Selasa, 06 Oktober 2015

Tumor dalam Kedokteran Gigi


                                                                                               

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi sel adalah proses fisiologis yang terjadi pada hampir semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.
Mutasi pada DNA sel menyebabkan kemungkinan terjadinya neoplasma sehingga terdapat gangguan pada proses regulasi homeostasis sel. Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik ini dapat menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau neoplasma.
Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh.
Pada rongga mulut, tumor atau neoplasma dapat didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan jaringan liar di dalam dan di sekitar rongga mulut yang pertumbuhannya tidak dapat dikembalikan dan tidak berguna bagi tubuh. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada bibir, pipi, dasar mulut, palatum, lidah, dan didalam tulang rahang. Jaringannya dapat terdiri dari jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, jaringan saraf, jaringan tulang, pembuluh darah.
Apabila tidak dilakukan perawatan yang adekuat, akan menyebabkan kehilangan kehilangan gigi dan penyebaran infeksi ke bagian tubuh yang lain. Oleh karena itu, diagnosa yang tepat harus ditegakkan agar dapat dilakukan perawatan yang tepat sehingga perlu ditinjau lebih lanjut mengenai tumor.







I.2 Rumusan Masalah

1.  Mahasiswa mampu mengetahui tentang Definisi Tumor
2.  Mahasiswa mampu mengetahui tentang Etiologi Tumor
3.  Mahasiswa mampu mengetahui tentang  Klasifikasi Tumor  
4.  Mahasiswa mampu mengetahui tentang  Sifat-sifat Tumor
5. Mahasiswa mampu mengetahui tentang  Gambaran Klinis Tumor
6. Mahasiswa mampu mengetahui tentang  Diferensial Diagnosis
7. Mahasiswa mampu mengetahui tentang Patogenesis Tumor

























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
       
         II.1  Definisi Tumor
 Tumor adalah nama untuk neoplasma atau lesi padat yang dibentuk oleh pertumbuhan abnormal dari sel-sel (disebut neoplastik) yang terlihat seperti pembengkakan dimana massa jaringan baru tumbuh secara independen dari struktur sekitarnya dan yang tidak memiliki tujuan fisiologi. Tumor-tumor non neoplastik adalah segala bentuk perubahan atau penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan normal atau menimbulkan suatu pertumbuhan patologis sampai pada fase tertentu dan kemudian berhenti. Kelainan ini dikenal dengan istilah tumor-like condition atau hamartoma. Kelainan sel tersebut dapat disebabkan oleh gangguan genetic (congenital), trauma atau infeksi yang mengganggu cell circle. Jika kelainan pertumbuhan dan perkembangan tersebut terus-menerus dan tak terkontrol, maka digolongkan sebagai suatu kelainan pertumbuhan dan perkembangan sel yang berupa neoplastik sebenarnya (true neoplasm). Neoplasma atau neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol oleh tubuh. Para onkologis masih sering menggunakan istilah tumor untuk menyatakan suatu neoplasia atau neoplasma. 1,2,3,6
Image
Tumor adalah suatu pembengkakan yaitu jutaan sel yang tidak normal akan berkelompok dan membentuk tumor. Kelompok sel-sel tidak normal ini bisa menimbulkan infeksi, peradangan, kanker atau apa saja. Apabila tumor hanya berkembang secara lokal, meskipun besar, tidak mempunyai kemampuan menyebar ke tempat lain yang jauh letaknya. Ini disebut tumor jinak, dan bukan kanker. Penyebaran tumor ke tempat berjauhan dari asalnya disebut anak sebar (metastase). Tumor disebabkan pertumbuhan sel yang menyimpang atau tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Sel melakukan pembiakan dengan tidak mengikuti kaidah pembiakan.4
Tumor adalah suatu benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel. Tumor rongga mulut merupakan tumor yang terdapat didaerah yang terletak mulai dari perbatasan kulit selaput lendir atas dan bawah sampai ke perbatasan palatum durum-palatum mole di bagian atas. Tumor merupakan sekumpulan sel yang membelah diri dengan sangat cepat sehingga tumbuh dan jumlahnya menjadi banyak secara tidak terkendali untuk beberapa jenis tumor tertentu, kumpulan sel yang tumbuh cepat ini terlihat sebagai benjolan jika sudah mencapai tahap yang cukup lanjut. 5
         Tumor adalah suatu perubahan atau transformasi kendali sel, sehingga sel melepaskan diri dari mekanisme pengaturan pertumbuhan normal. 6

         II.2  Etiologi Tumor
a.    Faktor genetik
Transformasi disebabkan oleh gagalnya kemampuan memperbaiki kerusakan DNA ( DNA repair ) dan apoptosis, sehingga sel terus mengalami pertumbuhan (immortal).
b.    Faktor Predisposisi
Banyak faktor penyebab/pendukung yang dapat merangsang terjadinya neoplasma. Faktor-faktor ini digolongkan dalam 2 kategori, yaitu :
a.    Faktor internal yaitu faktor yang berhubungan dengan herediter dan faktor-faktor pertumbuhan.
b.    Faktor eksternal seperti bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obat-obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, tembakau, atau alcohol

Kedua kategori diatas disebut bahan-bahan karsinogen. Faktor-faktor tersebut dapat berperan secara individual atau kombinasi dengan karsinogen lainnya atau kombinasi dengan faktor-faktor lain yang sebenarnya faktor tersebut bukan penyebab kanker, tetapi hanya membantu karsinogen untuk mutasi atau dengan menekan fungsi sel ( ko-promotor).8

         II.3  Klasifikasi Tumor
Tumor dibagi menjadi 2 yaitu : tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak dapat menyerang struktur yang berdekatan yang tidak memiliki kemampuan untuk menyebarluaskan ke tempat yang jauh. Sebaliknya tumor ganas baik menyerang dan menghancurkan jaringan sekitarnya dan memiliki kemampuan untuk menyebar.9

Tissue of origin
Benign tumour
Malignant tumour
Ephitelium
Squamous cell
Papiloma
Squamous cell or carcinoma
Basal cell

Basal cell carcinoma
Gland or duct
Adenoma
Adenocarcinoma
Neuroectoderm
Melanocytes
Nevus
Melanoma
Connective tissue
Fibrous
Fibroma
Fibrocarsinoma
Cartilage
Chondroma
Chondrosarcoma
Bone
Osteoma
Osteosarcoma
Fat
Limpoma
Liposarcoma
Endothelium
Blood Velles
Hemangioma
Angiosarcoma
Lymphatic Velles
Lymphangioma
Lymphangiosarcoma
Muscle
Smooth musle
Leymyoma

Striated muscle
Rhabdomyoma
Rhabdomyosarcoma

Klasifikasi tumor odontogenik menurut WHO :10
1.  Tumor jinak rongga mulut
a.  Tumor jinak rongga mulut odontogen
1)  Tumor jaringan yang berasal dari jaringan epitel odontogen tanpa melibatkan ektomesenkim odontogen




a)  Ameloblastoma
Ameloblastoma adalah tumor odontogen yang berasal dari epitel enamel organ (ameloblast) yang merupakan sel pembentuk gigi, yang merupkan tumor secara klinis paling umum dijumpai. Tumor ini bersifat lambat, local invasif dan sebagian besar bersifat jinak.
-          Ameloblastoma solid atau multikistik
-          Ameloblastoma unikistik
-          Periferal (ekstraosseus ) ameloblastoma
b)  Tumor odontogen epitel berkalsifikasi ( pinborg Tumor )
Pinborg tumor adalah lesi yang jarang, prevalensi nya lebih kecil dari 1% dari seluruh tumor-tumor odontogen
c)  Tumor odontogen Skuamous
Tumor ini berasal dari transformasi neoplastik dari sisa-sisa epitel mallasez. Kelihatan tumor ini  berasal dari ligament periodontal dan berhubungan dengan permukaan lateral akar gigi dan gigi tidak erupsi.
d)  Tumor odontogen sel bersih
Tumor ini jarang terjadi pada rahang. Pertama kali dipaparkan tahun 1985 dan hanya sejumlah kecil kasus yang dilaporkan. Tumor berasal dari odontogen, tetapi histogenesisnya masih belum jelas. Pemeriksaan histokimia dan ultrastruktur pada tumor ini menunjukkan sel-sel bersih yang mirip pada ameloblast yang kaya dengan glikogen.

2)  Tumor epitel odontogen dengan melibatkan jaringan ektomesenkim odontogen
a)  Ameloblastik fibroma
Merupakan tumor campuran jaringan epitel dan jaringan mesenkim. Tumor ini tidak umum dan data yang ada sulit dievaluasi sebab beberapa lesi didiagnosis sebagai fibroma ameloblastik yang kemungkinan hanya tahap awal dari perkembangan odontoma.
b)  Ameloblastik fibro-odontoma
Tumor ini didefenisikan sebagai sebuah tumor yang gambaran umumnya adalah suatu fibroma ameloblastik, tetapi juga mengandung enal dan dentin. Beberapa peneliti percaya bahwa ameloblastic fibro-odontoma hanya suatu tahap dalam perkembangan  suatu odontoma. Dalam beberapa kasus tumor  dapat tumbuh progresif menyebabkan perubahan bentuk dan kehancuran tulang.

c)  Odontoma
http://www.usc.edu/hsc/dental/opfs/OT/084bb.jpg
Merupakan jenis yang paling umum dari tumor-tumor odontogenik. Tumor ini dipertimbangkan sebagai anomaly perkembangan agak jarang disebut neoplasma yang sesungguhnya. Pada perkembangan awal dari lesi ini menujukkan proliferasi epitel odontogen dan jaringan mesenkim, kemudian pada perkembangan selanjutnya diikuti pembentukan enamel, dentin, dan variasi dari pulpa dan sementum. Tumor ini mempunyai dua tipe yaitu compound and complex odontoma.
Compound odontoma mengandung struktur gigi yang kecil dan banyak. Sedangkan complex odontoma mengandung massa yang besar dari enamel dan dentin tidak menyerupai gigi.

3)  Tumor jaringan ektomesenkim odontogen dengan atau tanpa melibatkan jaringan epitel odontogen
a)  Fibroma odontogen
Fibroma Odontogen adalah tumor yang jarang ditemukan dan merupakan lesi yang masih menimbulkan kontroversi. Hanya kurang dari 50 kasus yang pernah dilaporkan.
b)  Odontogenic myxoma/myofibroma
c)  Cementoblastoma
b.     Tumor jinak non odontogen
1)  Tumor jinak non odontogen yang berasal dari epitel mulut
a)  Papilla skuamous
adalah suatu neoplasia jinak yang berasal dari epitel permukaan mukosa mulut. Dipertimbangkan sebagai neoplasia epitel jinak yang sangat umum terjadi di dalam mulut. Neoplasia ini dan lesi-lesi hampir sama dengan yang terjadi di beberapa area tubuh menunjukkan bukti peningkatan yang mana papilloma sering terjadi akibat dari suatu infeksi virus papilloma manusia (Human Papilloma Virus/HPV). Papilloma dipertimbangkan berhubungan erat dengan Veruka Vulgaris atau kutil.
b)  Veruka vulgaris
        Veruka vulgaris dikenal secara luas sebagai kutil. Lesi ini adalah neoplasia epitel jinak yang dihasilkan oleh infeksi dengan tipe-tipe tertentu dari HPV. Veruka Vulgaris paling umum dijumpai di kulit bukan di mulut dan predileksi terjadinya pada anak-anak dan orang dewasa.
c)  Keratoakantoma
Keratoakantoma adalah suatu kekhususan dan merupakan neoplasia jinak yang tidak umum, berasal dari epit squamos berlapis. Meskipun relatif jarang tetapi penting dipelajari pada penyakit mulut.



2)  Tumor jinak non odontogen yang berasal dari pigmen
Nevus pigmentasi atau tahi lalat dapat juga dijumpai di jaringan lunak mukosa rongga mulut. Lesi ini merupakan proliferasi jinak dari sel-sel yang menghasilkan melanin. Lesi ini hanya menjadi ganas tidak terkontrol dan berpotensial pertumbuhan tidak tebatas.

3)  Tumor jinak non odontogen yang berasal dari jaringan ikat mulut
a)  Jaringan ikat fibrous : fibroma
b)  Jaringan pembuluh saraf : neurofibroma
c)  Jaringan adipose : lipoma
4)  Tumor jinak non odontogen yang berasal dari kelenjar ludah
a)  Pleomorphic adenoma
b)  Monomorphic adenoma

2.  Klasifikasi tumor ganas
a.    Odontogenic Carcinomas
1)    Malignant ameloblastoma
2)    Primary intra-osseous carcinoma
3)    Malignant variant of other odontogenic tumors
4)    Malignant changes in odontogenic cycst
b.    Odontogenic sarcoma
1). Ameloblastic fibrosarcoma (ameloblastic sarcoma)
2). Ameloblastic fibro-dentinosarcoma and ameloblastic fibro-odontosarcoma
3). Odontogenic Carcinocarcoma 10
         II.4  Sifat- sifat Tumor
Pada sel neoplasma terjadi perubahan sifat, sehingga sebagian besar energi digunakan untuk berkembang biak. Berdasarkan garis besarnya dan keganasannya neoplasma atau tumor dapat diklasifikasikan menjadi : jinak (benigna) dan ke pertumbuhan ganas (maligna atau kanker). Tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna atau kanker) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:11

1. Tumor Jinak ( Benign )
a. Pertumbuhannya ekspansif
Pertumbuhan ekspansif yaitu mendesak jaringan sehat sekitarnya sehingga jaringan sehat yang terdesak membentuk simpai atau kapsul dari tumor, maka dikatakan tumor jinak umumnya bersimpai atau berkapsul. Karena tidak ada pertumbuhan infiltratif biasanya tumor jinak dapat digerakkan dari dasarnya.
b. Tidak bersifat residif
Tumor jinak yang berkapsul bila diangkat mudah dikeluarkan seluruhnya sehingga tidak ada jaringan tumor tertinggal dan tidak menimbulkan kekambuhan.
c.    Tidak bermetastase
Tumor jinak biasanya tidak dapat bermetatase sehingga tumor jinak tidak dapat menyebar kejaringan sekitarnya.
d. Pertumbuhan yang lambat
Dengan pertumbuhan yang lambat tumor tidak cepat membesar dan dari pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan gambaran mitosis abnormal. Adanya gambaran mitosis sugestif tumor itu ganas.
e. Tidak menyebabkan kematian
Tumor jinak tidak membahayakan atau mengancam jiwa, namun bila tumor tersebut tumbuh didaerah vital maka tumor tersebut dapat mengancam jiwa.
2. Tumor Ganas ( Maligna atau Kanker )
a. Pertumbuhan infiltratif
Pertumbuhan infiltratif yaitu tumbuh bercabang menyebuk kedalam jaringan sehat sekitarnya, menyerupai jari kepiting sehingga disebut kanker. Karena itu tumor ganas biasanya sulit digerakkan dari dasarnya.
b. Residif
Tumor ganas sering tumbuh kembali ( residif ) setelah diangkat atau diberi pengobatan dengan penyinaran. Keadaan ini disebabkan adanya sel tumor yang tertinggal, kemudian tumbuh dan membesar membentuk tumor ditempat yang sama.
c. Metastase
Walaupun tidak semua, umumnya tumor ganas sanggup mengadakan anak sebar ditempat lain melalui peredaran darah ataupun cairan getah bening.
d. Pertumbuhan yang cepat
Secara klinik tumornya cepat membesar dan secara mikroskopik ditemukan mitosis normal ( bipolar ) maupun abnormal ( atipik ). Sebuah sel membelah menjadi dua dengan membentuk bipolar spindle. Pada tumor yang ganas terjadi pembelahan multiple pada saat bersamaan sehingga dari sebuah sel dapat menjadi tiga atau empat anak sel. Pembelahan abnormal ini memberikan gambaran mikroskopik mitosis atipik seperti mitosis tripolar atau multipolar.
e. Tumor ganas bila tidak diobati akan menyebabkan kematian
Berbeda dengan tumor jinak biasanya tidak menyebabkan kematian bila letaknya tidak berada didaerah vital.11

KARAKTERISTIK
TUMOR JINAK
TUMOR GANAS
Kecepatan tumbuh
Lambat (tahun)
Cepat (bulan)
Batas
Berkapsul
Tidak berkapsul
Pergerakan
Dapat digerakkan
Cekat
Pertumbuhandalam tulang
Mendesak tulang / ekspansif
Menembus tulang / infiltrasi
Permukaan lesi
Menegang
Ulserasi
Keterlibatan syaraf
Tidak ada
Sakit, paralise
Daerah yang terlibat
Local (terlokalisir)
Luas / metastasis
Warna jaringan
Normal
Berubah
Efek terhadap jaringan tubuh
Tidak ada atau hiperfungsi
Hipofungsi atau kaheksi






II.5  Gambaran Klinis dan Radiologi Tumor
1.    Tumor Jinak Odontogen ( WHO, 1992)
a.  Tumor Jinak Odontogen tannpa melibatkan ektomesenkim odontogen
1).  Ameloblastoma
amelo.png
a).  Ameloblastoma solid atau multikistik
Ø Gambaran klinis
·      Ditemukan pada penderita usia lanjut
·      Jarang pada usai dibawah 10 tahun atau pada kelompok umur antara 10-19 tahun
·      Sebagian besar didaptkan pada usai decade ke-3 sampai ke-7
·      Dapat melibatkan laki-laki dan perempuan
·      Perkembangan tumor lambat dan asimtomatik
·      Pembesara tumor menyebabkan ekspansi rahang, tetapi tidak sakit dan tidak disertau parastesia
·      85% terjadi di mandibula terutama pada daerah ramus asendes
·      15% terjadi di maksila region posterior
Ø Gambaran Radiografis
·      Gambaran radiografi sangat khas pada lesi-lesi yang radiolusen multikistik yang apabila berkembang menjadi lokus yang besar digambarkan seperti buih sabun dan apabila lokusnya masih kecil digambarkan seperti honey combed .
·      Bukal dan lingual korteks terekspansi
·      Resorbsi akar-akar gigi sering terjadi
·      Dalam beberapa kasus berhubungan dengan tidak erupsinya gigi molar ketiga
b). Ameloblastoma unikistik
Ø Gambaram klinis
·            Umum terjadi pada penderita usia muda
·      50 % dari seluruh kasus ditemukan pada akhir decade kedua dengan  rata-rata usia 23 tahun.
·            90% tumor ini terdapat di mandibula, khususnya region posterior
·            Lesi tumbuh asimtomatik. Pada lesi-lesi yang besar menimbulkan    pembengkakan pada rahang dan tidak begitu sakit
Ø Gambaran Radiografis
Radiolusen yang berbatas jelas mengelilingi mahkota gigi molar 3 yang tidak erupsi.
c). Periferal (ekstraosseus ) ameloblastoma
Ø Gambaran Klinis
·            Biasanya muncul dengan keluhan sangat sakit, bertangkai , ulserasi, atau berupa lesi-lesi mukosa alfeolar atau berupa gingiva peduculated.
·            Didiagnosis banding dengan fibroma
·            Diameter lesi lebih kecildari 1,5 cm
·            Ditemukan pada pasien usia lanjut, tetapi yang paling sering adalah pada usia setengah baya
·            Sering ditemukan pada gingiva posterior atau mukos alveolar, kadang kala lebih sering terjadi pada mandibula
Ø Gambaran radiografis
Permukaan tulang alveolar sedikit mengalami erosi, tetapi keterlibatan tulang secara jelas tidak begitu terlihat.
2). Calcifying Ephitelial Odontogenic Tumor (Pinborg Tumor)
pinborg.png

Ø Gambaran Klinis :
·            Umumnya dijumpai pada penderita usia 30-50 tahun
·            Tidak ada predileksi jenis kelamin
·            75% dari seluruh kasus dijumpai di mandibula region posterior
·            Rasa sakit yang ringan dan pembengkakan tumbuh lambat
Ø Gambaran Radiografis
·            Lesi bisa dijumpai unilokuler, tetapi multilokuler lebih sering dengan tepi skalop
·            Adanya struktur berkalsifikasi dengan ukuran dan kepadatan yan bervariasi.
·            Sering berhubungan dengan adanya gigi impaksi molar ketiga bawah
3). Tumor Odontogen Skuamous
sqe.png
Ø Gambaran klinis
·            Ditemukan pada penderita mulai usia 11-57 tahun dengan rata-rata usia 37 tahun
·            Melibatkan prosessus alveolar mandibula dan maksilla
·            Tidak ada predileksi sisi dan jenis kelamin
·            Rasa sakit yang ringan karena pembengkakakn gingival
·            Gigi-gigi goyang
Ø Gambaran radiografis
·            Gambaran radiografi tidak menunjukkan suatu gambaran yang spesifik
·            Secara radiografi menunjukkan adanya gambaran kerusakan tulang yang berbentuk triangular di sebelah akar gigi
·            Kadangkala menunjukkan adanya kerusakan tulang berbentuk vertical
·            Tepi lesi menunjukkan gambaran skeloris
·            Diameter lebih besar dari 1,5 cm
squamous.png
5)    Clear Cell Odontogenic Tumor
clear sel.png
Ø Gambaran Klinis
Disebabkan hanya sejumlah kecil kasus-kasus yang pernah dilaporkan, jadi hanya sedikit informasi klinis yang dapat diketahui yang berhubungan dengan tumor ini.
·            Sebagian besar kasus yang didiagnosis melibatkan penderita diatas usia 50 tahun.
·            Dapat melibatkan mandibula dan maksila
·            Beberapa penderita mengeluh rasa sakit dan pembesaran rahang dan sebagian lainnya relatif tidak mempunyai keluhan atau simtom.
Ø Gambaran Radiografis
Secara radiologi, lesi radiolusen unilokuler atau multilokuler, dengan tepi dari radiolusen tersebut tidak mempunyai batas yang jelas atau tidak teratur.
b.    Tumor Epitel Odontogen dengan Melibatkan Jaringan Ektomesenkim Odontogen
1)            Ameloblastik fibroma
fibroma.png
Ø Gambaran Klinis
·            Fibroma ameloblastik cenderung terjadi pada penderita muda decade dua, tetapi kadang-kadang pada penderita usia setengah baya.
·            Melibatkan laki-laki sedikit lebih umum disbanding perempuan
·            Lesi yang kecil asimtomatik, pada lesi yang besar menyebabkan pembesaran rahang.
·            Sisi posterior mandibula merupakan lokasi yang paling umum, yaitu sekitar 70% dari seluruh kasus terjadi pada sisi tersebut.
Ø Gambaran Radiografis
·            Lesi secara radiografi menunjukkan gambaran radiolusen unilokuler atau multilokuler dengan tepi yang jelas dan mungkin menunjukkan sklerotik
·            Sekitar 50% berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi
·            Pada lesi yang besar dapat melibatkan ramus asenden mandibula
2)            Ameloblastic Fibro-odontoma
Ø Gambaran klinis
·            Tumor ini biasanya ditemukan pada anak-anak dengan rata-rata usia 10 tahun
·            Dapat melibatkan kedua rahang
·            Tidak ada predilksi jenis kelamin
·            Lesi ini umumnya asimtomatik
Ø Gambaran Radiografis
                 Secara radiografi tumor menunjukkan radiolusen unilokuler, mempunyai batas yang jelas dan jarang radiolusen multilokuler. Lesi mengandung sejumlah bahan berkalsifikasi dengan radiodensiti dari struktur gigi. Bahan kalsifikasi di dalam lesi menunjukkan gambaran multiple, radiopak yang kecil atau massa yang bergabung menjadi keras.
3)            Odontoma
Untitled1.png
Ø Gambaran klinis
·            Sebagian besar odontoma ditemukan pada decade kedua kehidupan, dengan rata-rata usia 14 tahun.
·            Asimtomatik
·            Sering ditemukan pada pemeriksaan radiografi rutin
·            Lesi kecil, jarang menjadi besar apabila membesar kadangkala sampai 6 cm dan menyebabkan ekspansi rahang
·            Lebih sering di maksilla daripada di mandibula
Ø Gambaran Radiografis
·            Compound odontoma menunjukkan kumpulan struktur yang mirip gigi dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi dikelilingi oleh radiolusen yang tipis
·            Complex odontoma menunjukkan massa yang radiopak pada struktur gigi yang dikelilingi oleh radiolusen yang tipis.
·            Sebuah gigi yang tidak erupsi sering kali dihubungkan dengan odontoma karena menghalangi gigi erupsi.

c.    Tumor Jaringan Ektomesenkim Odontogen dengan atau Tanpa Melibatkan Jaringan Epitel Odontogen
1)            Fibroma Odontogen
Ø Gambaran Klinis
·            Terjadi pada usia 9- 80 tahun dengan rata-rata usia 40 tahun
·            60% terjadi pada maksilla dan sebagian besar berlokasi di region gigi molar pertama.
·            Kejadian di mandibula bisa mencapai 60% dan berlokasi di region posterior
·            Fibroma odontogen yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan keluhan.
·            Jika lesi membesar menyebabkan ekspansi tulang pada region yang terlibat atau gigi-gigi menjadi goyang.
Ø Gambaran Radiografis
Fibroma odontogen yang berukuran kecil cenderung menunjukkan batas yang jelas, unilokuler, lesi-lesi radiolusen sering kali berhubungan dengan daerah apical gigi yang erupsi. Lesi-lesi yang besar cenderung menjadi radiolusen yang multilokuler. Beberapa lesi menunjukkan sklerotik. Sering terjadi resorbsi akar gigi yang terlibat dan lesi-lesi yang berlokasi di antara gigi-gigi menyebabkan akar gigi yang satu dengan yang lainnya menjadi divergen.
2)            Odontogenic myxoma
Ø Gambaran klinis
·            Jarang dijumpai karena myxoma dalam rongga mulut disebut odontogentic myxoma.
·            Neoplasma odontogen yang tumbuh lambat, terlokalisir tetapi mempunyai sifat invasive dan agresif.
·            Berasal dari jaringan ikat dental papilla
·            Umumya terjadi pada predileksi usia decade 2 dan 3 yang dapat melibatkan maksila dan mandibula baik corpus maupun ramus.
·            Rasa sakit jarang dijumpai, tetapi parastesi karena terlibatnya nervus mandibularis dapat terjadi.
·            Dalam pertumbuhannya dapat menyebabkan gigi-gigi yang di sekitar lesi dan tulang kortikal mengalami displacement dan ekspansi serta menipis
Ø Gambaran radiografis
Secara radiografi lesi menunjukkan gambaran radiolusen yang dipisahkan oleh gambaran tulang trebekular. Batas lesi dengan tulang sekitarnya tidak berbatas luas.
3)            Cementoblastoma
Ø Gambaran klinis
·            Umumnya asimtomatik karena tidak ada tanda-tanda infeksi
·            Dapat melibatkan seluruh gigi baik di rahang atas maupun di rahang bawah anterior maupun posterior
·            Apabila lesi besar secara klinis menunjukkan suatu ekspansi tulang sehingga menunjukkan pembengkakan rahang pada region gigi yang terlibat.
·            Faktor penyebab pasti tidak diketahui tetapi sering disebabkan karena trauma pada periodontal gigi
Ø Gambaran radiografis
Lesi menunjukkan massa radiopak yang melekat ke apeks gigi penyebab. Batas lesi dengan jaringan sekitarnya dipisahkan suatu gambaran radiolusen yang tipis.
2.    Tumor Jinak Non Odontogen
a.  Tumor Jinak Non-odontogen yang berasal dari epitel mulut
1)  Papilloma skuamous
Ø Gambaran klinis
·         Menujukkan suatu proliferasi pertumbuhan yang lambat dari epitel skuamous berlapis disusun dalam proyeksi seperti jari, biasanya pertumbuhannya tunggal, sempit, dan struktur seperti bertangkai, menghubungkannya ke mukosa rongga mulut di bawahnya.
·         Perlekatan bentuk tangkai yang sempit ini adalah bentuk khusus dari lesi-lesi pedunculated. Proyeksi seperti jari dapat dengan mudah terlihat pada sebagian besar specimen. Seringkali mirip dengan gambaran sebuah bunga kol.
·         Papilloma menunjukkan distribusi yang luas di dalam mulut, sebagian besar frekuensi terjadinya di palatum, lidah, mukosa bukal labial dan gingiva.
·         Dapat berwarna putih atau merah jambu, lunak, fleksibel pada palpasi.
·         Diameter kurang dri 2 cm
·         Tidak sakit
·         Walaupun secara umum tunggal kadangkala multiple.
2)         Veruka Vulgaris
Ø Gambaran klinis
·           Di kulit à berbentuk nodular
·           Berdiameter kurang dari 2 cm
·           Lokasi umu pada jari jemari, biasanya pasien tidak ada keluhan pada iritasi local
·           Lesi bertangkai atau menunjukkan perlekatan yang luas kebawah mukosa..
·           Lesi berwarna putih dengan permukaan yang kasar
3) Keratoakantoma
Ø Gambaran Klinis
·         Lesi ini menyerupai kanker kulit
·         Predileksi kejadiannya pada kulit yang terkena matahri, umumnya pada wajah dan bibir.
·         Mikroskopiknya menyerupai karsinoma epidermoid
·         Lesi ini umunya tunggal, terjadi diatas kulit pertengah wajah termasuk di pipi dan hidung, kadang melibatkan jari dan telinga


b. Tumor Jinak Non Odontogen yang berasal dari Nevus / Pigmen
Ø  Gambaran klinis
·         Dua dari nevi yang paling umum terjadi di mukas mulut dan kulit yaitu nevus intramukosal dan nevus penghubung
·         Lokasi lesi bermanifestasi dengan tidak adanya keluhan, lunak, menonjol, berwarna mulai merah jambu, coklat terang sampai coklat gelap warnanya seragam berbentuk kubah, permukaan nodul halus.
·         Secara umum diameternya kurang dari 1 cm, tetapi kadang-kadang lebih besar dan berrtangkai dan permukaannya kasar
·         Predileksi terjadi pada palatum keras dan gingival
·         55% nevi pigmentasi rongga mulut adalah tipe intra mukosa
c. Tumor jinak nonodontogenik yang berasal dari jaringan ikat mulut
1). jaringan ikat fibrous
Ø  Gambaran klinis : secara klins lesi ini menunjukkan satu benjolan yang kenyal dan dapat digerakkan.dapat terjadi pada seluruh permukaan rongga mulut.lesi ini pada pertumbuhanya tidak menimbulkan rasa sakit.daerah yang sering mendapatkan trauma atau injuri seperti tergigit atau karena gesekan plat protesa dari gigi palsu.
2). jaringan pembuluh saraf
Ø  Gambaran klinisnya :  neufibromo adalah suaatu neoplasia jinak yang relatif tiadak umum. Secara histologis mengandung campuran dari sel-sel schewan neoplastik  dan aksen aksen  tersebar. Neoplasia ini berkembang dari berkas saraf dan  batang saraf yang besar mengahsilkan pembesaran tumor. Neufibroma lebih lunak pada pemeriksaan palpasi dibandingkan mukosa normal sekitarnya dan sering digamabarkan sebagai sesuatu konsistensi kistik atau menyurupai tekstrur jaringan adikosa . neufibroam dapat menujukkan variasi warana antara warna pucat hingga agak kekuningan, dengan dilundungi warana yang bervariasi coklat
Neufibroma kutan dan mukosa dapat terjadi dalam dua keadaan yang terpisah. Lesi ini jarang sebagai lesi tersendiri tanpa ada riwayat keluarga atau berhubungan dengan penyakit yang serupa.neufibroma kulit dapat mempunyai variasi bentuk, anatara lain tumor bertangakai nodular ( pedunculates) terlokalisir, bersegmen, linea ,ekspansi batang syaraf lobular .
3). neurilemoma/schwannoma
Ø  Gambaran klinis : neulahrilemoma adalah neoplasia jinak jaringan saraf perifer yang relatif tidak umum, perbedaan dengan neurofibroma adalah pada lesi mengandung suatu proliferasi dari sel-sel schewan  tanpa akson. Seperti diketahui neurofibroma biasanya berhubungan dengan neurofibromatosis, sedangkan sebagian besar neurilemoma terjadi secara sporadis berupa tumor-tumor soliter. Meskipun begitu neurilemoma dapat terjadi pada lokasi  yang bervariasi, lokasi yang paling umum dirongga mulut adalah lida.
4). Tumor sel granular
Ø Gambar klinis : tumor sel garanular adalah tumor rongga mulut jinak yang relatif umum yang mempunyai sesuatu pola gambaran klinis yang khus . apabila tumor berlokasi pada lida, mukosa lingual diatanya  mungkin normal,tetapi sering kali ada perubahan pada papilla lingual walaupun tidak begitu jelas, termasuk penurunan jumlah papilla  dan lidah menjadi rata.
5). Neruroma traumatik
Ø Gambaran klinis: Neuroma traumatik(amputasi) adalah sebagai suatu pertumbuhan yang berlebihan bersifat bukan neoplasma dari akson dan merupakan jaringan parut fibros.Lesi ini muncul sebagai akibat terputusnya saraf perifer,kemudian terbentuk jaringan parut,jaringan parut ini mengganggu pertumbuhan akson reparatif.
Neuroma traumatik sering terjadi pada sisi yang mudah mengalami trauma fisik,seperti bibir,lidah,dan mukosa bukal.Neuroma traumatik juga dilaporkan terjadi didaerah saraf mentalis pada pasien-pasien ompong,dan juga terjadi setelah pencabutan gigi.
d.    jaringan adiposa
1). Lipoma
Ø Gambaran klinis:lipoma adalah neoplasia jinak yang berasal dari jaringan adiposa.lipoma paling sebagian besar ditemukan pada orang dewasa dan biasanya terjadi berupa tumor tunggal di punggung,bahu,atau leher.lipoma rongga mulut biasanya tunggal,berbatas jelas,dan lunak bila di palpasi.Meskipun lesi biasanya berukuran kurang dari 2cm,tetapi pernah diketahui lipoma mencapai ukuran yang patut dipertimbangkan.lipoma seringkali menununjukkan warna kekuningan jika berlokasi di bawah mukosa mulut.

d.    Tumor Jinak Non Odontogen yang Berasal dari kelenjar Ludah
1). Oleomorphic adenoma
Ø  Gambaran Klinis
            Pleomorphic adnoma/mixed tumor merupakan tumor jinak yang berasal dari kelenjar ludah yang dapat tumbuh dari kelenjar ludah minor maupun mayor. Tumor ini tumbuh lambat, tidak menimbulkan rasa sakit , dapat digerakkan dan konsistensi kenyal dengan permukaan yang halus. Tumor dapat membesar jaringan sekitarnya.
Ø  Gambaran mikroskopis
            Secara mikroskopik pleomorphic adenoma menunjukkan campuran proliferasi jaringan epitel dalam daerah jaringan myxoid, mucoid, atau chondroid. Campuran jaringan sel – sel rpitel dengan beberapa matriks mesenkim inilah yang disebut tumor campur ( mixed tumor ). Komponen jaringan epitel terdiri dari 2 tipe sel , yaitu sel –sel mioepitel dan sel –sel duktus. Sel – sel duktus akan membentuk tubulus , duktus , atau struktur rongga kistik yang berisi cairan atau eosinopilik material yang positif dengan pewarnaan PAS. Disekitar struktur duktus terdapat proliferasi sel – sel mioepitel yang membentuk lembaran ( sheaths), untaian ( cord ) dan jala ( nest) dan seringkali diisahkan oleh bahan substansi dasar yang mirip jaringan kartilago, miksoid dan bahan mukoid . Tumor sebagian memounyai kapsul fibrous.

2.    Tumor Ganas
a.    Tumor ganas odontogenik
1)    Tumor yang berasal dari ektodermal : intra-alveolar carsinoma
Ø Tanda dan gejala klinis
Penyakit  ini tergolong jarang ditemui. Lebih sering mengenai laki-laki daripada perempuan. Dapat muncul di umur berapapun. Penyakit ini sering kali muncul pada mandibula dibandingkan maksila. Terdapat bengkak yang disertai rasa sakit dan gigi yang mobile pada tempat di sekitar pembengkakan.
2)    Tumor yang berasal dari mesodermal: odontogenic sarcoma
Ø Tanda dan gejala klinis
Termasuk tumor ganas dari odontogenic fibroma. Tumor seperti ini sangat jarang ditemukan. Penyakit ini tergolong aggressive dan lesi yang destruktif yang mana menghasilkan pertumbuhan menjadi sangat besar. Biasanya disertai dengan rasa sakit
3)    Tumor yang berasal dari ektodermal dan mesodermal : ameloblastic fibro sarcoma
Ø Tanda dan gejala klinis
Termasuk tumor ganas dari ameloblastik fibroma, kondisi sepertini ini paling jarang ditemukan. Kebanyakan mengenai usia muda. Mandibula lebih sering terkena daripada maksila. Massa tumor berkembang cepat dan mendestruksi tulang rahang dan menyebabkan gigi menjadi tanggal.  Umumnya tidak ada rasa yang sangat sakit. Sangat jarang ulserasi dan perdarahan dari mukosa yang terlihat.
b.    Tumor ganas non-odontogenik


1). Osteosarcoma
Ø  Tanda dan gejala klinis
Tumor ini paling banyak mengenai anak-anak yang muda hingga yang lebih tua. Tetapi juga kebanyakan  mengenai usia di decade ke tiga dan ke empat. Frekunsi terjadinya sama pada mandibula dan maksila. Tumor pada mandibula biasanya terdapat pada daerag posterior. Bengkak dan rasa sakit merupakan gejala yang seringkali ditemukan pada penyakit ini. Kehilangan gigi dan parastesi juga terjadi pada penderita penyakit ini. Metastase terjadi secara cepat.
2). Ewing’s sarcoma
Ø  Tanda dan gejala klinis
Penyakit yang biasanya mengenai anak-anak dan dewasa muda, namun jarang pada dewasa tua. Riwayat trauma seringkali menjadi awal pertumbuhan dari tumor. Sakit yang hilang timbul dan terjadi pembengkakan. Ketika melibatkan tulang rahang maka akan terjadi neuralgia pada wajah dan parastesia dari bibir. Pembengkakan terjadi secara cepat dan biasanya pada intraoral terdapat adanya ulcer. Pasien mengalami demam dan meningkatkan jumlah sel darah putih seiring dengan terjadinya infeksi.
3). Multiple myeloma
Ø  Tanda dan gejala klinis
Multiple myeloma kebanyakan mengenai orang dewasa, meskipun juga dapat mengenai orang yang lebih muda baik laki-laki mapupun perempuan. Pasien akan mengalami rasa sakit yang disebabkan oleh destruksi dari tulang dan fraktur yang patologik. Kadang-kadang terdapat pembengkakan pada area tulang yang terkena penyakit ini. Destruksi dari hemopeitik tulang dapat membuat pasien mengalami anemia,  demam, dan mudah lelah. 12,13
         






II.6  Diferensial Diagnosis 14
           

Abses
Tumor jinak
Kista
Pembengkakan
Terjadi jika sudah kronis sakitnya relative singkat
4-5 hari
Butuh waktu lama
Jika kerusakan sudah sampai tulang (adapus),waktu relative lama,tidak sakit
Batas
Tidak jelas,jika kronis bisa sampai subkutan
Jelas, jaringan baru yang tumbuh
Jelas, kerusakan terbatas hanya mengenai tulang keras
Penyebab Intra Oral
Infeksi odontogenik dan non odontogenik
Idiopatik iritasi kronis
Infeksi odontogenik
Ronsen Foto
Radiolusen, jarang terlihat, di daerah tulang
Radiopaque, batas jelas, ada kapsul sedikit lebih tebal dari jaringan sehat
Radiolusen,batas tegas,terlihat, bangun terbenam di dalam tulang
Infiltrasi
Ada infiltrate dipalpasi ada fluktuasi
Tidak ada infiltrasi
Isi larutan Kristal kolesterol, warna keemasan
Tindakan
Incise, jika ada pus beri antibiotik
eksisi
Enukleasi atau marsupialisasi




a. Ameloblastoma
Lokalisasi. Sekitar 80 % dari semua ameloblastoma terjadi pada mandibula. Dari jumlah tersebut, 70 % terjadi di daerah molar dan sudut mandibula, sekitar 25 % di daerah premolar, dan sisanya di segmen anterior
 
 
Differensial diagnosis:
- Myxoma odontogenik, terutama pada sudut mandibula
- Granuloma sel raksasa, khususnya di area premolar mandibula
- Tumor odontogenik Adenoid,  di area kaninus rahang atas
 
b. Myxoma Odontogenik
Lokalisasi. The myxoma odontogenik umumnya diamati pada mandibula, dan biasanya di daerah molar di sudut. Hal ini jarang terlihat pada rahang atas
 
Differensial diagnosis:
- Ameloblastoma pada regio sudut mandibula
-Granuloma sel raksasa  pada regio premolar mandibula
Aneurysmall kista tulang di daerah premolar mandibula

c. Sementoma
               Periapikal displasia cemental
Lokalisasi. Wilayah anterior mandibula, kadang-kadang dikombinasikan dengan lesi pada gigi individu di daerah mandibula posterior .
 
Differensial diagnosis:
- Periodontitis apikal kronis 
- Penyakit Paget tulang , tergantung pada usia dan jenis kelamin



d.Cementoblastoma
Lokalisasi. Cementoblastoma ditemukan hampir secara eksklusif di premolar dan molar daerah mandibula . Dapat diamati sangat jarang di segmen posterior rahang atas .
Differensial diagnosis:
- Lesi periapikal dan bekas luka tulang
- Infark tulang
- Penyakit Paget tulang , tergantung pada usia dan jenis kelamin
- Osteoblastoma , tanpa kontak akar
- Perkerasan fibroma , tidak ada kontak akar

e. Odontoma
Lokalisasi. Beberapa variasi odontoma kompleks yang paling sering diamati di wilayah molar ketiga rahang bawah pada laki-laki, dan di wilayah tuberositas pada wanita. Senyawa odontoma terdeteksi hampir secara eksklusif di segmen anterior dari kedua mandibula dan maksila .
 
Differensial diagnosis:
-         Dengan lokalisasi khas, tidak ada .

II.7  Patogenesis Tumor
Neoplasma atau tumor adalah transformasi sejumlah gen yang menyebabkan gen tersebut mengalami mutasi pada sel DNA. Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau neoplasma. Gen yang mengalami mutasi disebut proto-onkogen dan gen supresor tumor, yang dapat menimbulkan abnormalitas pada sel somatik. Usia sel normal ada batasnya, sementara sel tumor tidak mengalami kematian sehingga multiplikasi dan pertumbuhan sel berlangsung tanpa kendali. Sel neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan, yang akhirnya menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel. Tumor diklasifikasikan sebagai benigna, yaitu kejadian neoplasma yang bersifat jinak dan tidak menyebar ke jaringan di sekitarnya. Sebaliknya, maligna disinonimkan sebagai tumor yang melakukan metastasis, yaitu menyebar dan menyerang jaringan lain sehingga dapat disebut sebagai kanker.
Untuk terjadinya karsinogenesis diperlukan lebih dari satu mutasi. Bahkan pada kenyataannya, beberapa serial mutasi terhadap kelas gen tertentu diperlukan untuk mengubah suatu sel normal menjadi sel-sel kanker. Hanya mutasi pada gen tertentu yang berperan penting pada divisi sel, apoptosis sel dan DNA repairyang akan mengakibatkan suatu sel kehilangan regulasi terhadap poliferasinya.
Hampir semua sel neoplasma berasal dari satu sel yang mengalami mutasi karsinogenik. Sel tersebut mengalami proses evolusi klonal yang akan menambah resiko terjadinya mutasi ekstra pada sel desendens mutan. Sel-sel yang hanya memerlukan sedikit mutasi untuk menjadi ganas diperkirakan bersumber dari tumor  jinak. Ketika mutasi berakumulasi , maka sel tumor jinak itu akan menjadi tumor ganas.11


















BAB III
PEMBAHASAN
III.1  Demo Tumor
III.2  Penatalaksanaan Tumor
a.    Penatalaksanaan Tumor Jinak
Prinsip terapi tumor jinak rongga mulut bergantung pada tipe dan perilaku (agresifitas) tumor, lokasi, ukuran, lamanya pertumbuhan dan keadaan umum penderita.
1). Penatalaksanaan Ameloblastoma
Terapi untuk tumor ini harus dieksisi dan harus meliputi neoplasma sampai jaringan sehat yang berada dibawah tumor. Hasilnya kemudian dirujuk untuk untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis dan biopsi, hal ini akan menentukan terapi yang selanjutnya dilakukan. Setelah eksisi, harus dilanjutkan dengan elektrodesikasi atau dengan dirawat lukanya dengan larutan karnoy.15
Terapi bedah ameloblastoma dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
1.    Eksisi tumor yang terbagi dalam reseksi total dan reseksi segmental, perawatan lain yang bisa dilakukan yaitu dengan diterapkan metode dredging atau enucleation dan curretation
2.    rekonstruksi
3.    rehabilitasi. 15

  Enukleasi/ekstirpasi in toto
            Terutama dilakukan pada tumor jinak jaringan keras yang mempunyai batas yang jelas dan perilaku tidak agresif seperti odontoma. 
  Eksisi
 untuk tumor jinak dengan rekurensi tinggi seperti pleomorfik adenoma.
  Reseksi tulang
            Dilakukan pada tumor jinak tulang yang mempunyai agresifitas tinggi seperti ameloblastoma atau miksoma, yang telah menginfiltrasi jaringan tulang atau korteks tulang sudah sangat tipis atau tumor jinak dengan resiko tinggi seperti hemangioma tipe sentral. Reseksi dapat berupa reseksi marginal, segmental sampai reseksi total dengan atau tanpa rekonstruksi cangkok tulang.
·           Dredging
Metode dredging merupakan suatu terapi alternatif pada kasus ameloblastoma, terutama diindikasikan pada penderita muda terutama wanita, kooperatif dan bersedia untuk dilakukan beberapa kali tahapan operasi.
Metode ini mulai diperkenalkan oleh Kawamura et al tahun 1991, yaitu suatu metode prosedur bedah konservatif yang bertujuan untuk menghilangkan jaringan tumor secara keseluruhan dan mempercepat pertumbuhan tulang baru dengan cara membuang jaringan parut dari rongga tulang (Kawamura et al, 1991).
Metode ini merupakan terapi alternatif ameloblastoma yang dapat dilakukan untuk semua tipe ameloblastoma baik kistik, padat atau campuran, yang terdiri dari tahapan tindakan deflasi/dekompresi, enukleasi, dredging serta kontrol yang teratur dan kontinyu.

b.    Penatalaksanaan Tumor Ganas
Rongga mulut dibagian depan dimulai dari bibir sampai arkus faringeus anterior. Setiap struktur/organ yang ada di rongga mulut seperti bibir, lidah (2/3 anterior), palatum durum, ginggiva, mukosa bukal/pipi, trigonum retromolar dan dasar mulut dapat mengalami perubahan keganasan, terutama jenis karsinoma sel skuamosa/epidermoid (95 – 97%) yang berdiferensiasi dengan baik (well differentiated). Diantara kanker rongga mulut (KRM) yang paling sering diketemukan adalah kanker lidah (25-45%), terutama pada bagian lateral sepertiga tengah lidah yaitu sekitar 40-75%. Sebagian besar (60%) datang sudah stadium lanjut (Levine, 2001). 17
Sebenarnya untuk menegakkan diagnosis klinis atau kecurigaaan suatu KRM tidaklah sukar. Setiap lesi seperti plak, erosi mukosa, ulkus kecil yang lama tak sembuh (kronis) dirongga mulut dan adanya faktor predisposisi (tembakau / sirih, alkoholisme, iritasi kronis, higiene mulut yang jelek dsb), harus dipikirkan kemungkinan KRM. Lesi pra ganas (leukoplakia, eritroplakia dan fibrosis submukosa), lesi ganas yang dini (karsinoma in situ) maupun tumor kecil seringkali tanpa gejala. Dengan bertambah besarnya ukuran tumor tampak indurasi atau ulkus dengan tepi agak meninggi yang merupakan tanda invasif dini. Untuk lebih memperjelas kelainan dalam rongga mulut dapat dibantu dengan kumur larutan zat warna toluidine blue 1% (5-10 ml). Tergantung dari lokasi tumor primernya, selanjutnya perluasan tumor (infiltratif) kesubmukosa, perineural/perivaskuler dan jaringan sekitarnya. Pada kanker lidah, perluasan keotot-otot lidah, dasar mulut atau mandibula menimbulkan gejala nyeri, trismus dan gangguan menelan. Kanker besar atau tipe eksofitik / verukosa dapat menimbulkan gejala obstruksi jalan napas atas.
Kanker di mukosa pipi sering diketemukan pada pertemuan deretan gigi atas dan bawah yaitu pada daerah trigonum retro molar, meskipun tampaknya superfisial seringkali telah infiltrasi ke otot pterigoid internus atau mandibula dengan gejala trismus. Kanker ginggiva biasanya didapatkan pada daerah premolar atau molar, untuk menentukan adanya infiltrasi kanker pada alveolus/mandibula diperlukan pemeriksaan radiologik (foto Eisler atau panoramik). Daerah rongga mulut, khususnya lidah mempunyai saluran limfe yang sangat banyak sehingga kanker disini cepat metastasis regional berupa pembesaran kelenjar getah bening leher peringkat pertama (submental dan submandibula) dan peringkat kedua (lnn. subdigastrik dan jugulokarotid). Sekitar 40-60% penderita KRM sudah ada tumor metastasis di leher saat pertama kali datang berobat. Meskipun secara klinis tidak teraba adanya pembesaran kelenjar leher (NO), tetapi pada pemeriksaan secara histopatologis didapatkan sekitar 50% sudah ada mikrometastasis. 17
Untuk mengeluarkan tumor pada keganasan di rongga mulut (terutama karsinoma lidah) dapat dilakukan melalui beberapa cara pendekatan, yaitu :
1. Per oral
 yaitu melalui rongga mulut terutama untuk mengeluarkan tumor yang kecil (dini)
dibagian depan. 17
2. Flap pipi
 yaitu melakukan insisi pada garis tengah bibir atas, atau bibir bawah yang dilanjutkan ke leher dibawah dagu. Flap pipi atas (insisi Weber Ferguson) biasanya untuk ngangkat tumor di palatum, ginggiva atas atau mukosa pipi atas. Sedangkan flap pipi bawah untuk tumor di lidah (terutama bagian belakang), dasar mulut, trigonum retromolar dan tumor pipi bawah. Kanker lidah besar (T3, T4) yang tidak mengadakan perluasan (infiltrasi) ke tulang mandibula, setelah eksisi luas (hemiglosektomi, glosektomi total) dan diseksi leher atas, tumor di lidah dapat keluarkan dengan cara ditarik lewat bagian bawah mandibula (pull through technique). Dengan teknik ini, meskipun operasi menjadi lebih sulit namun dapat dihindari pemotongan mandibula. 17
3. Mandibulotomi
 yaitu memotong tulang mandibula di garis tengah. Sebelum mandibulotomi, dilakukan terlebih dulu insisi membelah bibir bawah di garis tengah. Teknik ini sering dilakukan oleh karena diperoleh lapangan operasi yang luas sehingga dapat
mencapai lidah dan bagian belakang rongga mulut. 17
4. Visor Flap
yaitu melakukan insisi kulit melengkung sesuai lengkung dagu (mandibula) bagian depan, diperdalam sampai mengiris mukosa dibawah lidah. Setelah lidah dan organ dasar lidah dibebaskan dari perlekatannya di mandibula, lalu ditarik kebawah sehingga keluar di insisi kulit dagu yang telah dibuat sebelumnya. Teknik ini selain sulit, lapangan pandang operasi sempit sehingga jarang dikerjakan. 17

Macam – Macam Pembedahanya
Seberapa luas pembedahan harus dilakukan tergantung dari lokalisasi, perluasan tumor (T) dan ada tidaknya tumor leher (N). 17
Macam pembedahanyang dikerjakan dapat berupa : (Maran, 1983; Marmowinoto, 1983; Levine dan Hood, 2001)
1. Eksisi luas
Eksisi luas pada kanker palatum dapat berupa reseksi atau maksilektomi parsial /
inferor (infra struktur). Sedangkan eksisi luas pada kanker lidah dapat berupa
glosektomi parsial, hemi atau total. Pemotongan lidah dilakukan dengan kauter.
 Setelah glosektomi parsial, defek di lidah dapat dijahit langsugn (primary closure),
atau ditutup dengan graf kulit (thick split-skin graft) seperti gambar dibawah. 17
2. Eksisi luas dan reseksi mandibula (marginal atau segmental)
3. Eksisi luas, reseksi mandibula dan diseksi leher radikal (RND) atau modifikasi
(MRND)
Indikasi operasi ini bila kanker lidah sudah sangat dekat atau melekat erat
(infiltratif) ke tulang mandibula. Operasi ini disebut sebagai composite operation,
block resection. Eksisi luas kanker lidah yang disertai dengan combined mandibular and neck dissection operation (Commando) disebut sebagai “ Commando lidah “ Selain eksisi dengan menggunakan pisau (dan kauter), sejak dekade terakhir ini untuk mengeluarkan kanker di rongga mulut dan laring (terutama stadium dini) di negara maju dilakukan dengan menggunakan Laser CO2. Teknik operasi tumor yang disebut Carbon Dioxide Laser Surgery, atau Endoscopic Laser Cancer Surgery
dilaporkan hasil yang memuaskan (Eckel dan Thumfart, 1992; Rudert, 2001). 17

Teknik Eksisi
Pada dasarnya, eksisi seluas-luasnya agar seluruh jaringan tumor dapat
dikeluarkan semuanya. Pada umumnya jarak insisi sekitar 1,5-2 sentimeter pada jaringan normal yang bebas tumor, tetapi pada kanker dengan derajat keganasan yang tinggi atau sangat ganas (mis. undiff. epidermoid ca, sarkoma, melanoma maligna) dan tumor yang infiltratif, untuk mendapatkan daerah bebas tumor (free margin) perlu jarak yang lebih jauh lagi yaitu 4-6 cm. Agar eksisi selalu berada diluar daerah tumor dapat dibantu dengan palpasi, sebaiknya eksisi dilakukan dengan pisau kauter (ujung pisau menghadap keatas) sehingga selama pembedahan tidak diganggu oleh perdarahan. Cara lain (khususnya untuk tumor kecil) yaitu dengan melakukan koagulasi jaringan tumor sampai habis (dengan kauter) terlebih dulu baru kemudian eksisi. Dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan potong beku (VC) pada tepi-tepi sayatan, khususnya daerah yang dicurigai (radikalitas). Tumor lidah yang sudah sangat dekat tetapi belum infiltrasi ke mandibula sebaiknya dilakukan mandibulektomi marginal, sedangkan bila jelas sudah infiltrasi tulang mandibula dilakukan mandibulektomi segmental . Meskipun tak teraba tumor leher (NO), karena kemungkinan (mikro) metastasis yang tinggi (50%) maka perlu dilakukan diseksi kelenjar leher atas (mis. suprahyoid neck dissection) atau diseksi leher radikal modifikasi (MRND). Bila jelas ada tumor di leher (N1, N2), apalagi hasil FNA atau VC positip ganas sebaiknya dilakukan RND (Collins dan Spector, 1993; Levine dan Hood, 2001). Setelah mengeluarkan tumor lidah yang besar (eksisi luas) akan timbul defek besar yang untuk menutupnya perlu tindakan berupa rekonstruksi. Macam rekonstruksi yang dikerjakan tergantung banyak faktor antara lain lokalisasi, besar/luasnya defek, fasilitas (alat, kamar bedah, team work) dan pengalaman operator. 17

Prinsip dasar rekonstruksi rongga mulut
1.Rekonstruksi tidak boleh membatasi atau mempengaruhi pengangkatan tumor.
2.Rekonstruksi tidak boleh menaikkan morbiditas atau mortalitas.
3.Sebelum rekonstruksi harus dibuat rencana yang matang.
4.Perbaikan fungsi dan bentuk diselesaikan dalam satu tahap.
5.Defek pada daerah donor masih wajar.
6.Rekonstruksi yang rumit harus dihindari bila ada cara lain yang lebih sederhana dengan hasil yang memadai (mis. prostesis pada defek palatum), terutama bila radikalitas operasi diragukan.
7.Hindari permukaan/tulang yang telanjang.
8.Bila vaskularisasi jelek lebih baik menggunakan flap dan difiksasi dengan kuat.
9.Harus ingat sebab kegagalan flap, yaitu pola yang tak tepat, ketegangan jaringan,
hematom dan udem, infeksi dan vena bendung.




























BAB IV
PENUTUP
IV.1  Kesimpulan  
.....            Tumor adalah nama untuk neoplasma atau lesi padat yang dibentuk oleh pertumbuhan abnormal dari sel-sel (disebut neoplastik) yang terlihat seperti pembengkakan dimana massa jaringan baru tumbuh secara independen dari struktur sekitarnya dan yang tidak memiliki tujuan fisiologi. Tumor-tumor non neoplastik adalah segala bentuk perubahan atau penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan normal atau menimbulkan suatu pertumbuhan patologis sampai pada fase tertentu dan kemudian berhenti.
.....           Tumor dibagi menjadi 2 yaitu : tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak dapat menyerang struktur yang berdekatan yang tidak memiliki kemampuan untuk menyebarluaskan ke tempat yang jauh. Sebaliknya tumor ganas baik menyerang dan menghancurkan jaringan sekitarnya dan memiliki kemampuan untuk menyebar.
.....           Penatalaksanaan Tumor Jinak yaitu prinsip terapi tumor jinak rongga mulut bergantung pada tipe dan perilaku (agresifitas) tumor, lokasi, ukuran, lamanya pertumbuhan dan keadaan umum penderita, seperti Enukleasi/ekstirpasi in toto  , Eksisi, Reseksi tulang , Dredging dan rehabilitasi,
Penatalaksanaan Tumor Ganas (terutama karsinoma lidah) dapat dilakukan melalui beberapa cara pendekatan, yaitu Per oral, Flap pipi, Mandibulotomi dan  Visor Flap
          IV.2  Saran  
                    Untuk menghindari terjadinya tumor maka sebaiknya memperhatikan kebersihan rongga mulut dan nutrisi yang kita konsumsi sehari-hari serta membiasakan hidup sehat sehingga terhindar dari mikroorganisme patogen.



DAFTAR PUSTAKA
1. Cram. Study Guide for General and Oral Pathology for Dental Hygienists. Facts101: USA. 2015
2. Sailer, Herman F., Pajarola, Gion F. Color atlas of dental medicine, oral surgery for the general dentist. Thieme : german. 1999
3. Malamed, Stanley F. e-Study Guide for : Medical Emergencies in the dental Office. Facts101: USA. 2014
4. Yatim, Faisal. Penyakit Kandungan. Myoma, kanker rahim/leher rahim dan indung telur, kista serta gangguan lainnya. Pustaka Populer Obor: Jakarta. 2005
5. Abdurahman, Deden. Biologi. Grafindo Media Pratama: Bandung. 2008
6. Syafriadi, Mei. Patologi Mulut tumor neoplastik dan non neoplastik rongga mulut. Penerbit andi: Yogyakarta. 2008
7. Wibisono,Gunawan. Peran Prostaglandin pada Perkembangan Tumor. Jakarta : Jurnal PDGI.2002.Hal : 10-14
8. Syafriadi, Mei.2008. Patologi Mulut Tumor  Neoplastik & Non Neoplastik Rongga Mulut. Yogyakarta : Andi Offset
9. Ibsen Olga, Phelan J.A. Oral Pathology for the Dental Hygienist. Elseiver.2014. p.224
10. Sign asha, Chaudhary. Essentials of Pediatric Oral Pathology. Jaypee. New Delhi. 2011.p 201
11. Archer, H.H (1975) : Oral An Maksilofasial Surgery, Vol.1,5th Ed, Philadelphia W.B Sounders, Co. Toronto
12. Pederson GW Alih Bahasa Purwanto Bassosseno,  ( 1996 ) : Buku Ajar Praktis Bedah Mulut Penerbit Buku Kedokteran EGC
13. Fragiskos FD, (2007) Oral Surgery. Springer berlin,pp 209 – 228
14. Pasler, Friedrich A. Color Atlas of Dental Medicine Radiology. New York : Thieme. 1993
15.  PDGI. Makassar Dental Journal. Makassar. PDGI cabang Makassar. 6 Desember 2013.
16.  Dandriyal R. Surgical management of ameloblastoma: Conservative or radical approach. National Journal Of Maxillofacial surgery. januari-juni 2011.

17.  Kentjono W A. Pembedahan pada Tumor Parotis dan Kangker Rongga Mulut. Majalah Kedokteran Tropis Indonesia. Juli 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar