosklerosis merupakan marker subklinik awal aterosklerosis yang kemudian akan menjadi faktor risiko terjadinya stroke baru maupun stroke berulang.
1.2 Batasan Topik
Dalam laporan ini kelompok kami membahas:
1.      Diagnosa Penyakit Sistemik dan Penyakit Rongga Mulut menurut skenario
2.      Etiologi Penyakit Sistemik dan Penyakit Rongga Mulut
3.      Manifestasi Penyakit Stroke
4.      Klasifikasi Stroke
5.      Penanganan Stroke
6.      Penanganan Penyakit Rongga Mulut
7.      Penanganan Oral Hygiene pada Lansia
8.      Penanganan Gangguan Komunikasi Pada Lansia
9.      Hubungan Penyakit Rongga Mulut Dan Penyakit Sistemik
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Diagnosa Penyakit Sistemik dan Penyakit Rongga Mulut
Ø  Diagnosis Penyakit Sistemik  “STROKE”
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma.
Stroke dengan defisit neurologic yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak.
            Tanda dan Gejala :
            - hemidefit motorik
            - hemedefit sensorik
            - penurunan kesadaran
- penurunan nervus fasialis dan hipoglosus    yang bersifat sentral
- gangguan kesulitan berbahasa (apasia) dan demensia
- buta separuh lapangan pandang (hemianopsia). 1,2,3
Ø  Diagnosis Rongga Mulut
- OH buruk
- karies dan sisa akar
1. gangguan pulpa         16, 27, 36
2. gangguan radix         46 dan 47
3. gigi goyang grad 2       41 dan 31
- penyakit periodontal (ada poket periodontal). 1
2.2 Etiologi Penyakit Sistemik dan Penyakit Rongga Mulut
Ø Etiologi Penyakit Sistemik “Stroke”
a.    Riwayat stroke dalam keluarga (herediter)
b.   Usia, semakin lanjut usia, semakin tinggi resiko stroke
c.    Jenis kelamin, lebih banyak wanita yang meninggal akibat stroke dibandingkan dengan pria
d.   RAS, ras kulit hitam lebih tinggi resiko stroke dibandingkan ras lain.
e.    Hipertensi
f.    Hiperkolesterolemia
g.   Merokok
h.   Diabetes Melitus
i.     Obesitas
j.     Stres
k.   Penyakit Kardiovaskuler
l.     Riwayat stroke atau TIA (Transient Ischemic Attack)
m. Peningkatan kadar hemosistein dalam darah
n.   Penggunaan pil KB dan terapi hormone
o.   Minum alkohol dan narkoba.1,2,3
p. Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak
q. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah otak.
r.   Adanya sumbatan bekuan darah di otak.4,5
Adapun beberapa etiologi stroke, yaitu karena gangguan pada trombosis, embolisme, vasokontiksi. 4,5

Ø Etiologi Penyakit Rongga Mulut
Penyakit gigi dapat berupa kerusakan(karies) dan penyakit radang gusi. Secara teknis, penyakit gusi dibagi menjadi dua kategoris yaitu radang gusi (bentuk awal dan ringan dari penyakit gusi), dan periodontitis (infeksi pada jaringan lunak dan tulang disekitarnya). Sedangkan penyebab dasar dari kerusakan gigi dan penyakit gusi adalah kebersihan mulut yang buruk dan faktor-faktor laim misalnya diet, merokok, kekurangan vitamin dan zat beracun seperti merkuri. 6,7
Penyebab utama infeksi pada gusi serta jaringan pendukung gigi lainnya adalah mikroorganisme yang berkumpul dipermukaan gigi (plak bakteri). Plak bakteri yang telah lama melekat pada gigi dan jaringan gusi dapat mengalami kalsifikasi (mengeras) sehingga menjadi kalkulus (karang gigi) yang biasanya tertutup lapisan lunak bakteri. Bila sudah mengalami kalsifikasi (karang gigi) maka pembersihannya sudah tidak dapat menggunakan sikat gigi tetapi harus melalui pembersihan mekanis oleh dokter gigi.6,7  
2.3 Manifestasi Penyakit Stroke
Manifestasi klinik bergantung pada neuroanatomi dan vaskularisasinya.Gejala klinis dan defisit neurologic yang ditemukan berguna untuk menilai lokasi iskemk.
Gejala klinis:
-          Gangguan peredaran darah arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan hemiparesis kontralateral yang terutama melibatkan tungkai
-          Gangguan peredaran darah arteri serebri media menyebabkan hemiparesis dan hemiparesis kontralateral yang terutama melibatkan lengan disertai gangguan fungsi luhur berupa aphasia (bila mengenai otak dominan)
-          Gangguan peredaran darah arteri serebri posterior menimbulkan hemianopsi homonim atau kuadrantonopsi kontalateral tanpa disertai gangguan motorik maupun sensorik. Gangguan daya ingat terjadi bila mengenai area otak terjadi infark pada lobus terjadi pada korteks visual dominan dan splenium korpus kolosum agnasia dan prosopolgnosia (ketidakmampuan mengenali wajah) timbul akibat infark pada korteks visual dominan dan splenium korpus kalosum. Agnasia dan prosopanosia (ketidakmampuan), timbul akibat infark pada korteks temporooksipitalis inferior.
-          Gangguan peredaran darah batang otak menyebabkan gangguan saraf kranial, seperti: disarti, diplopi dan vertigo, gangguan serebral: ataksia atau hilang keseimbangan atau penurunan kesadaran.
-          Infark lakunar merupakan infark dgn klinis gangguan murni motorik atau sensorik tanpa disertai gangguan fungsi luhur. 4,8,9,10
2.4  Klasifikasi Stroke
a.    Stroke Iskemik,
Stroke iskemik disebabkan kurangnya aliran darah ke otak karena sumbatan pada pembuluh darah otak merupakan jenis stroke yang paling banyak dijumpai (80%)
Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serbrum. Obstuksi dapat disebabkan oleh bekuan (thrombus) yang terbentuk didalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ distal kemudian bekuan dapat terlepas pada trombu vascular distal, atau mungkin terbentuk didalam suatu organ seperti jantung, dan kemudian dibawa melalui sistem arteri k otak sabagai suatu embalus.1,3,8
Stroke Iskemik terdiri dari:
a.       Transient Iscemic Attack (TIA)
b.      Trombosit Selebri
c.       Embolia Serebri
b.   Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik disebabkan pecahnya pembuluh darah ke otak, darah yang berkumpul dalam jaringan otak menyebabkan penekanan dan kerusakan sel otak (15-20%)
Stroke hemoragik terjadi akibat tekanan darah yang sangat tinggi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan peredaran darah otak atau stroke haemoragik.1,3,9
Stroke Haemoragik terdiri dari:
a.       Perdarahan Subrachnoid
b.      Perdarahan Intraserebral
Adapun klasifikasi stroke berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu
a.       Serangan iskemik sepintas atau TIA
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah diotak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
b.      Reversible ischemic neurologic deficiat (RIND)
Gejala neurologik ysng timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari seminggu.
c.       Progressing stroke atau stroke in evolution
Gejala neurologik yang makin lama makin berat.
d.      Completed stroke
Gejala klinis yang telah menetap.1,12.13
2.5  Penanganan Stroke
a.       Stroke Skilled Team (Team Spesialis Stroke)
Sepertiga dari semua penderita stroke akan memiliki masalah dari segi kemampuan. Pasien dengan penderita stroke dibawa kerumah sakit ke unit stroke dan diberikan rehabilitasi dan spesialis stroke yng terampil. Rehabilitasi meliputi:
-        Melakukan aktivitas aktif setiap hari
-        Melakukan komunikasi
-        Melakukan pergerakan (seperti berolahraga)
-        Memperbaiki nutrisi
-        Berinteraksi dengan orang lain
b.      Penilaian Awal Stroke
-          Mobilisasi dini
-          Penilaian pada penelanan
-          Memberikan resep obat anticoagulant jika diindikasikan
-          Penilaian nutrisi
c.       Kesehatan Rongga Mulut
-          Terapi bicara dan bahasa untuk dyspagia (penelanan)
-          Menangani Kebersihan rongga mulut.1
Penanganan Stroke menuut Klasifikasi:
Penatalaksanaan Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat dan merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin dalam H2O.
     Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time/INR, APTT, glukosa darah, kimia darah (termasuk elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah.
Tindakan lain di Instalasi Rawat Darurat adalah memberikan dukungan mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang.1,3
Penatalaksanaan Stadium Akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis serta telaah sosial untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga.1,3
Penatalaksanaan Stadium Subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang panjang, dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah sakit dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan melaksanakan program preventif primer dan sekunder.1,3
Penatalaksanaan Stroke Iskemik

Terapi umum:

Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan dada pada satu bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil.
Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter intermiten).
 Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui slang nasogastrik.
Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan harus dicari penyebabnya.
Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik 220 mmHg, diastolik 120 mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP) 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat yang direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium.
Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik 90 mm Hg, diastolik 70 mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih < 90 mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 μg/kg/menit sampai tekanan darah sistolik 110 mmHg.
Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelanpelan selama 3 menit, maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka panjang.
Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25 sampai 1 g/ kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai alternatif, dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau furosemid.1,3,8
Terapi khusus:
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberianantiplatelet seperti aspirin dan anti koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinant tissue Plasminogen Activator). Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau pirasetam (jika didapatkan afasia).1,3,8

Stroke Hemoragik

Terapi umum

Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memburuk.
 Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral.
 Jika didapatkan tanda tekanan intracranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 300, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberianmanitol (lihat penanganan stroke iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg).
 Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum luas.1,3,9
Terapi khusus

Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm3, hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 mL dengan tanda peningkatantekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi.
Pada perdarahan subaraknoid, dapat digunakan antagonis Kalsium (nimodipin) atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun gamma knife) jika penyebabnya adalah aneurisma atau malformasi arteri-vena (arteriovenousmalformation, AVM).1,3,9
2.6  Penatalaksanaan Penyakit pada Rongga Mulut
Ø Penanganan Xerostomia

-    Mengkonsumsi varietas bebas gula seperti, permen karet yang dapat digunakan untuk merangsang produksi air liur.
-    Sialogogeles (obat yang meningkatkan aliran saliva), seperti pilocarpine
-    Akupuntur juga dapat digunakan sebagai pengobatan pada mulut kering yang dapat meningkatkan aliran saliva.1,13,14
 
Ø Penanganan Periodontal
-          Penyakit periodontal sering terjadi pada penderita stroke dibandingkan dengan yang bukan penderita stroke survei bahwa tingkat plak mereka lebih tinggi dan terjadi perdarahan saat probing serta peningkatan kantong periodontal.
-          Penyakit periodontal dapat meningkatkan derajat artherosklerosis (dan resiko stroke) karena keduanya merupakan kondisi multi faktorial kompleks yang berbagai pola etiologi umum pada pasien perokok.15,16
Ø Ekstraksi

Penderita stroke dapat dilakukan ekstraksi, meskipun pasien mengkonsumsi anti platelet dan anti koagulant oral. Penggunaaan anti platelet dengan aspirin tidak perlu dihentikan sebelum ekstraksi gigi, akan tetapi INR pasien harus dikontrol dalam waktu 24 jam sebelum dilakukan ekstraksi jika INR kurang dari 4 maka dapat dilakukan ekstraksi dalam satu kunjungan dan soket diberikan hemostatik serap/absorbable dan dilakukan penjahitan/suturing.1
Ø  Management Prostodonsia
Membuatkan pasien gigi tiruan baru yang dapat meningkatkan kemampuan otot. Pasien lansia yang menggunakan gigi tiruan membutuhkan waktu respon yang lebih lama sehingga dokter gigi/atau perawat mampu memberikan dorongan untuk memakai gigi tiruan, menjelaskan dengan baik kegunaan gigi tiruan akan membantunya dalam mengunyah dan menelan pada pasien lansia.1
 
2.7  Perawatan OH pada Lansia
Mengingat banyaknya masalah yang berkaitan dengan kesehatan umum dan berbagai kemunduran pada lansia maka untuk melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi lansia harus memperhatikan prinsip pelayanan geriatric dalam bidang kedokteran gigi sendiri istilah ini disebut sebagai geriatric dalam kedoktreran gigi (geriatric dentistry). Geriatrik dentistry adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang berfokus pada diagnose, pencegahan dan  perawatan terhadap penyakit mulut pada lansia, dimana kesehatan umum lansia membutuhkan pengelolaan khusus selama peawatan gigi mereka.1
-    Prinsip-prinsip pelayanan geriatric secara umum meliputi
a.    Pendekatan yang tepat dan menyeluruh
b.   Pendekatan secara team work
c.    Keterpaduan dalam diagnose da terapi
Dalam melakukan perawatan terhadap lansia peranan dokter gigi dan perawat membutuhkan kesabaran, simpatik, terampil (dapat bekerja cepat) dan terencana sesuai dengan prinsip-prinsip geriatri yaitu:
a.       Melakukan diagnosa keadaan kesehatan gigi dan mulut, serta selalu mencurigai adanya penyakit umum/ sistemik yang diderita
b.      Merencanakan perawatan terutama untuk peny. Yang dikeluhkan
c.       Melakukan perawatan secara sistemik dengan waktu yg singkat dan dilakukan dengan sabar, simpatik, dan terampil
d.      Melakukan perawatan secara bersama-sama (team work) antara dokter dan dokter gigi
e.       Selama perawatan sebaiknya tetap didampingi keluarga.1
           
2.8  Gangguan Komunikasi Pada Lansia
      Lansia sering mengalami gangguan komunikasi karena mengalami penurunan penglihatan, pendengaran, bicara dan persepsi.
      Sehingga ini menyebabkan penurunan kemampuan lansia untuk menangkap pesan atau informasi serta melakukan transfer informasi
      Penanganan gangguan komunikasi pada penderita stroke (Aphasia dan Dysarthria)
a.   Aphasia
Aphasia didefinisikan sebagai gangguan untuk memformulasikan dan menginterpretasikan symbol bahasa
Penanganan pada pasien aphasia, harus diajak berbicara dengan suara biasa, jangan terlalu cepat dan dengan kalimat pendek yang mengandung satu informasi saja dalam setiap kalimat
Bermanfaat diberi stimulasi auditori (bahasa verbal) atau stimulasi visual (bhs. tulisan atau gambar-gambar).17,18

b.   Dysarthria
Dysarthria didefinisikan sebagai gangguan dini mengespresikan bahasa verbal akibat kelemahan bahasa verbal. Akibat kelemahan spastifitas dan atau gangguan koordinasi pada organ bicara/artikulasi.
Penanganan pasien dysarthria, yaitu terapi latihan yang diberikan sesuai dengan penyebab dysarthria antara lain untuk memperbaki kontrol pernapasan, meningkatkan kelenturan dan penguatan kemampuan berbicara dan artikulasi termasuk otot wajah, otot leher dan otot pernapasan.17,18
Ada dua gangguan komunikasi yaitu gangguan pada sistem pengindraan dan tingkat integratif. Gangguan pengindraan meliputi gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, dan gangguan wicara. Sedangkan gangguan yang melibatkan sistem integratif yang lebih tinggi adalah gangguan mental, dan gangguan kesadaran.
Komunikasi dengan lansia kadang memerlukan kesabaran dan pengertian. Pasien lansia mungkin mencoba menutup – nutupi ketulian, gangguan penglihatan, dan kurangnya pemahaman, jadi lebih baik dilakukan penekanan poin atau instruksi penting secara agak berlebihan, tetapi tanpa kedengaran menggurui. Seringkali akan lebih membantu jika kita meminta bantuan keluarga atau teman pasien.19
 

2.9  Hubungan Penyakit Rongga Mulut dan Penyakit Sistemik
Rongga mulut merupakan  tempat hidup bakteri aerob dan anaerob. Seluruh bagian dari sistem tubuh yang utama telah menjadi target utama dari infeksi yang berasal dari mulut, terutama bagian pulpa dan periodontal.
“ Mekanisme dan Penyebaran Infeksi Gigi”
                 
Fokal infeksi disebabkan oleh infeksi kronis disuatu tempat(gigi) toxin, bakteri sisa-sisa dari kotoran maupun mikroba penginfeksi dari gigi menyebar ketempat lain ditubuh seperti ginjal, jantung, mata, kulit. Menembus masuk kedalam aliran darah. Melalui suatu lesi (kerusakan) yang ditimbulkan oleh trauma mekanis, misalnya pada tindakan pencabutan gigi, penyebarannya percontinuiatum kedaerah-daerah sekitarnya dan sistemik sebagai fokus infeksi.6,7
“ Penyakit yang ditimbulkan oleh fokal infeksi pada gigi”
      Teori tentang fokal infeksi sangat erat hubungannya dengan bagian gigi, dimana akan mempengaruhi fungsi sistemik seseorang seperti sistem sirkulasi dan sistem saraf. Hal ini disebabkan oleh penyebaran mikroorganisme atau toksin yang dapat berasal dari gigi, akar gigi atau gusi yang terinfeksi.6.7
a.       Penyakit Kardiovaskuler
Glurich dkk. (2002), dengan studi epidemiologi mendapatkan bahwa infeksi lokal jaringan penyangga gigi dapat menyebabkan gangguan mediator inflamasi pada penyakit sistemik, sehingga menimbulkan arteriosklerosis.
b.      Penyakit Diabetes Melitus
Penyakit diabetes mellitus adalah penyakit yang timbul akibat kadar glukosa dalam darah tinggi. Kadar gula dalam darah norml antara 80-120 mg/dl kondisi setelah masalah penyakit ini merupakan suatu faktor risiko bagi penyakit dan periodontal dan sebaliknya bahwa penyakit periodontal merupakan predisposisi dan akan memperburuk kondisi penyakit diabetes mellitus.
c.       Stroke
Penderita stroke ternyata mempunyai kesehatan oral, termasuk kerusakan gigi, dan jaringan periodontal yang lebih buruk dibandingkan pasien umum. Terjadinya penyakit sistemik diperberat oleh faktor lokal seperti plak pada gigi.6,7






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit stroke adalah penyakit yang ditandai dengan tanda gejala kehilangan fungsi otak karena terhentinya suplai darah ke otak. Stroke merupakan peringkat kedua dari penyebab kematian dengan mortalitas 18%-37%. Penyakit stroke ini merupakan salah satu dari adanya penyebab kematian dan juga kecacatan neurologis yang utama yang di Indonesia.
Penanganan awal yang dilakukan apabila terjadi stroke yaitu dibawa ke rumah sakit dan dilakukan prinsip ABC (air way, breathing and circulation) dan untuk pemulihannya dilakukan oleh dokter ahli yaitu dilakukan rehabilitas oleh tim ahli baik dari segi mental maupun psikologis dari lansia.
Hubungan antara kondisi rongga mulut pada lansia sangat berpengaruh ke penyakit sistemiknya, oleh karena itu perlu sejak dini untuk melihara kesehatan rongga mulut sebelum terjadi manifestasi penyakit.
3.2 Saran
                  Dalam pembuatan laporan ini kami merasa masih butuh belajar dan mengembangkan ilmu khususnya tentang masalah-masalah yang terjadi pada lansia dipraktek dokter gigi, semoga kedepannya dalam pembelajaran metode penelitian kita bisa lebih memahami dari  materi-materi kuliah  lebih banyak yang diberikan sebelum tutorial agar lebih mudah dalam penyusunan laporan penelitian ,terimakasih
DAFTAR PUSTAKA

1.      British Society of Gerodontology. Guidelines For the Oral Healtcare of Stroke Survivors, 2010
2.      Ginsberg Lionel. Lecture Notes Neurologi. Jakarta : Erlangga , 2007
3.      Kepala Unit Stroke RSUO Dr Sarditji. Stroke : Gejala dan Penatalaksanaan. FK UGM, Yogyakarta. Mei –Juni 2011/Vol.38.no.4
4.      Derwanto George, Suwono Wita,dkk. Panduan Praktis Diagnosa dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC, 2009
5.      Batticaca Fransisca. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika, 2008
6.      Larasati, Ratih. Hubungan Kebersihan Mulut Dengan Penyakit  Sistemik dan Usia Harapan Hidup. Jurnal Skala Husada. Vol 9(1), 2012
7.      Swastini, IG. Kerusakan Gigi Merupakan Fokal Infeksi Penyebab Timbulnya Penyakit Sistemik. Jurnal Kesehatan Gigi. Vol 1(1), 2013
8.      Ding, Dale. Endovaskuler Mechanical Thrombectomy For Acute Ischemic Sroke: A New Standard of Care Department of Neurosurgery. JOS. Vol 17(2), 2015
9.      Kim, Beom Joon. Lee, Seung Hoon. Prognostic Impact of Cerebral Small Vessel Disease on Stroke Outcome. Department of Neurology. JOS. Vol 17(2), 2015
10.  Dewanto George, dkk. Diagnosis dan tata laksana penyakit saraf. Jakarta : EGC; 2009
11.  Goldszmidt Adrian, Caplan Louis. Stroke Essentials. Canada : Jones and Bartlett Publisher , 2010
12.  Bornstein Natan. Stroke Practical Guide for Clinicians. Karger, 2009
13.  Baum, Bruce J. Salivary Gland Function and Aging: A Model For Studying the Interaction of Aging and Systemic Disease. Critical Review in Oral Biology and Medicine. Vol 4(1)
14.  Asha, V dkk. Oral Manifestations in Diabetic and non Diabetic Chronic Renal Failure Patients on Hemodialysis. Journal of Indian Academy of Oral Medicine and Radiology. Vol 24 (4), 2012
15.  Saptorini, Kriswiharsi. Hubungan Oral Hygiene Indeks (OHI) dengan Probing Pocket Depth (PPD) dan Loss of Attachment (LOA) pada Lanjut Usia. Jurnal Visikes. Vol 10(2), 2011
16.  James D. Relationship of Periodontal Disease to Carotid Artery. Intima-Media Wall Thickness. School of Dentistry, 2011
17.  Paciarani, M dkk. Manifestation of Stroke. Karger
18.  Wiriawan, Rosiana Pradanasari. Rehabilitasi Stroke Pada Pelayanan Kesehatan Primer. Maj Kedokteran Indonesia. Vol 59 (2), 2009
19.  Nugroho, Wahyudi. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC, 2009
20.  Meurman, Jukka H. Oral Health, Atherosclerosis and Cardiovascular Disease. Crit Rev Oral Biol Med. Vol 15(6), 2004



     


3 komentar:

  1. Sands Casino & Resort | Singapore - Singapore, Singapore, Singapore
    Sands Casino Resort Singapore offers a หาเงินออนไลน์ luxury accommodation, an incredible febcasino shopping experience and a superb casino. The septcasino casino is located on the famous Las Vegas

    BalasHapus