BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Gerontologi merupakan studi ilmiah tentang efek penuaan dan
penyakit yang berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis,
fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan merupakan
proses yang normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat terjadi
pada semua orang pada saat mereka mencapai tahap perkembangan kronologis
tertentu.
Seiring bertambahnya usia fungsi fisiologis lansia akan
menurun. Perubahan fisiologis pada lansia meliputi penurunan kemampuan saraf, dimana
pada indra pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman mengalami penurunan.
Penurunan ini akan mengakibatkan penurunan pula pada sistem pencernaan, saraf,
pernapasan, endokrin, kardiovaskular, hingga kemampuan muskuluskeletal.
Penyakit kardiovaskular merupakan suatu penyakit yang sering dialami oleh
negara maju. Seperti penyakit hipertensi, jantung koroner, jantung pulmonik,
kardiomiopati, dan sebagainya.
Stroke merupakan kelainan otak yang makin banyak dijumpai di
masyarakat. Stroke juga merupakan salah satu penyakit pembuluh darah otak yang
dikategorikan sebagai penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan
keganasan, disamping sebagai penyebab kecacatan jangka panjang nomor satu di
dunia. Insidensi stroke mencapai 0,5 per 1000 pada usia 40 tahun dan meningkat
menjadi 0,7 per 1000 pada usia 70 tahun. Di Indonesia, walaupun belum ada
penelitian epidemiologi yang sempurna, suatu penelitian melaporkan mortalitas
stroke 37,3 per 100.000 penduduk.1,2Angka kematian stroke mencapai 20 % pada 3
hari pertama dan 25 % pada tahun pertama. Selain menurunkan produktifitas
kerja, stroke juga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.Stroke iskemik
merupakan sebagian besar kasus stroke yang disebabkan oleh trombosis atau
emboli pada pembuluh darah otak akibat dari aterosklerosis. Penyebab tersering
adalah aterosklerosis pada arteri besar intrakranial, terutama arteri serebri
media.Penelitian dengan ultrasonografi didapatkan peningkatan ketebalan tunika
intima-media arteri karotis dan plak aterosklerosis merupakan marker subklinik
awal aterosklerosis yang kemudian akan menjadi faktor risiko terjadinya stroke
baru maupun stroke berulang.
1.2 Batasan Topik
Dalam laporan ini kelompok kami
membahas:
1. Diagnosa Penyakit Sistemik dan
Penyakit Rongga Mulut menurut skenario
2. Etiologi Penyakit Sistemik dan
Penyakit Rongga Mulut
3. Manifestasi Penyakit Stroke
4. Klasifikasi Stroke
5. Penanganan Stroke
6. Penanganan Penyakit Rongga Mulut
7. Penanganan Oral Hygiene pada Lansia
8. Penanganan Gangguan Komunikasi Pada
Lansia
9. Hubungan Penyakit Rongga Mulut Dan
Penyakit Sistemik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Diagnosa
Penyakit Sistemik dan Penyakit Rongga Mulut
Ø Diagnosis Penyakit Sistemik “STROKE”
Stroke adalah gangguan fungsional otak
fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah
otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor
otak, stroke sekunder karena trauma.
Stroke dengan defisit neurologic yang
terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak.
Tanda dan Gejala :
- hemidefit motorik
- hemedefit sensorik
- penurunan kesadaran
- penurunan nervus fasialis dan
hipoglosus yang bersifat sentral
- gangguan kesulitan berbahasa (apasia) dan demensia
- buta separuh lapangan pandang (hemianopsia).
1,2,3
Ø Diagnosis Rongga Mulut
-
OH buruk
-
karies dan sisa akar
1. gangguan pulpa 16, 27, 36
2. gangguan radix 46
dan 47
3. gigi goyang grad 2 41
dan 31
-
penyakit periodontal (ada poket periodontal).
1
2.2
Etiologi Penyakit Sistemik dan Penyakit Rongga Mulut
Ø Etiologi
Penyakit Sistemik “Stroke”
a. Riwayat
stroke dalam keluarga (herediter)
b. Usia,
semakin lanjut usia, semakin tinggi resiko stroke
c. Jenis
kelamin, lebih banyak wanita yang meninggal akibat stroke dibandingkan dengan
pria
d. RAS,
ras kulit hitam lebih tinggi resiko stroke dibandingkan ras lain.
e. Hipertensi
f. Hiperkolesterolemia
g. Merokok
h. Diabetes
Melitus
i. Obesitas
j. Stres
k. Penyakit
Kardiovaskuler
l. Riwayat
stroke atau TIA (Transient Ischemic Attack)
m. Peningkatan
kadar hemosistein dalam darah
n. Penggunaan
pil KB dan terapi hormone
o. Minum
alkohol dan narkoba.1,2,3
p. Kekurangan
suplai oksigen yang menuju otak
q. Pecahnya
pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah otak.
r. Adanya
sumbatan bekuan darah di otak.4,5
Adapun beberapa etiologi stroke, yaitu karena
gangguan pada trombosis, embolisme, vasokontiksi. 4,5
Ø Etiologi
Penyakit Rongga Mulut
Penyakit gigi dapat
berupa kerusakan(karies) dan penyakit radang gusi. Secara teknis, penyakit gusi
dibagi menjadi dua kategoris yaitu radang gusi (bentuk awal dan ringan dari
penyakit gusi), dan periodontitis (infeksi pada jaringan lunak dan tulang
disekitarnya). Sedangkan penyebab dasar dari kerusakan gigi dan penyakit gusi
adalah kebersihan mulut yang buruk dan faktor-faktor laim misalnya diet,
merokok, kekurangan vitamin dan zat beracun seperti merkuri. 6,7
Penyebab utama infeksi pada gusi serta
jaringan pendukung gigi lainnya adalah mikroorganisme yang berkumpul
dipermukaan gigi (plak bakteri). Plak bakteri yang telah lama melekat pada gigi
dan jaringan gusi dapat mengalami kalsifikasi (mengeras) sehingga menjadi
kalkulus (karang gigi) yang biasanya tertutup lapisan lunak bakteri. Bila sudah
mengalami kalsifikasi (karang gigi) maka pembersihannya sudah tidak dapat
menggunakan sikat gigi tetapi harus melalui pembersihan mekanis oleh dokter
gigi.6,7
2.3
Manifestasi Penyakit Stroke
Manifestasi
klinik bergantung pada neuroanatomi dan vaskularisasinya.Gejala
klinis dan defisit neurologic yang ditemukan berguna untuk menilai lokasi
iskemk.
Gejala klinis:
-
Gangguan
peredaran darah arteri serebri anterior menyebabkan
hemiparesis dan hemiparesis kontralateral yang terutama melibatkan tungkai
-
Gangguan
peredaran darah arteri serebri media menyebabkan
hemiparesis dan hemiparesis kontralateral yang terutama melibatkan lengan
disertai gangguan fungsi luhur berupa aphasia (bila mengenai otak dominan)
-
Gangguan peredaran darah arteri serebri posterior menimbulkan
hemianopsi homonim atau kuadrantonopsi
kontalateral tanpa disertai gangguan motorik maupun sensorik. Gangguan daya ingat terjadi bila mengenai
area otak terjadi infark pada lobus terjadi pada korteks visual dominan dan
splenium korpus kolosum agnasia dan prosopolgnosia (ketidakmampuan mengenali
wajah) timbul akibat infark pada korteks visual dominan dan splenium korpus
kalosum. Agnasia dan prosopanosia (ketidakmampuan), timbul akibat infark pada
korteks temporooksipitalis inferior.
-
Gangguan
peredaran darah batang otak menyebabkan gangguan saraf kranial, seperti: disarti,
diplopi dan vertigo, gangguan serebral: ataksia atau hilang keseimbangan atau
penurunan kesadaran.
-
Infark lakunar
merupakan infark dgn klinis gangguan murni motorik atau sensorik
tanpa disertai gangguan fungsi luhur. 4,8,9,10
2.4
Klasifikasi
Stroke
a. Stroke
Iskemik,
Stroke iskemik disebabkan kurangnya aliran darah ke
otak karena sumbatan pada pembuluh darah otak merupakan jenis stroke yang
paling banyak dijumpai (80%)
Stroke
iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar
pada sirkulasi serbrum. Obstuksi dapat disebabkan oleh bekuan (thrombus) yang
terbentuk didalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ distal kemudian
bekuan dapat terlepas pada trombu vascular distal, atau mungkin terbentuk
didalam suatu organ seperti jantung, dan kemudian dibawa melalui sistem arteri
k otak sabagai suatu embalus.1,3,8
Stroke
Iskemik terdiri dari:
a. Transient
Iscemic Attack (TIA)
b. Trombosit
Selebri
c. Embolia
Serebri
b. Stroke
Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan pecahnya
pembuluh darah ke otak, darah yang berkumpul dalam jaringan otak menyebabkan
penekanan dan kerusakan sel otak (15-20%)
Stroke hemoragik terjadi akibat tekanan
darah yang sangat tinggi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan peredaran darah
otak atau stroke haemoragik.1,3,9
Stroke
Haemoragik terdiri dari:
a. Perdarahan
Subrachnoid
b. Perdarahan
Intraserebral
Adapun klasifikasi stroke berdasarkan stadium atau
pertimbangan waktu
a. Serangan
iskemik sepintas atau TIA
Pada bentuk ini
gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah diotak akan
menghilang dalam waktu 24 jam.
b. Reversible
ischemic neurologic deficiat (RIND)
Gejala
neurologik ysng timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam,
tetapi tidak lebih dari seminggu.
c. Progressing
stroke atau stroke in evolution
Gejala
neurologik yang makin lama makin berat.
d. Completed
stroke
Gejala klinis
yang telah menetap.1,12.13
2.5
Penanganan
Stroke
a. Stroke
Skilled Team (Team Spesialis Stroke)
Sepertiga
dari semua penderita stroke akan memiliki masalah dari segi kemampuan. Pasien
dengan penderita stroke dibawa kerumah sakit ke unit stroke dan diberikan
rehabilitasi dan spesialis stroke yng terampil. Rehabilitasi meliputi:
-
Melakukan aktivitas
aktif setiap hari
-
Melakukan komunikasi
-
Melakukan pergerakan
(seperti berolahraga)
-
Memperbaiki nutrisi
-
Berinteraksi dengan
orang lain
b. Penilaian
Awal Stroke
-
Mobilisasi dini
-
Penilaian pada
penelanan
-
Memberikan resep obat
anticoagulant jika diindikasikan
-
Penilaian nutrisi
c. Kesehatan
Rongga Mulut
-
Terapi bicara dan
bahasa untuk dyspagia (penelanan)
-
Menangani Kebersihan
rongga mulut.1
Penanganan
Stroke menuut Klasifikasi:
Penatalaksanaan
Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini
dilakukan di Instalasi Rawat Darurat dan merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal
bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien
diberi oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan
dekstrosa atau salin dalam H2O.
Dilakukan
pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto toraks, darah perifer
lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time/INR, APTT, glukosa darah,
kimia darah (termasuk elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah.
Tindakan lain di Instalasi
Rawat Darurat adalah memberikan dukungan mental kepada pasien serta memberikan
penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang.1,3
Penatalaksanaan Stadium Akut
Pada stadium ini,
dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun penyulit. Juga dilakukan tindakan
terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis serta telaah sosial untuk membantu
pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu,
menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara
perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga.1,3
Penatalaksanaan Stadium Subakut
Tindakan medis dapat
berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara, dan bladder
training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang
panjang, dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di
rumah sakit dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan melaksanakan
program preventif primer dan sekunder.1,3
Penatalaksanaan Stroke Iskemik
Terapi umum:
Letakkan kepala pasien
pada posisi 300, kepala dan dada pada satu bidang; ubah posisi tidur setiap 2
jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil.
Selanjutnya, bebaskan
jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas
darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan
antipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika kandung kemih penuh, dikosongkan
(sebaiknya dengan kateter intermiten).
Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid
atau koloid 1500-2000 mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan
mengandung glukosa atau salin isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika
fungsi menelannya baik; jika didapatkan gangguan menelan atau kesadaran
menurun, dianjurkan melalui slang nasogastrik.
Kadar gula darah >150
mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150 mg% dengan insulin drip
intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah <
60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv
sampai kembali normal dan harus dicari penyebabnya.
Nyeri kepala atau mual dan
muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak
perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik ≥220 mmHg, diastolik ≥120
mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP) ≥ 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau
didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal.
Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat yang direkomendasikan:
natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis
kalsium.
Jika terjadi hipotensi,
yaitu tekanan sistolik ≤ 90
mm Hg, diastolik ≤70 mmHg, diberi NaCl 0,9%
250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam
atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan darah
sistolik masih < 90 mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 μg/kg/menit sampai tekanan darah sistolik ≥ 110 mmHg.
Jika kejang, diberi
diazepam 5-20 mg iv pelanpelan selama 3 menit, maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan
pemberian antikonvulsan per oral (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah
2 minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka panjang.
Jika didapatkan tekanan
intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25 sampai 1 g/ kgBB per
30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum
memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari.
Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai alternatif, dapat
diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau furosemid.1,3,8
Terapi khusus:
Ditujukan untuk reperfusi
dengan pemberianantiplatelet seperti aspirin dan anti koagulan, atau
yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinant tissue Plasminogen
Activator). Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau
pirasetam (jika didapatkan afasia).1,3,8
Stroke Hemoragik
Terapi umum
Pasien stroke hemoragik
harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL, perdarahan intraventrikuler
dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memburuk.
Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan
darah premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik
>120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat
gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg
(pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300
mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral.
Jika didapatkan tanda tekanan intracranial meningkat,
posisi kepala dinaikkan 300, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberianmanitol
(lihat penanganan stroke iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg).
Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke
iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat,
atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan
fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum luas.1,3,9
Terapi khusus
Neuroprotektor dapat
diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan bedah mempertimbangkan usia
dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya kian memburuk dengan perdarahan
serebelum berdiameter >3 cm3, hidrosefalus akut akibat perdarahan
intraventrikel atau serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar
>60 mL dengan tanda peningkatantekanan intrakranial akut dan ancaman
herniasi.
Pada perdarahan
subaraknoid, dapat digunakan antagonis Kalsium (nimodipin) atau tindakan bedah
(ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun gamma knife) jika penyebabnya
adalah aneurisma atau malformasi arteri-vena (arteriovenousmalformation,
AVM).1,3,9
2.6 Penatalaksanaan
Penyakit pada Rongga Mulut
Ø Penanganan Xerostomia
-
Mengkonsumsi
varietas bebas gula seperti, permen karet yang dapat digunakan untuk merangsang
produksi air liur.
-
Sialogogeles (obat
yang meningkatkan aliran saliva), seperti pilocarpine
-
Akupuntur juga
dapat digunakan sebagai pengobatan pada mulut kering yang dapat meningkatkan
aliran saliva.1,13,14
Ø Penanganan Periodontal
-
Penyakit
periodontal sering terjadi pada penderita stroke dibandingkan dengan yang bukan
penderita stroke survei bahwa tingkat plak mereka lebih tinggi dan terjadi
perdarahan saat probing serta peningkatan kantong periodontal.
-
Penyakit
periodontal dapat meningkatkan derajat artherosklerosis (dan resiko stroke)
karena keduanya merupakan kondisi multi faktorial kompleks yang berbagai pola
etiologi umum pada pasien perokok.15,16
Ø Ekstraksi
Penderita stroke dapat dilakukan
ekstraksi, meskipun pasien mengkonsumsi anti platelet dan anti koagulant oral.
Penggunaaan anti platelet dengan aspirin tidak perlu dihentikan sebelum
ekstraksi gigi, akan tetapi INR pasien harus dikontrol dalam waktu 24 jam
sebelum dilakukan ekstraksi jika INR kurang dari 4 maka dapat dilakukan
ekstraksi dalam satu kunjungan dan soket diberikan hemostatik serap/absorbable
dan dilakukan penjahitan/suturing.1
Ø Management
Prostodonsia
Membuatkan pasien gigi tiruan baru
yang dapat meningkatkan kemampuan otot. Pasien lansia yang menggunakan gigi
tiruan membutuhkan waktu respon yang lebih lama sehingga dokter gigi/atau
perawat mampu memberikan dorongan untuk memakai gigi tiruan, menjelaskan dengan
baik kegunaan gigi tiruan akan membantunya dalam mengunyah dan menelan pada
pasien lansia.1
2.7
Perawatan
OH pada Lansia
Mengingat
banyaknya masalah yang berkaitan dengan kesehatan umum dan berbagai kemunduran
pada lansia maka untuk melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi lansia
harus memperhatikan prinsip pelayanan geriatric dalam bidang kedokteran gigi
sendiri istilah ini disebut sebagai geriatric dalam kedoktreran gigi (geriatric
dentistry). Geriatrik dentistry adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi
yang berfokus pada diagnose, pencegahan dan perawatan terhadap penyakit mulut pada lansia,
dimana kesehatan umum lansia membutuhkan pengelolaan khusus selama peawatan
gigi mereka.1
- Prinsip-prinsip
pelayanan geriatric secara umum meliputi
a. Pendekatan
yang tepat dan menyeluruh
b. Pendekatan
secara team work
c. Keterpaduan
dalam diagnose da terapi
Dalam melakukan perawatan terhadap lansia peranan dokter
gigi dan perawat membutuhkan kesabaran, simpatik, terampil (dapat bekerja
cepat) dan terencana sesuai dengan prinsip-prinsip geriatri yaitu:
a.
Melakukan diagnosa
keadaan kesehatan gigi dan mulut, serta selalu mencurigai adanya penyakit umum/ sistemik yang diderita
b.
Merencanakan
perawatan terutama untuk peny. Yang dikeluhkan
c.
Melakukan perawatan
secara sistemik dengan waktu yg singkat dan dilakukan dengan sabar, simpatik, dan terampil
d.
Melakukan perawatan
secara bersama-sama (team work) antara dokter dan dokter gigi
e. Selama perawatan sebaiknya tetap didampingi keluarga.1
2.8 Gangguan
Komunikasi Pada Lansia
Lansia sering mengalami gangguan
komunikasi karena mengalami penurunan penglihatan, pendengaran, bicara dan persepsi.
Sehingga ini menyebabkan penurunan
kemampuan lansia untuk menangkap pesan atau informasi serta melakukan transfer
informasi
Penanganan gangguan komunikasi pada
penderita stroke (Aphasia dan Dysarthria)
a.
Aphasia
Aphasia
didefinisikan sebagai gangguan untuk memformulasikan dan menginterpretasikan
symbol bahasa
Penanganan pada pasien aphasia, harus diajak berbicara
dengan suara biasa, jangan terlalu cepat dan dengan kalimat pendek yang
mengandung satu informasi saja dalam setiap kalimat
Bermanfaat diberi stimulasi auditori (bahasa verbal) atau
stimulasi visual (bhs. tulisan atau gambar-gambar).17,18
b.
Dysarthria
Dysarthria didefinisikan sebagai
gangguan dini mengespresikan bahasa verbal akibat kelemahan bahasa verbal.
Akibat kelemahan spastifitas dan atau gangguan koordinasi pada organ
bicara/artikulasi.
Penanganan pasien dysarthria,
yaitu terapi latihan yang diberikan sesuai dengan penyebab dysarthria antara
lain untuk memperbaki kontrol pernapasan, meningkatkan kelenturan dan penguatan
kemampuan berbicara dan artikulasi termasuk otot wajah, otot leher dan otot
pernapasan.17,18
Ada
dua gangguan komunikasi yaitu gangguan pada sistem pengindraan dan tingkat
integratif. Gangguan pengindraan meliputi gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran, dan gangguan wicara. Sedangkan gangguan yang melibatkan sistem
integratif yang lebih tinggi adalah gangguan mental, dan gangguan kesadaran.
Komunikasi dengan lansia kadang
memerlukan kesabaran dan pengertian. Pasien lansia mungkin mencoba menutup –
nutupi ketulian, gangguan penglihatan, dan kurangnya pemahaman, jadi lebih baik
dilakukan penekanan poin atau instruksi penting secara agak berlebihan, tetapi
tanpa kedengaran menggurui. Seringkali akan lebih membantu jika kita meminta
bantuan keluarga atau teman pasien.19
2.9
Hubungan
Penyakit Rongga Mulut dan Penyakit Sistemik
Rongga
mulut merupakan tempat hidup bakteri
aerob dan anaerob. Seluruh bagian dari sistem tubuh yang utama telah menjadi
target utama dari infeksi yang berasal dari mulut, terutama bagian pulpa dan
periodontal.
“ Mekanisme dan
Penyebaran Infeksi Gigi”
Fokal
infeksi disebabkan oleh infeksi kronis disuatu tempat(gigi) toxin, bakteri
sisa-sisa dari kotoran maupun mikroba penginfeksi dari gigi menyebar ketempat
lain ditubuh seperti ginjal, jantung, mata, kulit. Menembus masuk kedalam
aliran darah. Melalui suatu lesi (kerusakan) yang ditimbulkan oleh trauma
mekanis, misalnya pada tindakan pencabutan gigi, penyebarannya percontinuiatum
kedaerah-daerah sekitarnya dan sistemik sebagai fokus infeksi.6,7
“ Penyakit yang
ditimbulkan oleh fokal infeksi pada gigi”
Teori tentang fokal infeksi sangat erat
hubungannya dengan bagian gigi, dimana akan mempengaruhi fungsi sistemik
seseorang seperti sistem sirkulasi dan sistem saraf. Hal ini disebabkan oleh
penyebaran mikroorganisme atau toksin yang dapat berasal dari gigi, akar gigi
atau gusi yang terinfeksi.6.7
a. Penyakit
Kardiovaskuler
Glurich dkk. (2002), dengan studi
epidemiologi mendapatkan bahwa infeksi lokal jaringan penyangga gigi dapat
menyebabkan gangguan mediator inflamasi pada penyakit sistemik, sehingga
menimbulkan arteriosklerosis.
b. Penyakit
Diabetes Melitus
Penyakit diabetes
mellitus adalah penyakit yang timbul akibat kadar glukosa dalam darah tinggi.
Kadar gula dalam darah norml antara 80-120 mg/dl kondisi setelah masalah
penyakit ini merupakan suatu faktor risiko bagi penyakit dan periodontal dan
sebaliknya bahwa penyakit periodontal merupakan predisposisi dan akan
memperburuk kondisi penyakit diabetes mellitus.
c. Stroke
Penderita stroke ternyata mempunyai
kesehatan oral, termasuk kerusakan gigi, dan jaringan periodontal yang lebih
buruk dibandingkan pasien umum. Terjadinya penyakit sistemik diperberat oleh
faktor lokal seperti plak pada gigi.6,7
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit stroke adalah
penyakit yang ditandai dengan tanda gejala kehilangan fungsi otak karena
terhentinya suplai darah ke otak.
Stroke merupakan peringkat kedua dari penyebab kematian dengan mortalitas
18%-37%. Penyakit stroke ini merupakan salah satu dari adanya penyebab kematian
dan juga kecacatan neurologis yang utama yang di Indonesia.
Penanganan
awal yang dilakukan apabila terjadi stroke yaitu dibawa ke rumah sakit dan
dilakukan prinsip ABC (air way, breathing and circulation) dan untuk
pemulihannya dilakukan oleh dokter ahli yaitu dilakukan rehabilitas oleh tim
ahli baik dari segi mental maupun psikologis dari lansia.
Hubungan
antara kondisi rongga mulut pada lansia sangat berpengaruh ke penyakit
sistemiknya, oleh karena itu perlu sejak dini untuk melihara kesehatan rongga
mulut sebelum terjadi manifestasi penyakit.
3.2 Saran
Dalam pembuatan laporan ini kami
merasa masih butuh belajar dan mengembangkan ilmu khususnya tentang
masalah-masalah yang terjadi pada lansia dipraktek dokter gigi, semoga
kedepannya dalam pembelajaran metode penelitian kita bisa lebih memahami
dari materi-materi kuliah lebih banyak yang diberikan sebelum tutorial
agar lebih mudah dalam penyusunan laporan penelitian ,terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
1.
British
Society of Gerodontology. Guidelines For the Oral Healtcare of Stroke Survivors, 2010
2.
Ginsberg
Lionel. Lecture Notes Neurologi.
Jakarta : Erlangga , 2007
3.
Kepala
Unit Stroke RSUO Dr Sarditji. Stroke :
Gejala dan Penatalaksanaan. FK UGM, Yogyakarta. Mei –Juni 2011/Vol.38.no.4
4.
Derwanto
George, Suwono Wita,dkk. Panduan Praktis Diagnosa dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta:
EGC, 2009
5.
Batticaca
Fransisca. Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika, 2008
6.
Larasati, Ratih. Hubungan
Kebersihan Mulut Dengan Penyakit
Sistemik dan Usia Harapan Hidup. Jurnal Skala Husada. Vol 9(1), 2012
7. Swastini, IG. Kerusakan Gigi Merupakan Fokal Infeksi Penyebab Timbulnya Penyakit
Sistemik. Jurnal Kesehatan Gigi. Vol 1(1), 2013
8. Ding, Dale. Endovaskuler Mechanical Thrombectomy For Acute Ischemic Sroke: A
New Standard of Care Department of Neurosurgery. JOS. Vol 17(2), 2015
9. Kim, Beom Joon. Lee, Seung Hoon. Prognostic Impact of Cerebral Small Vessel
Disease on Stroke Outcome. Department of Neurology. JOS. Vol 17(2), 2015
10. Dewanto
George, dkk. Diagnosis dan tata laksana
penyakit saraf. Jakarta : EGC; 2009
11. Goldszmidt Adrian, Caplan Louis. Stroke Essentials. Canada : Jones and
Bartlett Publisher , 2010
12. Bornstein Natan. Stroke Practical Guide for Clinicians. Karger, 2009
13. Baum, Bruce J. Salivary Gland Function and Aging: A Model For Studying the
Interaction of Aging and Systemic Disease. Critical Review in Oral Biology and Medicine. Vol 4(1)
14. Asha, V dkk. Oral Manifestations in Diabetic and non Diabetic Chronic Renal Failure
Patients on Hemodialysis. Journal of Indian Academy of Oral Medicine and
Radiology. Vol 24 (4), 2012
15. Saptorini, Kriswiharsi. Hubungan Oral Hygiene Indeks (OHI) dengan
Probing Pocket Depth (PPD) dan Loss of Attachment (LOA) pada Lanjut Usia.
Jurnal Visikes. Vol 10(2), 2011
16. James D. Relationship of Periodontal Disease to Carotid Artery.
Intima-Media Wall Thickness. School of Dentistry, 2011
17. Paciarani, M dkk. Manifestation of Stroke. Karger
18. Wiriawan, Rosiana Pradanasari. Rehabilitasi Stroke Pada Pelayanan Kesehatan
Primer. Maj Kedokteran Indonesia. Vol 59 (2), 2009
19. Nugroho, Wahyudi. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC, 2009
20. Meurman, Jukka H. Oral Health, Atherosclerosis and Cardiovascular Disease. Crit Rev
Oral Biol Med. Vol 15(6), 2004
ok
BalasHapuswow~
BalasHapusSands Casino & Resort | Singapore - Singapore, Singapore, Singapore
BalasHapusSands Casino Resort Singapore offers a หาเงินออนไลน์ luxury accommodation, an incredible febcasino shopping experience and a superb casino. The septcasino casino is located on the famous Las Vegas