BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sel mempunyai
tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada
aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas
intinya. Proliferasi sel adalah proses fisiologis yang terjadi pada hampir
semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.
Mutasi pada
DNA sel menyebabkan kemungkinan terjadinya neoplasma sehingga terdapat gangguan
pada proses regulasi homeostasis sel. Karsinogenesis akibat mutasi materi
genetik ini dapat menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan
pembentukan tumor atau neoplasma.
Neoplasma
adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus
menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya
dan tidak berguna bagi tubuh.
Pada
rongga mulut, tumor atau neoplasma dapat didefinisikan sebagai suatu
pertumbuhan jaringan liar di dalam dan di sekitar rongga mulut yang
pertumbuhannya tidak dapat dikembalikan dan tidak berguna bagi tubuh. Jaringan
tersebut dapat tumbuh pada bibir, pipi, dasar mulut, palatum, lidah, dan
didalam tulang rahang. Jaringannya dapat terdiri dari jaringan epitel, jaringan
ikat, jaringan otot, jaringan saraf, jaringan tulang, pembuluh darah.
Apabila
tidak dilakukan perawatan yang adekuat, akan menyebabkan kehilangan kehilangan
gigi dan penyebaran infeksi ke bagian tubuh yang lain. Oleh karena itu,
diagnosa yang tepat harus ditegakkan agar dapat dilakukan perawatan yang tepat
sehingga perlu ditinjau lebih lanjut mengenai tumor.
I.2 Rumusan Masalah
1. Mahasiswa
mampu mengetahui tentang Definisi Tumor
2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang Etiologi
Tumor
3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang Klasifikasi Tumor
4. Mahasiswa mampu mengetahui tentang Sifat-sifat
Tumor
5.
Mahasiswa mampu mengetahui tentang Gambaran Klinis Tumor
6.
Mahasiswa mampu mengetahui tentang
Diferensial Diagnosis
7.
Mahasiswa mampu mengetahui tentang Patogenesis Tumor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Tumor
Tumor adalah
nama untuk neoplasma atau lesi padat yang dibentuk oleh pertumbuhan abnormal
dari sel-sel (disebut
neoplastik) yang terlihat
seperti pembengkakan dimana massa
jaringan baru tumbuh secara independen dari struktur
sekitarnya dan yang
tidak memiliki tujuan fisiologi. Tumor-tumor
non neoplastik adalah segala bentuk perubahan atau penyimpangan pertumbuhan dan
perkembangan normal atau menimbulkan suatu pertumbuhan patologis sampai pada
fase tertentu dan kemudian berhenti. Kelainan ini dikenal dengan istilah tumor-like condition atau hamartoma.
Kelainan sel tersebut dapat disebabkan oleh gangguan genetic (congenital),
trauma atau infeksi yang mengganggu cell
circle. Jika kelainan pertumbuhan dan perkembangan tersebut terus-menerus
dan tak terkontrol, maka digolongkan sebagai suatu kelainan pertumbuhan dan
perkembangan sel yang berupa neoplastik sebenarnya (true neoplasm). Neoplasma atau neoplasia adalah pembentukan
jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol oleh tubuh. Para
onkologis masih sering menggunakan istilah tumor untuk menyatakan suatu
neoplasia atau neoplasma. 1,2,3,6
Tumor adalah suatu pembengkakan yaitu jutaan
sel yang tidak normal akan berkelompok dan membentuk tumor. Kelompok sel-sel
tidak normal ini bisa menimbulkan infeksi, peradangan, kanker atau apa saja.
Apabila tumor hanya berkembang secara lokal, meskipun besar, tidak mempunyai
kemampuan menyebar ke tempat lain yang jauh letaknya. Ini disebut tumor jinak,
dan bukan kanker. Penyebaran tumor ke tempat berjauhan dari asalnya disebut anak
sebar (metastase). Tumor disebabkan pertumbuhan sel yang
menyimpang atau tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Sel melakukan
pembiakan dengan tidak mengikuti kaidah pembiakan.4
Tumor adalah suatu benjolan yang disebabkan
oleh pertumbuhan sel. Tumor rongga mulut merupakan tumor yang terdapat didaerah
yang terletak mulai dari perbatasan kulit selaput lendir atas dan bawah sampai
ke perbatasan palatum durum-palatum mole di bagian atas. Tumor merupakan
sekumpulan sel yang membelah diri dengan sangat cepat sehingga tumbuh dan
jumlahnya menjadi banyak secara tidak terkendali untuk beberapa jenis tumor
tertentu, kumpulan sel yang tumbuh cepat ini terlihat sebagai benjolan jika
sudah mencapai tahap yang cukup lanjut. 5
Tumor adalah suatu
perubahan atau transformasi kendali sel, sehingga sel melepaskan diri dari
mekanisme pengaturan pertumbuhan normal. 6
II.2
Etiologi
Tumor
a. Faktor
genetik
Transformasi disebabkan oleh gagalnya kemampuan
memperbaiki kerusakan DNA ( DNA repair ) dan apoptosis, sehingga sel terus
mengalami pertumbuhan (immortal).
b. Faktor
Predisposisi
Banyak faktor penyebab/pendukung yang dapat merangsang
terjadinya neoplasma. Faktor-faktor ini digolongkan dalam 2 kategori, yaitu :
a. Faktor
internal yaitu faktor yang berhubungan dengan herediter dan faktor-faktor
pertumbuhan.
b. Faktor
eksternal seperti bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obat-obatan, radiasi,
trauma, panas, dingin, tembakau, atau alcohol
Kedua
kategori diatas disebut bahan-bahan karsinogen. Faktor-faktor tersebut dapat
berperan secara individual atau kombinasi dengan karsinogen lainnya atau
kombinasi dengan faktor-faktor lain yang sebenarnya faktor tersebut bukan
penyebab kanker, tetapi hanya membantu karsinogen untuk mutasi atau dengan
menekan fungsi sel ( ko-promotor).8
II.3 Klasifikasi Tumor
Tumor dibagi menjadi
2 yaitu : tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak dapat menyerang struktur
yang berdekatan yang tidak memiliki kemampuan untuk menyebarluaskan ke tempat
yang jauh. Sebaliknya tumor ganas baik menyerang dan menghancurkan jaringan
sekitarnya dan memiliki kemampuan untuk menyebar.9
Tissue of origin
|
Benign tumour
|
Malignant tumour
|
Ephitelium
|
||
Squamous cell
|
Papiloma
|
Squamous cell or
carcinoma
|
Basal cell
|
|
Basal cell
carcinoma
|
Gland or duct
|
Adenoma
|
Adenocarcinoma
|
Neuroectoderm
|
||
Melanocytes
|
Nevus
|
Melanoma
|
Connective tissue
|
||
Fibrous
|
Fibroma
|
Fibrocarsinoma
|
Cartilage
|
Chondroma
|
Chondrosarcoma
|
Bone
|
Osteoma
|
Osteosarcoma
|
Fat
|
Limpoma
|
Liposarcoma
|
Endothelium
|
||
Blood Velles
|
Hemangioma
|
Angiosarcoma
|
Lymphatic Velles
|
Lymphangioma
|
Lymphangiosarcoma
|
Muscle
|
||
Smooth musle
|
Leymyoma
|
|
Striated muscle
|
Rhabdomyoma
|
Rhabdomyosarcoma
|
Klasifikasi tumor odontogenik menurut WHO :10
1. Tumor
jinak rongga mulut
a. Tumor
jinak rongga mulut odontogen
1) Tumor
jaringan yang berasal dari jaringan epitel odontogen tanpa melibatkan
ektomesenkim odontogen
a) Ameloblastoma
Ameloblastoma
adalah tumor odontogen yang berasal dari epitel enamel organ (ameloblast) yang merupakan
sel pembentuk gigi, yang merupkan tumor secara klinis paling umum dijumpai.
Tumor ini bersifat lambat, local invasif dan sebagian besar bersifat jinak.
-
Ameloblastoma solid atau multikistik
-
Ameloblastoma unikistik
-
Periferal (ekstraosseus ) ameloblastoma
b) Tumor
odontogen epitel berkalsifikasi ( pinborg Tumor )
Pinborg
tumor adalah lesi yang jarang, prevalensi nya lebih kecil dari 1% dari seluruh
tumor-tumor odontogen
c) Tumor
odontogen Skuamous
Tumor
ini berasal dari transformasi neoplastik dari sisa-sisa epitel mallasez. Kelihatan tumor ini berasal dari ligament periodontal dan
berhubungan dengan permukaan lateral akar gigi dan gigi tidak erupsi.
d) Tumor
odontogen sel bersih
Tumor
ini jarang terjadi pada rahang. Pertama kali dipaparkan tahun 1985 dan hanya
sejumlah kecil kasus yang dilaporkan. Tumor berasal dari odontogen, tetapi
histogenesisnya masih belum jelas. Pemeriksaan histokimia dan ultrastruktur
pada tumor ini menunjukkan sel-sel bersih yang mirip pada ameloblast yang kaya
dengan glikogen.
2) Tumor
epitel odontogen dengan melibatkan jaringan ektomesenkim odontogen
a) Ameloblastik
fibroma
Merupakan
tumor campuran jaringan epitel dan jaringan mesenkim. Tumor ini tidak umum dan
data yang ada sulit dievaluasi sebab beberapa lesi didiagnosis sebagai fibroma
ameloblastik yang kemungkinan hanya tahap awal dari perkembangan odontoma.
b) Ameloblastik
fibro-odontoma
Tumor ini didefenisikan sebagai sebuah tumor
yang gambaran umumnya adalah suatu fibroma ameloblastik, tetapi juga mengandung
enal dan dentin. Beberapa peneliti percaya bahwa ameloblastic fibro-odontoma hanya suatu tahap dalam
perkembangan suatu odontoma. Dalam
beberapa kasus tumor dapat tumbuh
progresif menyebabkan perubahan bentuk dan kehancuran tulang.
c) Odontoma
Merupakan
jenis yang paling umum dari tumor-tumor odontogenik. Tumor ini dipertimbangkan
sebagai anomaly perkembangan agak jarang disebut neoplasma yang sesungguhnya.
Pada perkembangan awal dari lesi ini menujukkan proliferasi epitel odontogen
dan jaringan mesenkim, kemudian pada perkembangan selanjutnya diikuti
pembentukan enamel, dentin, dan variasi dari pulpa dan sementum. Tumor ini
mempunyai dua tipe yaitu compound and complex odontoma.
Compound
odontoma mengandung struktur gigi yang kecil dan banyak. Sedangkan complex
odontoma mengandung massa yang besar dari enamel dan dentin tidak menyerupai
gigi.
3) Tumor
jaringan ektomesenkim odontogen dengan atau tanpa melibatkan jaringan epitel
odontogen
a) Fibroma
odontogen
Fibroma
Odontogen adalah tumor yang jarang ditemukan dan merupakan lesi yang masih
menimbulkan kontroversi. Hanya kurang dari 50 kasus yang pernah dilaporkan.
b) Odontogenic
myxoma/myofibroma
c) Cementoblastoma
b. Tumor
jinak non odontogen
1) Tumor
jinak non odontogen yang berasal dari epitel mulut
a) Papilla
skuamous
adalah
suatu neoplasia jinak yang berasal dari epitel permukaan mukosa mulut.
Dipertimbangkan sebagai neoplasia epitel jinak yang sangat umum terjadi di
dalam mulut. Neoplasia ini dan lesi-lesi hampir sama dengan yang terjadi di
beberapa area tubuh menunjukkan bukti peningkatan yang mana papilloma sering
terjadi akibat dari suatu infeksi virus papilloma manusia (Human Papilloma Virus/HPV). Papilloma dipertimbangkan berhubungan
erat dengan Veruka Vulgaris atau kutil.
b) Veruka
vulgaris
Veruka vulgaris dikenal secara luas sebagai kutil. Lesi ini
adalah neoplasia epitel jinak yang dihasilkan oleh infeksi dengan tipe-tipe
tertentu dari HPV. Veruka Vulgaris paling umum dijumpai di kulit bukan di mulut
dan predileksi terjadinya pada anak-anak dan orang dewasa.
c) Keratoakantoma
Keratoakantoma
adalah suatu kekhususan dan merupakan neoplasia jinak yang tidak umum, berasal
dari epit squamos berlapis. Meskipun relatif jarang tetapi penting dipelajari
pada penyakit mulut.
2) Tumor
jinak non odontogen yang berasal dari pigmen
Nevus
pigmentasi atau tahi lalat dapat juga dijumpai di jaringan lunak mukosa rongga
mulut. Lesi ini merupakan proliferasi jinak dari sel-sel yang menghasilkan
melanin. Lesi ini hanya menjadi ganas tidak terkontrol dan berpotensial
pertumbuhan tidak tebatas.
3) Tumor
jinak non odontogen yang berasal dari jaringan ikat mulut
a) Jaringan
ikat fibrous : fibroma
b) Jaringan
pembuluh saraf : neurofibroma
c) Jaringan
adipose : lipoma
4) Tumor
jinak non odontogen yang berasal dari kelenjar ludah
a) Pleomorphic
adenoma
b) Monomorphic
adenoma
2. Klasifikasi tumor ganas
a.
Odontogenic Carcinomas
1)
Malignant ameloblastoma
2)
Primary intra-osseous carcinoma
3)
Malignant variant of other odontogenic tumors
4)
Malignant changes in odontogenic cycst
b. Odontogenic
sarcoma
1). Ameloblastic
fibrosarcoma (ameloblastic sarcoma)
2). Ameloblastic
fibro-dentinosarcoma and ameloblastic fibro-odontosarcoma
3). Odontogenic Carcinocarcoma
10
II.4 Sifat-
sifat Tumor
Pada sel neoplasma terjadi perubahan
sifat, sehingga sebagian besar energi digunakan untuk berkembang biak.
Berdasarkan garis besarnya dan keganasannya neoplasma atau tumor dapat
diklasifikasikan menjadi : jinak (benigna) dan ke pertumbuhan ganas (maligna
atau kanker). Tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna atau kanker) memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:11
1. Tumor Jinak ( Benign )
a. Pertumbuhannya
ekspansif
Pertumbuhan ekspansif
yaitu mendesak jaringan sehat sekitarnya sehingga jaringan sehat yang terdesak
membentuk simpai atau kapsul dari tumor, maka dikatakan tumor jinak umumnya
bersimpai atau berkapsul. Karena tidak ada pertumbuhan infiltratif biasanya tumor
jinak dapat digerakkan dari dasarnya.
b. Tidak bersifat residif
Tumor jinak yang berkapsul
bila diangkat mudah dikeluarkan seluruhnya sehingga tidak ada jaringan tumor
tertinggal dan tidak menimbulkan kekambuhan.
c. Tidak bermetastase
Tumor jinak biasanya tidak
dapat bermetatase sehingga tumor jinak tidak dapat menyebar kejaringan
sekitarnya.
d. Pertumbuhan yang lambat
Dengan pertumbuhan yang
lambat tumor tidak cepat membesar dan dari pemeriksaan mikroskopik tidak
ditemukan gambaran mitosis abnormal. Adanya gambaran mitosis sugestif tumor itu
ganas.
e. Tidak menyebabkan
kematian
Tumor jinak tidak
membahayakan atau mengancam jiwa, namun bila tumor tersebut tumbuh didaerah
vital maka tumor tersebut dapat mengancam jiwa.
2. Tumor Ganas ( Maligna atau Kanker )
a. Pertumbuhan infiltratif
Pertumbuhan infiltratif
yaitu tumbuh bercabang menyebuk kedalam jaringan sehat sekitarnya, menyerupai
jari kepiting sehingga disebut kanker. Karena itu tumor ganas biasanya sulit
digerakkan dari dasarnya.
b. Residif
Tumor ganas sering tumbuh
kembali ( residif ) setelah diangkat atau diberi pengobatan dengan penyinaran.
Keadaan ini disebabkan adanya sel tumor yang tertinggal, kemudian tumbuh dan
membesar membentuk tumor ditempat yang sama.
c. Metastase
Walaupun tidak semua,
umumnya tumor ganas sanggup mengadakan anak sebar ditempat lain melalui
peredaran darah ataupun cairan getah bening.
d. Pertumbuhan yang cepat
Secara klinik tumornya
cepat membesar dan secara mikroskopik ditemukan mitosis normal ( bipolar )
maupun abnormal ( atipik ). Sebuah sel membelah menjadi dua dengan membentuk
bipolar spindle. Pada tumor yang ganas terjadi pembelahan multiple pada saat
bersamaan sehingga dari sebuah sel dapat menjadi tiga atau empat anak sel.
Pembelahan abnormal ini memberikan gambaran mikroskopik mitosis atipik seperti
mitosis tripolar atau multipolar.
e. Tumor ganas bila tidak
diobati akan menyebabkan kematian
Berbeda dengan tumor jinak
biasanya tidak menyebabkan kematian bila letaknya tidak berada didaerah vital.11
KARAKTERISTIK
|
TUMOR JINAK
|
TUMOR GANAS
|
Kecepatan tumbuh
|
Lambat (tahun)
|
Cepat (bulan)
|
Batas
|
Berkapsul
|
Tidak berkapsul
|
Pergerakan
|
Dapat digerakkan
|
Cekat
|
Pertumbuhandalam tulang
|
Mendesak tulang / ekspansif
|
Menembus tulang / infiltrasi
|
Permukaan lesi
|
Menegang
|
Ulserasi
|
Keterlibatan syaraf
|
Tidak ada
|
Sakit, paralise
|
Daerah yang terlibat
|
Local (terlokalisir)
|
Luas / metastasis
|
Warna jaringan
|
Normal
|
Berubah
|
Efek terhadap jaringan tubuh
|
Tidak ada atau hiperfungsi
|
Hipofungsi atau kaheksi
|
II.5 Gambaran Klinis dan Radiologi Tumor
1. Tumor
Jinak Odontogen ( WHO, 1992)
a. Tumor
Jinak Odontogen tannpa melibatkan ektomesenkim odontogen
1). Ameloblastoma
a). Ameloblastoma solid atau multikistik
Ø Gambaran
klinis
· Ditemukan
pada penderita usia lanjut
· Jarang
pada usai dibawah 10 tahun atau pada kelompok umur antara 10-19 tahun
· Sebagian
besar didaptkan pada usai decade ke-3 sampai ke-7
· Dapat
melibatkan laki-laki dan perempuan
· Perkembangan
tumor lambat dan asimtomatik
· Pembesara
tumor menyebabkan ekspansi rahang, tetapi tidak sakit dan tidak disertau
parastesia
· 85%
terjadi di mandibula terutama pada daerah ramus asendes
· 15%
terjadi di maksila region posterior
Ø Gambaran
Radiografis
·
Gambaran radiografi sangat khas pada
lesi-lesi yang radiolusen multikistik yang apabila berkembang menjadi lokus
yang besar digambarkan seperti buih sabun dan apabila lokusnya masih kecil
digambarkan seperti honey combed .
·
Bukal dan lingual korteks terekspansi
·
Resorbsi akar-akar gigi sering terjadi
·
Dalam beberapa kasus berhubungan dengan tidak
erupsinya gigi molar ketiga
b). Ameloblastoma unikistik
Ø Gambaram
klinis
·
Umum terjadi pada penderita usia muda
·
50 % dari seluruh kasus ditemukan pada akhir
decade kedua dengan rata-rata usia 23
tahun.
·
90% tumor ini terdapat di mandibula,
khususnya region posterior
·
Lesi tumbuh asimtomatik. Pada lesi-lesi yang
besar menimbulkan pembengkakan pada
rahang dan tidak begitu sakit
Ø Gambaran
Radiografis
Radiolusen
yang berbatas jelas mengelilingi mahkota gigi molar 3 yang tidak erupsi.
c). Periferal (ekstraosseus
) ameloblastoma
Ø Gambaran
Klinis
·
Biasanya muncul dengan keluhan sangat sakit,
bertangkai , ulserasi, atau berupa lesi-lesi mukosa alfeolar atau berupa
gingiva peduculated.
·
Didiagnosis banding dengan fibroma
·
Diameter lesi lebih kecildari 1,5 cm
·
Ditemukan pada pasien usia lanjut, tetapi yang
paling sering adalah pada usia setengah baya
·
Sering ditemukan pada gingiva posterior atau
mukos alveolar, kadang kala lebih sering terjadi pada mandibula
Ø Gambaran
radiografis
Permukaan
tulang alveolar sedikit mengalami erosi, tetapi keterlibatan tulang secara
jelas tidak begitu terlihat.
2). Calcifying Ephitelial
Odontogenic Tumor (Pinborg Tumor)
Ø Gambaran
Klinis :
·
Umumnya dijumpai pada penderita usia 30-50
tahun
·
Tidak ada predileksi jenis kelamin
·
75% dari seluruh kasus dijumpai di mandibula
region posterior
·
Rasa sakit yang ringan dan pembengkakan
tumbuh lambat
Ø Gambaran
Radiografis
·
Lesi bisa dijumpai unilokuler, tetapi
multilokuler lebih sering dengan tepi skalop
·
Adanya struktur berkalsifikasi dengan ukuran
dan kepadatan yan bervariasi.
·
Sering berhubungan dengan adanya gigi impaksi
molar ketiga bawah
3). Tumor Odontogen Skuamous
Ø Gambaran
klinis
·
Ditemukan pada penderita mulai usia 11-57
tahun dengan rata-rata usia 37 tahun
·
Melibatkan prosessus alveolar mandibula dan
maksilla
·
Tidak ada predileksi sisi dan jenis kelamin
·
Rasa sakit yang ringan karena pembengkakakn
gingival
·
Gigi-gigi goyang
Ø Gambaran
radiografis
·
Gambaran radiografi tidak menunjukkan suatu
gambaran yang spesifik
·
Secara radiografi menunjukkan adanya gambaran
kerusakan tulang yang berbentuk triangular
di sebelah akar gigi
·
Kadangkala menunjukkan adanya kerusakan
tulang berbentuk vertical
·
Tepi lesi menunjukkan gambaran skeloris
·
Diameter lebih besar dari 1,5 cm
5) Clear
Cell Odontogenic Tumor
Ø Gambaran
Klinis
Disebabkan hanya sejumlah kecil kasus-kasus
yang pernah dilaporkan, jadi hanya sedikit informasi klinis yang dapat
diketahui yang berhubungan dengan tumor ini.
·
Sebagian besar kasus yang didiagnosis
melibatkan penderita diatas usia 50 tahun.
·
Dapat melibatkan mandibula dan maksila
·
Beberapa penderita mengeluh rasa sakit dan
pembesaran rahang dan sebagian lainnya relatif tidak mempunyai keluhan atau
simtom.
Ø Gambaran
Radiografis
Secara radiologi, lesi radiolusen unilokuler
atau multilokuler, dengan tepi dari radiolusen tersebut tidak mempunyai batas
yang jelas atau tidak teratur.
b. Tumor
Epitel Odontogen dengan Melibatkan Jaringan Ektomesenkim Odontogen
1)
Ameloblastik fibroma
Ø Gambaran
Klinis
·
Fibroma ameloblastik cenderung terjadi pada
penderita muda decade dua, tetapi kadang-kadang pada penderita usia setengah
baya.
·
Melibatkan laki-laki sedikit lebih umum
disbanding perempuan
·
Lesi yang kecil asimtomatik, pada lesi yang
besar menyebabkan pembesaran rahang.
·
Sisi posterior mandibula merupakan lokasi
yang paling umum, yaitu sekitar 70% dari seluruh kasus terjadi pada sisi
tersebut.
Ø Gambaran
Radiografis
·
Lesi secara radiografi menunjukkan gambaran
radiolusen unilokuler atau multilokuler dengan tepi yang jelas dan mungkin menunjukkan
sklerotik
·
Sekitar 50% berhubungan dengan gigi yang
tidak erupsi
·
Pada lesi yang besar dapat melibatkan ramus
asenden mandibula
2)
Ameloblastic Fibro-odontoma
Ø Gambaran
klinis
·
Tumor ini biasanya ditemukan pada anak-anak
dengan rata-rata usia 10 tahun
·
Dapat melibatkan kedua rahang
·
Tidak ada predilksi jenis kelamin
·
Lesi ini umumnya asimtomatik
Ø Gambaran
Radiografis
Secara
radiografi tumor menunjukkan radiolusen unilokuler, mempunyai batas yang jelas
dan jarang radiolusen multilokuler. Lesi mengandung sejumlah bahan
berkalsifikasi dengan radiodensiti dari struktur gigi. Bahan kalsifikasi di
dalam lesi menunjukkan gambaran multiple, radiopak yang kecil atau massa yang
bergabung menjadi keras.
3)
Odontoma
Ø Gambaran
klinis
·
Sebagian besar odontoma ditemukan pada decade
kedua kehidupan, dengan rata-rata usia 14 tahun.
·
Asimtomatik
·
Sering ditemukan pada pemeriksaan radiografi
rutin
·
Lesi kecil, jarang menjadi besar apabila
membesar kadangkala sampai 6 cm dan menyebabkan ekspansi rahang
·
Lebih sering di maksilla daripada di
mandibula
Ø Gambaran
Radiografis
·
Compound odontoma menunjukkan kumpulan
struktur yang mirip gigi dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi dikelilingi
oleh radiolusen yang tipis
·
Complex odontoma menunjukkan massa yang
radiopak pada struktur gigi yang dikelilingi oleh radiolusen yang tipis.
·
Sebuah gigi yang tidak erupsi sering kali
dihubungkan dengan odontoma karena menghalangi gigi erupsi.
c. Tumor
Jaringan Ektomesenkim Odontogen dengan atau Tanpa Melibatkan Jaringan Epitel
Odontogen
1)
Fibroma Odontogen
Ø Gambaran
Klinis
·
Terjadi pada usia 9- 80 tahun dengan
rata-rata usia 40 tahun
·
60% terjadi pada maksilla dan sebagian besar
berlokasi di region gigi molar pertama.
·
Kejadian di mandibula bisa mencapai 60% dan
berlokasi di region posterior
·
Fibroma odontogen yang berukuran kecil
biasanya tidak menimbulkan keluhan.
·
Jika lesi membesar menyebabkan ekspansi
tulang pada region yang terlibat atau gigi-gigi menjadi goyang.
Ø Gambaran
Radiografis
Fibroma odontogen yang berukuran kecil
cenderung menunjukkan batas yang jelas, unilokuler, lesi-lesi radiolusen sering
kali berhubungan dengan daerah apical gigi yang erupsi. Lesi-lesi yang besar
cenderung menjadi radiolusen yang multilokuler. Beberapa lesi menunjukkan
sklerotik. Sering terjadi resorbsi akar gigi yang terlibat dan lesi-lesi yang
berlokasi di antara gigi-gigi menyebabkan akar gigi yang satu dengan yang
lainnya menjadi divergen.
2)
Odontogenic myxoma
Ø Gambaran
klinis
·
Jarang dijumpai karena myxoma dalam rongga
mulut disebut odontogentic myxoma.
·
Neoplasma odontogen yang tumbuh lambat,
terlokalisir tetapi mempunyai sifat invasive dan agresif.
·
Berasal dari jaringan ikat dental papilla
·
Umumya terjadi pada predileksi usia decade 2
dan 3 yang dapat melibatkan maksila dan mandibula baik corpus maupun ramus.
·
Rasa sakit jarang dijumpai, tetapi parastesi
karena terlibatnya nervus mandibularis dapat terjadi.
·
Dalam pertumbuhannya dapat menyebabkan
gigi-gigi yang di sekitar lesi dan tulang kortikal mengalami displacement dan ekspansi serta menipis
Ø Gambaran
radiografis
Secara
radiografi lesi menunjukkan gambaran radiolusen yang dipisahkan oleh gambaran
tulang trebekular. Batas lesi dengan tulang sekitarnya tidak berbatas luas.
3)
Cementoblastoma
Ø Gambaran
klinis
·
Umumnya asimtomatik karena tidak ada
tanda-tanda infeksi
·
Dapat melibatkan seluruh gigi baik di rahang
atas maupun di rahang bawah anterior maupun posterior
·
Apabila lesi besar secara klinis menunjukkan
suatu ekspansi tulang sehingga menunjukkan pembengkakan rahang pada region gigi
yang terlibat.
·
Faktor penyebab pasti tidak diketahui tetapi
sering disebabkan karena trauma pada periodontal gigi
Ø Gambaran
radiografis
Lesi menunjukkan massa radiopak yang melekat
ke apeks gigi penyebab. Batas lesi dengan jaringan sekitarnya dipisahkan suatu
gambaran radiolusen yang tipis.
2. Tumor
Jinak Non Odontogen
a. Tumor
Jinak Non-odontogen yang berasal dari epitel mulut
1) Papilloma skuamous
Ø Gambaran
klinis
·
Menujukkan suatu proliferasi pertumbuhan yang
lambat dari epitel skuamous berlapis disusun dalam proyeksi seperti jari,
biasanya pertumbuhannya tunggal, sempit, dan struktur seperti bertangkai,
menghubungkannya ke mukosa rongga mulut di bawahnya.
·
Perlekatan bentuk tangkai yang sempit ini
adalah bentuk khusus dari lesi-lesi pedunculated. Proyeksi seperti jari dapat
dengan mudah terlihat pada sebagian besar specimen. Seringkali mirip dengan
gambaran sebuah bunga kol.
·
Papilloma menunjukkan distribusi yang luas di
dalam mulut, sebagian besar frekuensi terjadinya di palatum, lidah, mukosa
bukal labial dan gingiva.
·
Dapat berwarna putih atau merah jambu, lunak,
fleksibel pada palpasi.
·
Diameter kurang dri 2 cm
·
Tidak sakit
·
Walaupun secara umum tunggal kadangkala
multiple.
2) Veruka Vulgaris
Ø Gambaran
klinis
·
Di kulit à
berbentuk nodular
·
Berdiameter kurang dari 2 cm
·
Lokasi umu pada jari jemari, biasanya pasien
tidak ada keluhan pada iritasi local
·
Lesi bertangkai atau menunjukkan perlekatan
yang luas kebawah mukosa..
·
Lesi berwarna putih dengan permukaan yang
kasar
3) Keratoakantoma
Ø Gambaran
Klinis
·
Lesi ini menyerupai kanker kulit
·
Predileksi kejadiannya pada kulit yang
terkena matahri, umumnya pada wajah dan bibir.
·
Mikroskopiknya menyerupai karsinoma
epidermoid
·
Lesi ini umunya tunggal, terjadi diatas kulit
pertengah wajah termasuk di pipi dan hidung, kadang melibatkan jari dan telinga
b.
Tumor Jinak Non Odontogen yang berasal dari Nevus / Pigmen
Ø Gambaran
klinis
·
Dua dari nevi yang paling umum terjadi di
mukas mulut dan kulit yaitu nevus intramukosal dan nevus penghubung
·
Lokasi lesi bermanifestasi dengan tidak
adanya keluhan, lunak, menonjol, berwarna mulai merah jambu, coklat terang
sampai coklat gelap warnanya seragam berbentuk kubah, permukaan nodul halus.
·
Secara umum diameternya kurang dari 1 cm,
tetapi kadang-kadang lebih besar dan berrtangkai dan permukaannya kasar
·
Predileksi terjadi pada palatum keras dan
gingival
·
55% nevi pigmentasi rongga mulut adalah tipe
intra mukosa
c.
Tumor jinak nonodontogenik yang berasal dari jaringan ikat mulut
1). jaringan ikat fibrous
Ø Gambaran
klinis : secara klins lesi ini menunjukkan satu benjolan yang kenyal dan dapat digerakkan.dapat
terjadi pada seluruh permukaan rongga mulut.lesi ini pada pertumbuhanya tidak
menimbulkan rasa sakit.daerah yang sering mendapatkan trauma atau injuri
seperti tergigit atau karena gesekan plat protesa dari gigi palsu.
2). jaringan pembuluh saraf
Ø Gambaran
klinisnya : neufibromo adalah suaatu
neoplasia jinak yang relatif tiadak umum. Secara histologis mengandung campuran
dari sel-sel schewan neoplastik dan
aksen aksen tersebar. Neoplasia ini
berkembang dari berkas saraf dan batang
saraf yang besar mengahsilkan pembesaran tumor. Neufibroma lebih lunak pada
pemeriksaan palpasi dibandingkan mukosa normal sekitarnya dan sering
digamabarkan sebagai sesuatu konsistensi kistik atau menyurupai tekstrur
jaringan adikosa . neufibroam dapat menujukkan variasi warana antara warna
pucat hingga agak kekuningan, dengan dilundungi warana yang bervariasi coklat
Neufibroma kutan dan mukosa dapat terjadi
dalam dua keadaan yang terpisah. Lesi ini jarang sebagai lesi tersendiri tanpa
ada riwayat keluarga atau berhubungan dengan penyakit yang serupa.neufibroma
kulit dapat mempunyai variasi bentuk, anatara lain tumor bertangakai nodular (
pedunculates) terlokalisir, bersegmen, linea ,ekspansi batang syaraf lobular .
3). neurilemoma/schwannoma
Ø Gambaran klinis :
neulahrilemoma adalah neoplasia jinak jaringan saraf perifer yang relatif tidak
umum, perbedaan dengan neurofibroma adalah pada lesi mengandung suatu
proliferasi dari sel-sel schewan tanpa
akson. Seperti diketahui neurofibroma biasanya berhubungan dengan
neurofibromatosis, sedangkan sebagian besar neurilemoma terjadi secara sporadis
berupa tumor-tumor soliter. Meskipun begitu neurilemoma dapat terjadi pada
lokasi yang bervariasi, lokasi yang
paling umum dirongga mulut adalah lida.
4). Tumor sel granular
Ø Gambar
klinis : tumor sel garanular adalah tumor rongga mulut jinak yang relatif umum
yang mempunyai sesuatu pola gambaran klinis yang khus . apabila tumor berlokasi
pada lida, mukosa lingual diatanya
mungkin normal,tetapi sering kali ada perubahan pada papilla lingual
walaupun tidak begitu jelas, termasuk penurunan jumlah papilla dan lidah menjadi rata.
5). Neruroma traumatik
Ø Gambaran
klinis: Neuroma traumatik(amputasi) adalah sebagai suatu pertumbuhan yang
berlebihan bersifat bukan neoplasma dari akson dan merupakan jaringan parut
fibros.Lesi ini muncul sebagai akibat terputusnya saraf perifer,kemudian
terbentuk jaringan parut,jaringan parut ini mengganggu pertumbuhan akson
reparatif.
Neuroma traumatik sering terjadi pada sisi
yang mudah mengalami trauma fisik,seperti bibir,lidah,dan mukosa bukal.Neuroma
traumatik juga dilaporkan terjadi didaerah saraf mentalis pada pasien-pasien
ompong,dan juga terjadi setelah pencabutan gigi.
d. jaringan
adiposa
1). Lipoma
Ø Gambaran
klinis:lipoma adalah neoplasia jinak yang berasal dari jaringan adiposa.lipoma
paling sebagian besar ditemukan pada orang dewasa dan biasanya terjadi berupa
tumor tunggal di punggung,bahu,atau leher.lipoma rongga mulut biasanya
tunggal,berbatas jelas,dan lunak bila di palpasi.Meskipun lesi biasanya
berukuran kurang dari 2cm,tetapi pernah diketahui lipoma mencapai ukuran yang
patut dipertimbangkan.lipoma seringkali menununjukkan warna kekuningan jika
berlokasi di bawah mukosa mulut.
d. Tumor
Jinak Non Odontogen yang Berasal dari kelenjar Ludah
1). Oleomorphic adenoma
Ø Gambaran
Klinis
Pleomorphic
adnoma/mixed tumor merupakan tumor jinak yang berasal dari kelenjar ludah
yang dapat tumbuh dari kelenjar ludah minor maupun mayor. Tumor ini tumbuh
lambat, tidak menimbulkan rasa sakit , dapat digerakkan dan konsistensi kenyal
dengan permukaan yang halus. Tumor dapat membesar jaringan sekitarnya.
Ø Gambaran
mikroskopis
Secara mikroskopik pleomorphic adenoma menunjukkan campuran proliferasi jaringan epitel dalam
daerah jaringan myxoid, mucoid, atau
chondroid. Campuran jaringan sel – sel rpitel dengan beberapa matriks
mesenkim inilah yang disebut tumor campur (
mixed tumor ). Komponen jaringan epitel terdiri dari 2 tipe sel , yaitu sel
–sel mioepitel dan sel –sel duktus. Sel – sel duktus akan membentuk tubulus ,
duktus , atau struktur rongga kistik yang berisi cairan atau eosinopilik
material yang positif dengan pewarnaan
PAS. Disekitar struktur duktus terdapat proliferasi sel – sel mioepitel
yang membentuk lembaran ( sheaths),
untaian ( cord ) dan jala ( nest) dan seringkali diisahkan oleh
bahan substansi dasar yang mirip jaringan kartilago, miksoid dan bahan mukoid .
Tumor sebagian memounyai kapsul fibrous.
2. Tumor
Ganas
a. Tumor
ganas odontogenik
1) Tumor
yang berasal dari ektodermal : intra-alveolar carsinoma
Ø Tanda
dan gejala klinis
Penyakit ini tergolong jarang ditemui. Lebih sering
mengenai laki-laki daripada perempuan. Dapat muncul di umur berapapun. Penyakit
ini sering kali muncul pada mandibula dibandingkan maksila. Terdapat bengkak
yang disertai rasa sakit dan gigi yang mobile pada tempat di sekitar
pembengkakan.
2) Tumor
yang berasal dari mesodermal: odontogenic sarcoma
Ø Tanda
dan gejala klinis
Termasuk
tumor ganas dari odontogenic fibroma. Tumor seperti ini sangat jarang
ditemukan. Penyakit ini tergolong aggressive dan lesi yang destruktif yang mana
menghasilkan pertumbuhan menjadi sangat besar. Biasanya disertai dengan rasa
sakit
3) Tumor
yang berasal dari ektodermal dan mesodermal : ameloblastic fibro sarcoma
Ø Tanda
dan gejala klinis
Termasuk
tumor ganas dari ameloblastik fibroma, kondisi sepertini ini paling jarang
ditemukan. Kebanyakan mengenai usia muda. Mandibula lebih sering terkena
daripada maksila. Massa tumor berkembang cepat dan mendestruksi tulang rahang
dan menyebabkan gigi menjadi tanggal.
Umumnya tidak ada rasa yang sangat sakit. Sangat jarang ulserasi dan
perdarahan dari mukosa yang terlihat.
b. Tumor
ganas non-odontogenik
1).
Osteosarcoma
Ø Tanda
dan gejala klinis
Tumor
ini paling banyak mengenai anak-anak yang muda hingga yang lebih tua. Tetapi juga
kebanyakan mengenai usia di decade ke
tiga dan ke empat. Frekunsi terjadinya sama pada mandibula dan maksila. Tumor
pada mandibula biasanya terdapat pada daerag posterior. Bengkak dan rasa sakit
merupakan gejala yang seringkali ditemukan pada penyakit ini. Kehilangan gigi
dan parastesi juga terjadi pada penderita penyakit ini. Metastase terjadi
secara cepat.
2).
Ewing’s sarcoma
Ø Tanda
dan gejala klinis
Penyakit
yang biasanya mengenai anak-anak dan dewasa muda, namun jarang pada dewasa tua.
Riwayat trauma seringkali menjadi awal pertumbuhan dari tumor. Sakit yang
hilang timbul dan terjadi pembengkakan. Ketika melibatkan tulang rahang maka
akan terjadi neuralgia pada wajah dan parastesia dari bibir. Pembengkakan
terjadi secara cepat dan biasanya pada intraoral terdapat adanya ulcer. Pasien
mengalami demam dan meningkatkan jumlah sel darah putih seiring dengan
terjadinya infeksi.
3).
Multiple myeloma
Ø Tanda
dan gejala klinis
Multiple
myeloma kebanyakan mengenai orang dewasa, meskipun juga dapat mengenai orang
yang lebih muda baik laki-laki mapupun perempuan. Pasien akan mengalami rasa
sakit yang disebabkan oleh destruksi dari tulang dan fraktur yang patologik.
Kadang-kadang terdapat pembengkakan pada area tulang yang terkena penyakit ini.
Destruksi dari hemopeitik tulang dapat membuat pasien mengalami anemia, demam, dan mudah lelah. 12,13
II.6
Diferensial Diagnosis 14
|
Abses
|
Tumor jinak
|
Kista
|
|
Pembengkakan
|
Terjadi jika
sudah kronis sakitnya relative singkat
4-5 hari
|
Butuh waktu lama
|
Jika kerusakan sudah sampai tulang
(adapus),waktu relative lama,tidak sakit
|
|
Batas
|
Tidak
jelas,jika kronis bisa sampai subkutan
|
Jelas,
jaringan baru yang tumbuh
|
Jelas,
kerusakan terbatas hanya mengenai tulang keras
|
|
Penyebab Intra Oral
|
Infeksi odontogenik dan non odontogenik
|
Idiopatik iritasi kronis
|
Infeksi odontogenik
|
|
Ronsen Foto
|
Radiolusen,
jarang terlihat, di daerah tulang
|
Radiopaque,
batas jelas, ada kapsul sedikit lebih tebal dari jaringan sehat
|
Radiolusen,batas
tegas,terlihat, bangun terbenam di dalam tulang
|
|
Infiltrasi
|
Ada infiltrate dipalpasi ada fluktuasi
|
Tidak ada infiltrasi
|
Isi larutan Kristal kolesterol, warna
keemasan
|
|
Tindakan
|
Incise,
jika ada pus beri antibiotik
|
eksisi
|
Enukleasi
atau marsupialisasi
|
|
a. Ameloblastoma
Lokalisasi. Sekitar 80
% dari semua ameloblastoma terjadi pada mandibula. Dari jumlah tersebut, 70 %
terjadi di daerah molar dan sudut mandibula, sekitar 25 % di daerah premolar,
dan sisanya di segmen anterior
Differensial diagnosis:
- Myxoma odontogenik, terutama pada sudut mandibula
- Granuloma sel raksasa, khususnya di area premolar mandibula
- Tumor odontogenik Adenoid, di area kaninus rahang atas
b. Myxoma Odontogenik
Lokalisasi. The myxoma odontogenik umumnya diamati pada mandibula, dan biasanya di daerah molar di sudut. Hal ini jarang terlihat pada rahang atas
Differensial diagnosis:
-
Ameloblastoma pada regio sudut mandibula
-Granuloma
sel raksasa pada regio premolar
mandibula
Aneurysmall
kista tulang di daerah premolar mandibula
c. Sementoma
Periapikal displasia cemental
Lokalisasi. Wilayah anterior mandibula, kadang-kadang dikombinasikan dengan lesi pada gigi individu di daerah mandibula posterior .
Differensial diagnosis:
- Periodontitis apikal kronis
- Penyakit Paget tulang , tergantung pada usia dan jenis kelamin
d.Cementoblastoma
Lokalisasi.
Cementoblastoma ditemukan hampir secara eksklusif di premolar dan molar daerah
mandibula . Dapat diamati sangat jarang di segmen posterior rahang atas .
Differensial
diagnosis:
- Lesi
periapikal dan bekas luka tulang
-
Infark tulang
-
Penyakit Paget tulang , tergantung pada usia dan jenis kelamin
-
Osteoblastoma , tanpa kontak akar
-
Perkerasan fibroma , tidak ada kontak akar
e. Odontoma
Lokalisasi. Beberapa variasi odontoma kompleks yang paling sering diamati di wilayah molar ketiga rahang bawah pada laki-laki, dan di wilayah tuberositas pada wanita. Senyawa odontoma terdeteksi hampir secara eksklusif di segmen anterior dari kedua mandibula dan maksila .
Differensial diagnosis:
- Dengan lokalisasi khas, tidak ada .
II.7
Patogenesis Tumor
Neoplasma atau
tumor adalah transformasi sejumlah gen yang menyebabkan gen tersebut mengalami
mutasi pada sel DNA. Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik ini
menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau
neoplasma. Gen yang mengalami mutasi disebut proto-onkogen dan gen supresor
tumor, yang dapat menimbulkan abnormalitas pada sel somatik. Usia sel normal
ada batasnya, sementara sel tumor tidak mengalami kematian sehingga
multiplikasi dan pertumbuhan sel berlangsung tanpa kendali. Sel neoplasma
mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan, yang akhirnya
menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel. Tumor
diklasifikasikan sebagai benigna, yaitu kejadian neoplasma yang bersifat jinak
dan tidak menyebar ke jaringan di sekitarnya. Sebaliknya, maligna disinonimkan
sebagai tumor yang melakukan metastasis, yaitu menyebar dan menyerang jaringan
lain sehingga dapat disebut sebagai kanker.
Untuk
terjadinya karsinogenesis diperlukan lebih dari satu mutasi. Bahkan pada
kenyataannya, beberapa serial mutasi terhadap kelas gen tertentu diperlukan
untuk mengubah suatu sel normal menjadi sel-sel kanker. Hanya mutasi pada gen
tertentu yang berperan penting pada divisi sel, apoptosis sel dan DNA
repairyang akan mengakibatkan suatu sel kehilangan regulasi terhadap
poliferasinya.
Hampir semua
sel neoplasma berasal dari satu sel yang mengalami mutasi karsinogenik. Sel
tersebut mengalami proses evolusi klonal yang akan menambah resiko terjadinya
mutasi ekstra pada sel desendens mutan. Sel-sel yang hanya memerlukan sedikit
mutasi untuk menjadi ganas diperkirakan bersumber dari tumor jinak. Ketika mutasi berakumulasi , maka sel tumor jinak itu
akan menjadi tumor ganas.11
BAB III
PEMBAHASAN
III.1
Demo Tumor
III.2
Penatalaksanaan Tumor
a. Penatalaksanaan
Tumor Jinak
Prinsip
terapi tumor jinak rongga mulut bergantung pada tipe dan perilaku (agresifitas)
tumor, lokasi, ukuran, lamanya pertumbuhan dan keadaan umum penderita.
1). Penatalaksanaan Ameloblastoma
Terapi untuk tumor ini harus dieksisi dan
harus meliputi neoplasma sampai jaringan sehat yang berada dibawah tumor.
Hasilnya kemudian dirujuk untuk untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis dan
biopsi, hal ini akan menentukan terapi yang selanjutnya dilakukan. Setelah
eksisi, harus dilanjutkan dengan elektrodesikasi atau dengan dirawat lukanya
dengan larutan karnoy.15
Terapi bedah ameloblastoma dapat dibagi
menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Eksisi
tumor yang terbagi dalam reseksi total dan reseksi segmental, perawatan lain
yang bisa dilakukan yaitu dengan diterapkan metode dredging atau enucleation
dan curretation
2. rekonstruksi
3. rehabilitasi.
15
Enukleasi/ekstirpasi in toto
Terutama dilakukan pada
tumor jinak jaringan keras yang mempunyai batas yang jelas dan perilaku tidak
agresif seperti odontoma.
Eksisi
untuk tumor jinak dengan
rekurensi tinggi seperti pleomorfik adenoma.
Reseksi tulang
Dilakukan
pada tumor jinak tulang yang mempunyai agresifitas tinggi seperti ameloblastoma
atau miksoma, yang telah menginfiltrasi jaringan tulang atau korteks
tulang sudah sangat tipis atau tumor jinak dengan resiko tinggi seperti
hemangioma tipe sentral. Reseksi dapat berupa reseksi marginal, segmental
sampai reseksi total dengan atau tanpa rekonstruksi cangkok tulang.
·
Dredging
Metode dredging merupakan suatu
terapi alternatif pada kasus ameloblastoma, terutama diindikasikan pada
penderita muda terutama wanita, kooperatif dan bersedia untuk dilakukan
beberapa kali tahapan operasi.
Metode ini mulai diperkenalkan oleh
Kawamura et al tahun 1991, yaitu suatu metode prosedur bedah konservatif yang
bertujuan untuk menghilangkan jaringan tumor secara keseluruhan dan mempercepat
pertumbuhan tulang baru dengan cara membuang jaringan parut dari rongga tulang
(Kawamura et al, 1991).
Metode ini merupakan terapi alternatif
ameloblastoma yang dapat dilakukan untuk semua tipe ameloblastoma baik kistik,
padat atau campuran, yang terdiri dari tahapan tindakan deflasi/dekompresi,
enukleasi, dredging serta kontrol yang teratur dan kontinyu.
b. Penatalaksanaan
Tumor Ganas
Rongga
mulut dibagian depan dimulai dari bibir sampai arkus faringeus anterior. Setiap
struktur/organ yang ada di rongga mulut seperti bibir, lidah (2/3 anterior),
palatum durum, ginggiva, mukosa bukal/pipi, trigonum retromolar dan dasar mulut
dapat mengalami perubahan keganasan, terutama jenis karsinoma sel
skuamosa/epidermoid (95 – 97%) yang berdiferensiasi dengan baik (well
differentiated). Diantara kanker rongga mulut (KRM) yang paling sering
diketemukan adalah kanker lidah (25-45%), terutama pada bagian lateral
sepertiga tengah lidah yaitu sekitar 40-75%. Sebagian besar (60%) datang sudah
stadium lanjut (Levine, 2001). 17
Sebenarnya
untuk menegakkan diagnosis klinis atau kecurigaaan suatu KRM tidaklah sukar.
Setiap lesi seperti plak, erosi mukosa, ulkus kecil yang lama tak sembuh
(kronis) dirongga mulut dan adanya faktor predisposisi (tembakau / sirih,
alkoholisme, iritasi kronis, higiene mulut yang jelek dsb), harus dipikirkan
kemungkinan KRM. Lesi pra ganas (leukoplakia, eritroplakia dan fibrosis submukosa),
lesi ganas yang dini (karsinoma in situ) maupun tumor kecil seringkali tanpa
gejala. Dengan bertambah besarnya ukuran tumor tampak indurasi atau ulkus
dengan tepi agak meninggi yang merupakan tanda invasif dini. Untuk lebih
memperjelas kelainan dalam rongga mulut dapat dibantu dengan kumur larutan zat
warna toluidine blue 1% (5-10 ml). Tergantung dari lokasi tumor primernya,
selanjutnya perluasan tumor (infiltratif) kesubmukosa, perineural/perivaskuler
dan jaringan sekitarnya. Pada kanker lidah, perluasan keotot-otot lidah, dasar
mulut atau mandibula menimbulkan gejala nyeri, trismus dan gangguan menelan.
Kanker besar atau tipe eksofitik / verukosa dapat menimbulkan gejala obstruksi
jalan napas atas.
Kanker
di mukosa pipi sering diketemukan pada pertemuan deretan gigi atas dan bawah
yaitu pada daerah trigonum retro molar, meskipun tampaknya superfisial
seringkali telah infiltrasi ke otot pterigoid internus atau mandibula dengan
gejala trismus. Kanker ginggiva biasanya didapatkan pada daerah premolar atau
molar, untuk menentukan adanya infiltrasi kanker pada alveolus/mandibula
diperlukan pemeriksaan radiologik (foto Eisler atau panoramik). Daerah rongga
mulut, khususnya lidah mempunyai saluran limfe yang sangat banyak sehingga
kanker disini cepat metastasis regional berupa pembesaran kelenjar getah bening
leher peringkat pertama (submental dan submandibula) dan peringkat kedua (lnn.
subdigastrik dan jugulokarotid). Sekitar 40-60% penderita KRM sudah ada tumor
metastasis di leher saat pertama kali datang berobat. Meskipun secara klinis
tidak teraba adanya pembesaran kelenjar leher (NO), tetapi pada pemeriksaan
secara histopatologis didapatkan sekitar 50% sudah ada mikrometastasis. 17
Untuk
mengeluarkan tumor pada keganasan di rongga mulut (terutama karsinoma lidah)
dapat dilakukan melalui beberapa cara pendekatan, yaitu :
1. Per oral
yaitu melalui rongga mulut terutama untuk
mengeluarkan tumor yang kecil (dini)
dibagian depan. 17
2. Flap pipi
yaitu melakukan insisi pada garis tengah bibir
atas, atau bibir bawah yang dilanjutkan ke leher dibawah dagu. Flap pipi atas
(insisi Weber Ferguson) biasanya untuk ngangkat tumor di palatum, ginggiva atas
atau mukosa pipi atas. Sedangkan flap pipi bawah untuk tumor di lidah (terutama
bagian belakang), dasar mulut, trigonum retromolar dan tumor pipi bawah. Kanker
lidah besar (T3, T4) yang tidak mengadakan perluasan (infiltrasi) ke tulang
mandibula, setelah eksisi luas (hemiglosektomi, glosektomi total) dan diseksi
leher atas, tumor di lidah dapat keluarkan dengan cara ditarik lewat bagian
bawah mandibula (pull through technique). Dengan teknik ini, meskipun operasi
menjadi lebih sulit namun dapat dihindari pemotongan mandibula. 17
3. Mandibulotomi
yaitu memotong tulang mandibula di garis
tengah. Sebelum mandibulotomi, dilakukan terlebih dulu insisi membelah bibir
bawah di garis tengah. Teknik ini sering dilakukan oleh karena diperoleh
lapangan operasi yang luas sehingga dapat
mencapai lidah dan bagian
belakang rongga mulut. 17
4. Visor Flap
yaitu melakukan insisi kulit
melengkung sesuai lengkung dagu (mandibula) bagian depan, diperdalam sampai
mengiris mukosa dibawah lidah. Setelah lidah dan organ dasar lidah dibebaskan
dari perlekatannya di mandibula, lalu ditarik kebawah sehingga keluar di insisi
kulit dagu yang telah dibuat sebelumnya. Teknik ini selain sulit, lapangan
pandang operasi sempit sehingga jarang dikerjakan. 17
Macam
– Macam Pembedahanya
Seberapa
luas pembedahan harus dilakukan tergantung dari lokalisasi, perluasan tumor (T)
dan ada tidaknya tumor leher (N). 17
Macam
pembedahanyang dikerjakan dapat berupa : (Maran, 1983; Marmowinoto, 1983;
Levine dan Hood, 2001)
1. Eksisi luas
Eksisi luas pada kanker
palatum dapat berupa reseksi atau maksilektomi parsial /
inferor (infra struktur).
Sedangkan eksisi luas pada kanker lidah dapat berupa
glosektomi parsial, hemi
atau total. Pemotongan lidah dilakukan dengan kauter.
Setelah glosektomi parsial, defek di lidah
dapat dijahit langsugn (primary closure),
atau ditutup dengan graf
kulit (thick split-skin graft) seperti gambar dibawah. 17
2. Eksisi luas dan reseksi
mandibula (marginal atau segmental)
3. Eksisi luas, reseksi
mandibula dan diseksi leher radikal (RND) atau modifikasi
(MRND)
Indikasi operasi ini bila
kanker lidah sudah sangat dekat atau melekat erat
(infiltratif) ke tulang
mandibula. Operasi ini disebut sebagai composite operation,
block resection. Eksisi luas
kanker lidah yang disertai dengan combined mandibular and neck dissection
operation (Commando) disebut sebagai “ Commando lidah “ Selain eksisi dengan
menggunakan pisau (dan kauter), sejak dekade terakhir ini untuk mengeluarkan
kanker di rongga mulut dan laring (terutama stadium dini) di negara maju
dilakukan dengan menggunakan Laser CO2. Teknik operasi tumor yang disebut
Carbon Dioxide Laser Surgery, atau Endoscopic Laser Cancer Surgery
dilaporkan hasil yang
memuaskan (Eckel dan Thumfart, 1992; Rudert, 2001). 17
Teknik
Eksisi
Pada dasarnya, eksisi
seluas-luasnya agar seluruh jaringan tumor dapat
dikeluarkan semuanya. Pada
umumnya jarak insisi sekitar 1,5-2 sentimeter pada jaringan normal yang bebas
tumor, tetapi pada kanker dengan derajat keganasan yang tinggi atau sangat
ganas (mis. undiff. epidermoid ca, sarkoma, melanoma maligna) dan tumor yang
infiltratif, untuk mendapatkan daerah bebas tumor (free margin) perlu jarak
yang lebih jauh lagi yaitu 4-6 cm. Agar eksisi selalu berada diluar daerah
tumor dapat dibantu dengan palpasi, sebaiknya eksisi dilakukan dengan pisau
kauter (ujung pisau menghadap keatas) sehingga selama pembedahan tidak diganggu
oleh perdarahan. Cara lain (khususnya untuk tumor kecil) yaitu dengan melakukan
koagulasi jaringan tumor sampai habis (dengan kauter) terlebih dulu baru
kemudian eksisi. Dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan potong beku (VC) pada
tepi-tepi sayatan, khususnya daerah yang dicurigai (radikalitas). Tumor lidah
yang sudah sangat dekat tetapi belum infiltrasi ke mandibula sebaiknya
dilakukan mandibulektomi marginal, sedangkan bila jelas sudah infiltrasi tulang
mandibula dilakukan mandibulektomi segmental . Meskipun tak teraba tumor leher
(NO), karena kemungkinan (mikro) metastasis yang tinggi (50%) maka perlu
dilakukan diseksi kelenjar leher atas (mis. suprahyoid neck dissection) atau
diseksi leher radikal modifikasi (MRND). Bila jelas ada tumor di leher (N1,
N2), apalagi hasil FNA atau VC positip ganas sebaiknya dilakukan RND (Collins
dan Spector, 1993; Levine dan Hood, 2001). Setelah mengeluarkan tumor lidah
yang besar (eksisi luas) akan timbul defek besar yang untuk menutupnya perlu
tindakan berupa rekonstruksi. Macam rekonstruksi yang dikerjakan tergantung
banyak faktor antara lain lokalisasi, besar/luasnya defek, fasilitas (alat,
kamar bedah, team work) dan pengalaman operator. 17
Prinsip dasar rekonstruksi
rongga mulut
1.Rekonstruksi tidak boleh
membatasi atau mempengaruhi pengangkatan tumor.
2.Rekonstruksi tidak boleh
menaikkan morbiditas atau mortalitas.
3.Sebelum rekonstruksi harus
dibuat rencana yang matang.
4.Perbaikan fungsi dan
bentuk diselesaikan dalam satu tahap.
5.Defek pada daerah donor
masih wajar.
6.Rekonstruksi yang rumit
harus dihindari bila ada cara lain yang lebih sederhana dengan hasil yang
memadai (mis. prostesis pada defek palatum), terutama bila radikalitas operasi
diragukan.
7.Hindari permukaan/tulang
yang telanjang.
8.Bila vaskularisasi jelek
lebih baik menggunakan flap dan difiksasi dengan kuat.
9.Harus ingat sebab
kegagalan flap, yaitu pola yang tak tepat, ketegangan jaringan,
hematom dan udem, infeksi dan vena
bendung.
BAB IV
PENUTUP
IV.1
Kesimpulan
..... Tumor adalah nama untuk neoplasma
atau lesi padat
yang dibentuk oleh pertumbuhan abnormal
dari sel-sel (disebut
neoplastik) yang terlihat
seperti pembengkakan dimana massa
jaringan baru tumbuh secara independen dari struktur
sekitarnya dan yang
tidak memiliki tujuan fisiologi. Tumor-tumor
non neoplastik adalah segala bentuk perubahan atau penyimpangan pertumbuhan dan
perkembangan normal atau menimbulkan suatu pertumbuhan patologis sampai pada
fase tertentu dan kemudian berhenti.
..... Tumor dibagi menjadi 2 yaitu : tumor
jinak dan tumor ganas. Tumor jinak dapat menyerang struktur yang berdekatan
yang tidak memiliki kemampuan untuk menyebarluaskan ke tempat yang jauh.
Sebaliknya tumor ganas baik menyerang dan menghancurkan jaringan sekitarnya dan
memiliki kemampuan untuk menyebar.
..... Penatalaksanaan Tumor Jinak yaitu
prinsip terapi tumor jinak rongga mulut bergantung pada tipe dan perilaku
(agresifitas) tumor, lokasi, ukuran, lamanya pertumbuhan dan keadaan umum
penderita, seperti Enukleasi/ekstirpasi
in toto , Eksisi,
Reseksi
tulang ,
Dredging dan rehabilitasi,
Penatalaksanaan
Tumor Ganas (terutama karsinoma lidah) dapat dilakukan melalui beberapa cara
pendekatan, yaitu Per oral, Flap pipi, Mandibulotomi dan Visor Flap
IV.2 Saran
Untuk
menghindari terjadinya tumor maka sebaiknya memperhatikan kebersihan rongga
mulut dan nutrisi yang kita konsumsi sehari-hari serta membiasakan hidup sehat
sehingga terhindar dari mikroorganisme patogen.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cram. Study Guide
for General and Oral Pathology for Dental Hygienists. Facts101: USA. 2015
2. Sailer, Herman F.,
Pajarola, Gion F. Color atlas of dental medicine, oral surgery for the general
dentist. Thieme : german. 1999
3. Malamed, Stanley
F. e-Study Guide for : Medical Emergencies in the dental Office. Facts101: USA.
2014
4. Yatim, Faisal.
Penyakit Kandungan. Myoma, kanker rahim/leher rahim dan indung telur, kista
serta gangguan lainnya. Pustaka Populer Obor: Jakarta. 2005
5. Abdurahman, Deden.
Biologi. Grafindo Media Pratama: Bandung. 2008
6. Syafriadi, Mei.
Patologi Mulut tumor neoplastik dan non neoplastik rongga mulut. Penerbit andi:
Yogyakarta. 2008
7. Wibisono,Gunawan.
Peran Prostaglandin pada Perkembangan Tumor. Jakarta : Jurnal PDGI.2002.Hal :
10-14
8. Syafriadi,
Mei.2008. Patologi Mulut Tumor
Neoplastik & Non Neoplastik Rongga Mulut. Yogyakarta : Andi Offset
9.
Ibsen Olga, Phelan J.A. Oral Pathology for the Dental Hygienist. Elseiver.2014.
p.224
10. Sign asha,
Chaudhary. Essentials of Pediatric Oral Pathology. Jaypee. New Delhi. 2011.p
201
11. Archer, H.H (1975) : Oral An Maksilofasial Surgery,
Vol.1,5th Ed, Philadelphia W.B Sounders, Co. Toronto
12. Pederson GW Alih
Bahasa Purwanto Bassosseno, ( 1996 ) :
Buku Ajar Praktis Bedah Mulut Penerbit Buku Kedokteran EGC
13. Fragiskos FD,
(2007) Oral Surgery. Springer berlin,pp 209 – 228
14. Pasler, Friedrich
A. Color Atlas of Dental Medicine Radiology. New York : Thieme. 1993
15. PDGI. Makassar Dental
Journal. Makassar. PDGI cabang Makassar. 6 Desember 2013.
16. Dandriyal
R. Surgical management of ameloblastoma: Conservative or radical approach.
National Journal Of Maxillofacial surgery. januari-juni 2011.
17. Kentjono
W A. Pembedahan pada Tumor Parotis dan Kangker Rongga Mulut. Majalah Kedokteran
Tropis Indonesia. Juli 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar