SALIVA
Saliva adalah suatu cairan mulut yang kompleks, tidak berwarna,
yang disekresikan dari kelenjar saliva mayor dan minor untuk mempertahankan
homeostasis dalam rongga mulut. Pada orang dewasa yang sehat, diproduksi saliva
lebih kurang 1,5 liter dalam waktu 24 jam. Sekresi saliva dikendalikan oleh
sistem persarafan, terutama sekali oleh reseptor kolinergik. Rangsang utama
untuk peningkatan sekresi saliva adalah melalui rangsang mekanik.
Saliva mempunyai beberapa fungsi penting di dalam rongga mulut,
diantaranya sebagai pelumas, aksi pembersihan, pelarutan, pengunyahan dan penelanan
makanan, proses bicara, sistem buffer dan yang paling penting adalah fungsi
sebagai pelindung dalam melawan karies gigi. Kelenjar saliva dan saliva juga
merupakan bagian dari sistem imun mukosa. Sel-sel plasma dalam kelenjar saliva
menghasilkan antibodi, terutama sekali dari kelas Ig A, yang ditransportasikan
ke dalam saliva. Selain itu, beberapa jenis enzim antimikrobial terkandung
dalam saliva seperti lisozim, laktoferin dan peroksidase, lekosit.
Kelenjar saliva mayor:
·
Parotis
(serus)
·
Submandibularis
(Serumukus
·
Sublingualis
(mukus)
Kandungan dalam saliva:
·
Lisozim merupakan suatu protein kation yang kecil, berada pada
sebagian besar cairan-cairan tubuh diantaranya pada saliva. Lisozim
saliva suatu zat pertahanan tubuh
secara alamiah yang dapat melisis beberapa spesies bakteri dan
mengagregasi sel-sel bakteri di rongga mulut
dengan menghambat kolonisasinya pada permukaan mukosa mulut dan gigi.
·
Peroksidase
merupakan enzim yang
labil terhadap panas ditemukan dalam saliva yang dengan adanya ion
thiosianat dan hidrogen peroksida mematikan Laktobasilus
asidofilus dengan menghambat pengambilan lisisin dan menginaktifkan beberapa streptokokus dengan
menghambat enzim glikolisis.
·
Mempunyai efek bakteriostatik pada spektrum jasad
renik yg luas dan akan memberikan efek dengan cara
mengosongkan lingkungan zat besi pada konsentrasi yang akan menggagalkan
pertumbuhan bakteri.
·
Lekosit
ditemukan dalam seluruh saliva, Lekosit
berasal dari darah dan bermigrasi melalui sulkus gingiva
ke dalam rongga mulut.
Imunoglobulin saliva:
Ig
A : Pertahanan imun spesifik
Saliva
berisi kurang lebih 19 mg IgA per 100 ml, kira-kira 100 mg IgA
disekresi tiap hari dalam rongga mulut.
IgG
: 1,4 mg
IgM
0,2 mg
IgA
secara kuantitatif imunoglobulin
terpenting yang
disekresi saliva
Gangguan pada kelenjar saliva:
Ada
beberapa penyakit lokal tertentu yang mempengaruhi kelenjar saliva dan
menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Sialodenitis kronis lebih umum
mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis. Penyakit ini menyebabkan
degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus.
Kista-kista
dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat menyebabkan
penekanan pada struktur-struktur duktus dari kelenjar saliva dan dengan
demikian mempengaruhi sekresi saliva.
Sindrom
Sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang dapat mempengaruhi
kelenjar air mata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini kelenjar saliva rusak
karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang.
Penyebab
mulut kering:
Mulut
kering dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Keadaan-keadaan fisiologis
seperti berolahraga, berbicara terlalu lama, bernafas melalui mulut, stress
dapat menyebabkan keluhan mulut kering. Penyebab yang paling penting diketahui
adalah adanya gangguan pada kelenjar saliva yang dapat menyebabkan penurunan
produksi saliva, seperti radiasi pada daerah leher dan kepala, penyakit lokal
pada kelenjar saliva dan lain-lain. faktor-faktor
yang berperan sebagai penyebab timbulnya keluhan mulut kering:
v
Radiasi pada daerah leher dan kepala
Terapi radiasi pada daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker
telah terbukti dapat mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan
berbagai derajat kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi. Hal
ini ditunjukkan dengan berkurangnya volume saliva. Jumlah dan keparahan kerusakan
jaringan kelenjar saliva tergantung pada dosis dan lamanya penyinaran. Hubungan antara dosis penyinaran dan sekresi
saliva:
Dosis
gejala
§ < 10 Gray Reduksi
tidak tetap sekresi saliva
§ 10 -15 Gray Hiposialia
yang jelas dapat ditunjukkan
§ 15 -40 Gray Reduksi
masih terus berlangsung, reversibel
§ > 40 Gray Perusakan
irreversibel jaringan kelenjar
hiposialia
irreversibel.
Pengaruh radiasi lebih banyak mengenai sel asini dari kelenjar
saliva serous dibandingkan dengan kelenjar saliva mukus. Tingkat perubahan
kelenjar saliva setelah radiasi yaitu: untuk beberapa hari, terjadi radang
kelenjar saliva, setelah satu minggu terjadi penyusutan parenkim sehingga
terjadi pengecilan kelenjar saliva dan penyumbatan. Selain berkurangnya volume
saliva, terjadi perubahan lainnya pada saliva, dimana viskositas menjadi lebih
kental dan lengket, pH menjadi turun dan sekresi Ig A berkurang. Waktu yang
diperlukan untuk mengembalikan kecepatan sekresi saliva menjadi normal kembali
tergantung pada individu dan dosis radiasi yang telah diterima.
v
Gangguan lokal
pada kelenjar saliva
Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang mempengaruhi kelenjar
saliva dan menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Sialodenitis kronis lebih
umum mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis. Penyakit ini menyebabkan
degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus. Kista-kista dan tumor
kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat menyebabkan penekanan pada
struktur-struktur duktus dari kelenjar saliva dan dengan demikian mempengaruhi
sekresi saliva. Sindrom Sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang
dapat mempengaruhi kelenjar airmata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini kelenjar
saliva rusak karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang
v
Efek samping obat-obatan
Banyak
sekali obat yang mempengaruhr sekresi sativa. Pacta tabet 1 dicantumkan
kelompok obat-obatan yang dapat menyebabkan terjadinya mulut kering. Obat-obatan yang menyebabkan mulut kering:
§ Analgesic
mixtures Cold medications
§ Anticonvulsants Diuretics
§ Antiemetics Decongentans
§ Antihistamins Expectorants
§ Antihypertensives
Muscle relaxants
§ Antinauseants Psycho tropics drugs
§ Antiparkinsons Sedatives
§ Antipruritics Antispasmodics
v
Demam, diare,
diabetes, gagal ginjal
Pada orang-orang yang menderita penyakit-penyakit yang
menimbulkan dehidrasi seperti demam, diare yang terlalu lama,diabetes, gagal
ginjal kronis dan keadaan sistemik lainnya dapat mengalami pengurangan aliran
saliva. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan dalam pengaturan air dan
elektralit, yang diikuti dengan terjadinya keseimbangan air yang negatif yang
menyebabkan turunnya sekresi saliva.
Pada penderita diabetes, berkurangnya saliva drpengaruhi oleh
faktor angiopati dan neuropati diabetik, perubahan pada kelenjar parotis dan
karena poliuria yang berat. Penderita gagal ginjal kronis terjadi penurunan
output. Untuk menjaga agar keseimbangan cairan tetap terjaga pertu intake
cairan dibatasr. Pembatasan intake cairan akan menyebabkan menurunnya aliran
saliva dan saliva menjadi kental. Penyakit-penyakit infeksi pernafasan biasanya
menyebabkan mulut terasa kering. Pada rnfeksi pemafasan bagian atas,
penyumbatan hidung yang terjadi menyebabkan penderita bernafas melalui mulut.
v
Berolahraga,
stress
Tingkat aliran saliva biasanya
dipengaruhi oleh keadaan-keadaan fisiologis. Pada saat berolahraga, berbicara
yang lama dapat menyebabkan berkurangnya aliran saliva sehingga mulut terasa
kering. Bernafas melalui mulut juga akan memberikan pengaruh mulut kering. Gangguan
emosionil, seperti stress, putus asa dan rasa takut dapat menyebabkan mulut
kering. Hal ini disebabkan keadaan emosionil tersebut merangsang terjadinya
pengaruh simpatik dari sistem syaraf autonom dan menghalangi sistem
parasimpatik yang menyebabkan turunnya sekresi saliva.
v
Kelainan
syaraf
Agenesis dari kelenjar saliva sangat
jarang terjadi, tetapi kadang-kadang ada pasien yang mengalami keluhan mulut
kering sejak lahir. Hasil sialograf menunjukkan adanya cacat yang besar dari
kelenjar saliva. Kelainan syaraf yang diikuti gejala degenerasi, seperti
sklerosis multiple akan mengakibatkan hilangnya innervasi kelenjar saliva,
kerusakan pada parenkim kelenjar dan duktus, atau kerusakan pada suplai darah
kelenjar saliva juga dapat mengurangi sekresi saliva. Belakangan telah
dilaporkan bahwa pasien-pasien AIDS juga mengalami mulut kering, sebab terapi
radiasi untuk mengurangi ketidaknyamanan pada sarkoma kaposi intra oral dapat
menyebabkan disfungsi kelenjar saliva.
v
Usia
Keluhan mulut kering sering ditemukan
pada usia lanjut. Keadaan ini disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada
kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi
saliva dan mengubah komposisinya sedikit.
Seiring dengan meningkatnya usia,
terjadi proses aging. Terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar
saliva, dimana kelenjar parenkim hilang yang digantikan oleh jaringan lemak dan
penyambung, lining sel duktus intermediate mengalami atropi. Keadaan ini
mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva. Selain itu, penyakit- penyakit
sistemis yang diderita pad a usia lanjut dan obat-obatan yang digunakan untuk
perawatan penyakit sistemis dapat memberikan pengaruh mulut kering pada usia
lanjut.
Zat pengganti saliva:
Bila zat perangsang saliva tidak memadai untuk mengatasi keluhan
mulut kering, maka digunakan zat pengganti saliva. Berbagai persyaratan untuk
zat ini seperti bersifat reologis, rasa menyenangkan, pengaruh buffer,
peningkatan remineralisasi dan menghambat demineralisasi, menghambat
pertumbuhan bakteri dan sifat pembasahan yang baik. Pengganti saliva ini
tersedia dalam bentuk cairan, spray dan tablet isap.
V.A Oralube, bentuk cairan, pH 7, merupakan zat pengganti saliva
untuk merangsang viskositas dan elektrolit seluruh saliva. Selain itu digunakan
juga Hypromellose, ph 8. Saliva orthana, bentuk spray, pH 7, mengandung musin
untuk memperoleh viskositas. Juga digunakan Glandosan, pH 5,1, tetapi tidak
dianjurkan untuk penderita yang masih mempunyai gigi.
DAFTAR PUSTAKA
AI-Saif, KM. 1991. Clinical Management
of Salivary Deficiency. A Review Article The Saudi Dental Journal. Vol.3. No.2.
77-80.
Amerongan, A.V.N. 1991. Ludah dan
Kelenjar Ludah. Arti Bagi Kesehatan Gigi. alih bahasa Prof.drg.Rafiah Abyono.
Ed. Ke-1. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 2-6, 194-211, 246-250.
Ernawati, D.S. 1997. Kelainan Jaringan
Lunak Rongga Mulut Akibat Proses Menua. Majalah Kedokteran Gigi Universitas
Airlangga. Vol.30. No.3. 113.
Glass, B.J; Van Dis, M.L; Langlais, R.P;
Miles, D.A. 1984. Xerostomia: Diagnosis and Treatment Planning Considerations.
Journal of Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology. Vol.58. No.2. 248-252.
Haskell, R; Gayford, J.J. 1990. Penyakit
Mulut. alih bahasa drg. Lilian Yuwono. Ed. Ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. 67-73.
Lukman, D. 1995.. Dasar-dasar Radiologi
Dalam Ilmu Kedokteran Gigi. Ed. Ke-3. Widya Medika. Jakarta. 34.
Pedersen, P.H; Loe, H. 1986. Geriatric
Dentistry. Ed. Ke-1. Munksgard. Copenhagen. 94-120.
Pradono, S.A; Setiyowati, T. 1997.
Keluhan Mulut Kering Pada Lansia. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Vol.4. Edisi Khusus KPPIKG XI.603-607.
Regezi, J.A; Sciubba, J. 1993. Oral
Pathology: Clinical Pathologic Correlations. Ed. Ke-2. W.B. Saunders Company.
Philadelphia. 250-253.
Scully, C; Cawson, R.A. 1993. Medical
Problems in Dentistry. Ed. Ke-3. Wright. 192-196,241-243,274-280.
Sidabutar, R.P; Raharjo, J.P; Markum,
M.S; Rusliyanto, H. 1992. Penyakit Ginjal dan Hipertensi Berkaitan Dengan
Perawatan Gigi dan Mulut. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 33.
Simon, D. 1996. Xylitol Chewing Gum ang
Dental Caries. Jurnal PDGI. April. Tahun 45. No.1 JaKarta. 67-68.
Spielman, A dkk. 1981. Xerostomia.
Diagnosis and Treatment. Journal of Oral Surgery, Oral Medicine, Oral
Pathology. Vol. 51. No.2. 144-146.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar